Hari ini, aku masih hidup baik-baik saja. Bernafas dengan baik, masih bisa berjalan, melihat, mendengar, berbicara, masih bisa lapar, ngantuk, capek. Aku sehat.
Tapi, jiwaku dalam keadaan yang tidak begitu baik. Separuh jiwaku tertinggal masih tertinggal di masa lalu. Masa dimana ada Alika, senyumnya yang luar biasa, cantiknya yang tiada tara, yang selalu hadir sebagai hal yang paling istimewa.
Alika, yang aku cintai tanpa ada kata "karena", dan aku yakin dia pun begitu. Jika tidak, setidaknya pernah. Alika, yang menemani dan menjagaku saat aku tak sadarkan diri akibat minum terlalu banyak, dan dialah yang dengan setianya menungguku hingga aku terbangun. Alika, yang membimbing dan membawaku keluar dari masa kenakalanku. Alika, yang membuatkan dunia baru untukku. Alika, yang pernah mencukur rambutku saat aku tidur gara-gara aku tak menuruti kemauannya untuk merapikan rambutku yang sudah panjang sebahu. Alika, yang selalu memberi tanpa aku minta. Alika, yang selalu jadi alasan senyumku di setiap pagi saat itu. Alika, wanita pertama yang membuatku menangis, membuatku rapuh, lemah. Aku lelaki, aku malu, tolong anggap saja sebagai hal yang wajar. Alika, kamu yang terhebat, aku tak akan melupakanmu, dan aku akan selalu mengingatmu sebagai yang terbaik.
Satu tahun setelah pernikahan Alika, aku masih saja belum bisa merelakan dia sepenuhnya. Aku masih saja mencari kabar tentangnya. Aku mencoba menyadarkan diri bahwa seharusnya tak kulakukan hal seperti itu.
Aku mendengar kabar dari seseorang yang rumahnya tak jauh dari Alika. Katanya, dia baru saja melahirkan anak pertamanya yang berjenis kelamin laki-laki. Aku sempat dibuat kaget karena Alika mengambil nama belakangku untuk nama anaknya.
Lagi dan lagi, segumpal malam menghujatku untuk terus memikirkan Alika, berharap pagi segera datang menjemputku yang tak sanggup disiksa sang malam. Alika, membuat diriku hampir gila, di saat aku benar-benar ingin melupakannya, selalu saja ada hal yang membuat aku kembali mengharapkannya, membuatku sangat labil di waktu yang bukan seharusnya.
Seharusnya aku tak lagi mencari kabar tentang Alika, karena akan selalu ada hal yang lebih baik tidak ku ketahui.
Tak ada satupun cara yang bisa membawa Alika kembali ke pelukanku. Sudahlah, anggap saja aku sudah merelakan dia meskipun kenyataannya tidak. Aku hanya bisa berharap bisa dipersatukan dengan Alika di kehidupan selanjutnya.
Aku mencoba untuk mengambil semua pelajaran yang aku dapat dari Alika. Aku jadi tahu, bahwa setiap manusia tak akan pernah tahu kepada siapa hatinya berlabuh, dan setiap manusia juga tak akan pernah tahu, Tuhan akan mengizinkannya untuk bersatu atau tidak. Setiap manusia hanya bisa tahu bagaimana memperjuangkan orang yang saat itu membuatnya melabuhkan sejuta perasaan yang ada. Dan yang harus diketahui oleh setiap manusia adalah keyakinannya pada Tuhan, sampaikan saja keluh kesahmu pada Tuhan, percayalah, Tuhan akan menggantinya dengan yang lebih baik lagi. Akupun percaya, meskipun aku belum merasakan itu, tapi aku yakin ada saatnya.
Sekarang, aku sedang mendekati wanita bernama Ruri. Dia anak yang cantik, baik, ceria, yang secepat kilat dapat menghapus rasa risauku. Sekarang, dialah alasan dibalik senyumku, meski sekarang belum menjadi milikku, tapi dia adalah penghuni baru di hati dan pikiranku.Aku pernah bersaing dengan seorang tentara, meski sekarang tentara itu berhasil menikahi Alika, setidaknya aku pernah menang. Sekarang sainganku seorang pembalap, mungkin akan sedikit lebih sulit, tapi dengan rasa sayang yang ada, aku berjanji, siapapun yang menghalangi jalanku mendapatkan Ruri, aku siap bersaing.
Jika suatu saat aku mendapatkan Ruri, aku berjanji tak akan membiarkan kisah ini terulang lagi, aku tak akan pernah mau menuliskan ceritaku dengan Ruri, aku tak pernah mau ada epilog di kisah baruku bersama Ruri.
Untuk Alika, tetaplah sehat, jangan lupa bahagia. Kamu harus selalu berbahagia bersama suami dan anakmu. Kalau kamu tidak bahagia, jangan salahkan aku. Doakan aku juga disini. Terima kasih sudah singgah dan memberiku sejuta kisah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Melepas Cinta
RomanceAku cinta dia, dan aku tahu dia punya rasa yang sama. Dia lebih dari sekedar berarti bagiku, dia bagian penting di hidupku. Disaat Tuhan izinkan aku dan dia bersama. Ada sesuatu yang tak bisa dia lawan, hingga akhirnya membuat dia pergi dari hidupku...