Namaku Alvia, Alvia Raka Diandra. Panggil saja aku Al. Aku diturunkan ke Bumi dalam keadaan menangis, berlumuran darah, dan juga bernafas tentunya. Jika ada yang bertanya-tanya mengapa aku menangis saat dilahirkan, karena pada saat itu aku sudah ditakdirkan bahwa aku harus menunggu belasan tahun untuk bisa berjumpa dengan wanita yang akan aku ceritakan.
Aku anak tunggal yang terlahir dari dua orang tua yang dulunya saling mencintai. Ayah dan Ibuku bercerai saat aku berumur empat tahun. Ayahku menikah lagi beberapa bulan setelah perceraiannya dengan Ibuku. Saat beranjak dewasa, Aku pernah berdoa. "Semoga sifat tak setianya tidak Ia turunkan padaku"
Ayahku entah berada dimana sekarang, Aku tidak pernah tertarik untuk mencari tahu tentang keberadaanya dan apa yang Ia lakukan sekarang. Semoga Ayahku baik-baik saja dan hidup bahagia bersama istri dan anak-anak tirinya. Mungkin sebaris doa itu saja sudah lebih dari cukup.
Ibuku, yang bernama Indriani adalah salah satu alasan mengapa aku masih bisa bernafas hingga hari ini. Bagiku, Ibu lebih cantik dari wanita manapun, lebih kuat dari pegulat sekelas John Cena sekalipun.
Ibuku bekerja sebagai guru agama di beberapa Majelis Talim di Kotaku. Tak sedikit orang yang merasa aneh mengapa anak satu-satunya berbeda jauh dari sisi kelakuannya. Tak jarang akupun merasa aneh mengapa aku berbeda dengan Ibu. Semoga aku bukan anak adopsi.
Aku anak yang bisa disebut "Nakal". Pernah menjadi anggota sebuah geng motor besar di Kota Bandung. Berantem? Mabuk-mabukan? Balapan liar? Anarkis? Berurusan dengan polisi? Ah, sudahlah , bukan hal aneh lagi bagiku. Sebenarnya masih banyak hal negatif yang sering aku lakukan. Tapi, Aku takut kamu jadi merasa ilfeel dan enggan membaca cerita ini. Yang akan aku ceritakan bukanlah tentang kenakalanku. Tapi, tentang seseorang yang menjauhkanku dari banyak hal negatif.
Aku bersyukur masih punya beberapa hobi dan aktivitas yang positif. Aku pernah aktif sebagai vokalis di band kecil yang lebih sering sewa studio untuk latihan dibanding manggungnya. Aku juga hobi melukis. Apapun yang berhubungan dengan seni pasti aku suka. Dan lagi-lagi aku merasa aneh, karena Ibuku tidak pernah terlihat tertarik pada seni sedikitpun. Apakah aku.....? Ah , sudahlah, pokoknya Aku sayang Ibu.
Ada satu lagi hobi yang menurutku positif. Ya, galau. Galau aku masukkan ke kategori yang positif karena dari rasa galau aku bisa membuat lagu, puisi, ataupun kutipan-kutipan kecil yang tak jarang di salin orang lain untuk dijadikannya status di berbagai media sosial tanpa mencantumkan sumbernya.
Sekarang, saat aku menulis buku ini, aku berada di sebuah ruangan kecil di Kantorku daerah Lebak Bulus, Jakarta Selatan. Dalam keadaan ngantuk, separuh jiwa tertinggal di masa lalu, kedinginan, dan lapar. Ditemani lagu dari Brian Mcknight berjudul "Marry Your Daughter" dan secangkir kopi hangat.
"Hey, Kamu, Aku rindu, Boleh kan ? jangan larang aku, kalau kamu larang, aku mau maksa." Sederet kalimat itulah yang terlintas di pikiranku.
Aku sangat merindukan orang yang saat ini sulit sekali untuk ku jumpai lagi. Siapa yang bisa disalahkan? Aku enggan menyalahkan takdir Tuhan, dosa, Tapi semoga kamu mengerti, bayangkan dan rasakanlah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Melepas Cinta
RomanceAku cinta dia, dan aku tahu dia punya rasa yang sama. Dia lebih dari sekedar berarti bagiku, dia bagian penting di hidupku. Disaat Tuhan izinkan aku dan dia bersama. Ada sesuatu yang tak bisa dia lawan, hingga akhirnya membuat dia pergi dari hidupku...