Bukan. Ini jelas bukan mimpi. Aku bisa merasakan telapak tangan yang sejuk menutupi mulutku. Aku bisa mencium aroma segar seperti hutan yang habis dituruni hujan. Aku bisa merasakan seluruh tubuhku tak bergerak karena tindihannya.
Dan seringai nengganggunya menambah keyakinanku jika ia bukan hanya sebagai khayalan atau imajinasiku saja.
Laki-laki bermata biru itu benar-benar ada!
Aku terkurung di bawah tubuh besar dengan tangannya yang tak meninggalkan mulutku seinci pun. Membuatku sesak walaupun ia menyisakan lubang hidungku tetap terbuka. Selama perjalanan hidupku, aku tak pernah sekalipun berada sedekat ini dengan seorang lawan jenis.
Kakiku menendang-nendang. Tanganku berusaha menggapai apapun dari tubuhnya untuk kurenggut. Kepalaku bergerak kesegala arah untuk melepaskan tangannya. Namun itu semua berakhir sia-sia karena tubuhnya menekanku keras, menahan pergerakanku tenggelam dalam tempat tidur ini bersama dengannya yang terus tertawa geli.
Menurutnya, bagian mana yang lucu dari keadaan membahayakan ini? Membahayakanku?
"Hey...tenanglah" nafasnya menyapu hidungku. Matanya hanya berjarak beberapa centi. Aku bisa dengan jelas melihat cahaya biru terang disana.
Kepalaku menoleh ke kiri dan ke kanan. Berusaha mencari cara keluar dari tumpuan berat badannya. Mataku melotot sempurna, sepertinya itu sudah jadi kode keras untuknya melepaskanku.
"Aku akan melepaskanmu jika kau berjanji untuk tenang." ucapnya seraya menjauhkan sedikit bekapan tangannya yang sudah mengakibatkan mulutku berkeringat.
Hanya sedetik ia meninggalkan mulutku dan dengan kekuatan mega maha dashyat aku mengambil nafas keras untuk berteriak. Namun tangannya kembali menutup rongga mulutku.
"Dan jangan berteriak" ia menyunggingkan senyum -menawan- seolah-olah ini adalah hal kecil dan sudah biasa terjadi.
Demi keselamatan pernafasan sehatku, demi keluarnya aku dari tindihan berat badannya, demi terbebasnya aku dari semburat merah yang semakin kentara, aku mengangguk dan ia melepaskan mulutku sambil tertawa kecil.
Ia bergeser ke sisi sebelahku, menumpukan kepalanya di atas tangannya yang terangkat dan memandangku. Sedangkan aku, setelah beban berat diatasku menghilang dengan cepat aku langsung berlari kearah pintu untuk menekan diriku sedalam-dalamnya disana.
Sial.. kenapa aku tidak langsung berlari keluar saja.
"Kau sedang apa?" Tanyanya yang kini setengah bangun dengan tubuhnya bertumpu di siku.
Apa ia mengerti apa yang ia tanyakan?
"Ini kamarku. Ini rumahku. Yang berhak bertanya disini sekarang adalah aku. Siapa kau? Apa yang kau lakukan dirumahku?!"
Namun bukannya menjawab ia kembali tersenyum dan menegakkan punggungnya. Laki-laki ini sudah benar-benar keterlaluan dalam hal mempermainkan. Dia kira muncul tiba-tiba di rumah seorang wanita yang sama sekali tak dikenalnya itu lucu?
"Berhenti tersenyum!" Ucapku tersedak diujung tenggorokan. "Aku sedang bertanya padamu."
Ia hanya diam. Tetap diam walau dengan jelas aku memperlihatkan kekesalanku padanya.
"Siapa kau? Kenapa kau bisa berada di rumahku? Bagaimana kau bisa masuk? Apakah benar yang kukatakan dulu kau pencuri? Kau perampok? .... jawab aku!"
"Bukankah kau terlalu banyak bertanya, Alicia."
Kurasa laki-laki ini hidup pada zaman dimana meski tidak mengenal sekalipun, kau bisa masuk kerumahnya, tidur di kamarnya dan seenaknya memeluk.
"Aku tidak mengenalmu. Dan kau muncul tiba-tiba disini, apa lagi yang ingin kau dapatkan selain pertanyaanku?"

KAMU SEDANG MEMBACA
Shadow Kiss [Completed]
Romance(Proses Penerbitan) Alicia tidak pernah mengira jika mimpi aneh yang sering mendatanginya berarti sesuatu. Mimpi yang mempertemukannya dengan sebuah sosok bermata biru terang dan mengejarnya. sampai pada suatu pagi, Alicia terbangun dengan menatap...