Part 12

127K 11.9K 520
                                    


"Sebenarnya siapa yang sedang kau cari, Alicia?"

Aku memanjangkan leher dan menoleh ke sekeliling lorong. Tepat di depan loker yang merupakan lokasi strategis dimana aku bisa melihat pintu-pintu seluruh kelas yang masih menutup. Kelasku dan Damian selesai lebih dulu karena Miss. Sandra sedang mempersiapkan study tesisnya. Hal yang menguntungkan bagi kelas kami karena kemungkinan seminggu ke depan, Miss. Sandra akan ijin dari mengajar.

Kurasakan sebuah telapak tangan melingkupi puncak kepalaku. Membuatku menoleh dan menghadap ke wajah Damian. "Aku bertanya padamu.." ucapnya di depan wajahku. Oh tidak.. wajahnya terlalu dekat.

Aku menepis tangan Damian di atas kepalaku lalu membuang muka. Mengedarkan pandangan ke lorong demi bisa menyembunyikan semburat merah sialan dipipiku ini.

"Aku mencari Sheila... aku harus menemukannya lebih dulu daripada Anggela."

"Jadi kau akan akan berteman dengannya?"
Aku menoleh dan memandangnya seolah di kepala Damian saat ini sedang ditumbuhi akar pohon yang menjalar di wajahnya. Membayangkan Damian seperti itu ternyata tidak merubah tampilan tampannya di mataku.

"Kenapa kau tiba-tiba bertanya seperti itu?"

"Apa salahnya dengan pertanyaanku?"

"Itu hanya terdengar seperti kau tidak menyukai aku memiliki teman,"

"Benarkah?" Damian mengusap dagunya. Bingung dengan ucapannya sendiri. Membuatnya terlihat menggemaskan saat ini.

"Kenapa tidak dijawab saja?" Lanjutnya mendengus.

Aku memutar mata kearahnya. "Kemarin aku sudah mengatakan akan berteman dengannya bukan. Dia juga gadis baik, sifatnya hampir mirip denganku malah. Aku seperti melihat diriku di dalam dirinya. Apalagi setelah kejadian tadi malam ia tidak boleh berkeliaran sendirian di kampus. Setidaknya jika nanti Anggela mulai berulah, aku bisa menolongnya."

Damian tersenyum dan mengusap puncak kepalaku. Kali ini ia tidak perlu membuatku menoleh padanya karena saat ini tatapanku tertanam di mata birunya.

"Aku senang dengan kebiasaan barumu. Menolong orang lain. Sangat manis."

Dadaku mengembang penuh karena pujiannya. Aku meloloskan senyuman tertahan. Tidak dipungkiri lagi jika wajahku sangat merah saat ini.

Usapannya berubah menjadi tepukan ringat di atas kepalaku ketika ia kembali bicara. "Mungkin, kau akan bertambah tinggi jika terus melakukan itu."

Senyumanku lenyap beriringan dengan mataku yang menyipit kearahnya. "Kau yakin ingin memulainya?"

"Hei.. aku hanya berandai-andai.. " Damian menurunkan tangannya dan mengangkat keduanya bersamaan karena melihatku yang bersidekap.

"Aku tidak ingin bertambah tinggi. Aku tidak memerlukannya. Aku sangat nyaman dengan tubuhku saat ini."

"Ya. Untuk ukuran sepertimu," tangannya membentang dari kepala hingga menunjuk turun ke kakiku. "Kurasa itu sudah cukup nyaman."

"Kau benar-benar ingin memulainya, heh?"
Damian menggeleng. Masih dengan senyuman di wajahnya. Aku memukul lengannya kesal. Menendang-nendang kaki panjangnya yang bisa ia hindari dengan mudah. Damian akan menjadi sangat menyebalkan jika ia sedang ingin. Seperti sekarang.

Tidak ada yang salah dengan tubuh pendek. Mungkin kami tidak memiliki kaki yang jenjang dan tubuh yang semampai untuk dipamerkan, tapi kami juga memiliki sesuatu yang lebih. Kau tidak bisa berlari kencang dengan tubuh panjang. Kau tidak bisa masuk keruang-ruang kecil dengan tubuh panjang. Kau tidak bisa .... pokoknya banyak hal yang bisa kami lakukan dan tidak bisa orang panjang lakukan.

Shadow Kiss [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang