Alika Dwi Anjani

1.3K 31 0
                                    

Aku langsung teringat Alika beberapa detik setelah aku terbangun dari tidurku. Baru mengetahui namanya saja aku sudah sebahagia ini, apalagi jika aku bisa memilikinya.
Aku pernah berpikir bahwa jatuh cinta pada pandangan pertama itu adalah mitos, tapi sekarang aku benar-benar merasakannya. Alika membuat pandanganku pada kalimat itu berubah menjadi fakta.
Pagi itu, aku membuka lagi akun facebook milik Alika. Aku akan mencari tahu informasi tentang tempat dimana Alika bekerja atau kuliah. Karena jika langsung mencari tahu dimana rumahnya, sepertinya sangat tak mungkin Alika mencantumkan alamat lengkapnya di akun facebook.
Setelah beberapa menit mencari, akhirnya aku menemukan informasi dimana Alika bekerja. Alika bekerja di sebuah kantor yang berada satu lingkungan dengan tempat dinas tentara. Aku tak perlu tahu Alika bekerja sebagai apa disana, bagiku tahu tempatnya saja sudah cukup. Ingin sekali rasanya pergi ke kantornya Alika meski aku belum tahu untuk apa, tapi sekarang hari minggu, tak mungkin Alika ada disana.
Yang bisa aku lakukan adalah menggali informasi tentang Alika lebih banyak lagi lewat akun facebooknya. Aku mendapat beberapa informasi lagi tentang Alika. Umurku dengan Alika berbeda tiga tahun, tiga bulan, dan lima hari, tapi aku tak peduli. Ada juga yang membuatku sedikit kaget, ternyata Alika adalah mantan kekasih dari teman sekelasku dulu, tentang itu aku juga tak peduli. Tapi saat itu aku belum tahu apakah Alika sudah memiliki kekasih atau belum, Alika tak mencantukan statusnya. Tapi semoga saja belum.
Setelah kurasa cukup, aku mematikan komputerku lalu aku mandi. Saat aku selesai mandi, Aska masih tertidur nyenyak gara-gara begadang semalam. Aku ingin mengatur strategi dan betukar pikiran bagaimana cara agar aku bisa lebih dekat dengan Alika. Tapi akan percuma jika aku membangunkan Aska untuk membicarakan itu.
Aku membuka komputerku hanya untuk menatap Alika lewat foto. Aku mencetak beberapa fotonya lalu kupajang di setiap dinding kamarku. Indah sekali rasanya jika setiap malam diantar menuju tidur lalu disambut saat aku terbangun.
Saat Aska terbangun, aku langsung meminta Aska untuk segera mandi. Aku mengajaknya berkeliling Bandung sambil mencari jalan menuju tempat Alika bekerja, dengan bermodalkan alamat yang aku cari lewat internet.
Setelah Aska selesai mandi, aku menemani Aska untuk sarapan terlebih dahulu. Dalam keadaan jatuh cinta seperti ini, nafsu makanku berkurang, dengan mengingat wajah Alika saja sudah membuat aku merasa kenyang. Jika aku membicarakan ini pada Ibu, mungkin Ibu akan senang karena akan bisa lebih menghemat uang makan.
Setelah semua siap, aku dan Aska langsung menuju alamat yang aku catat di handphoneku.
Jarak dari rumahku menuju kantor Alika ternyata cukup jauh, tapi jika suatu saat Alika jadi pacarku dan Ia memintaku untuk antar jemput setiap hari, aku tak akan mengeluh sedikitpun. Situasi di sana sangat sepi, hanya ada beberapa satpam dan kantinpun hanya satu yang buka. Aku dan Aska masuk ke kantin itu untuk membeli minuman dan beberapa cemilan.
Aku kembali membuka akun facebook Alika lewat handphoneku, aku tak akan merasa bosan untuk terus menatap indah wajahnya.
Saat pemilik kantin mengantarkan pesananku ke meja, Ia melihat ke arah handphoneku karena sebelum menyimpan pesananku Ia berjalan di belakangku.
"Mau ke Alika De?" Tanya pemilik kantin itu. Aku kaget ternyata dia mengenalnya.
"Eh, hehe, Bapak kenal?" Tanyaku.
"Kenal dong, Alika itu pelanggan setia di kantin bapak." Jawabnya.
"Sekarang Alika ada nggak?" Kutanya lagi pemilik kantin itu.
"Sekarang kan hari minggu, Alika lagi libur." Jawabnya. "Kalau boleh tahu ade siapanya Alika?"
"Saya adik kelasnya waktu SMA." Kataku.
"Oh, saya kira pacarnya."
"Alika udah punya pacar belum pak?" tiba-tiba Aska ikut masuk ke perbincanganku dengan pak Yudi. Aku mengetahui nama pemilik kantin itu dari spanduk yang dipasang di belakangku.
"Bapak kurang tahu sih, tapi yang ngejar Alika banyak, tentara semua." Jawab Pak Yudi.
"Wah, sainganmu tuh, prajurit semua." Kata Aska menertawakanku.
"Oh, ade lagi suka sama Alika?" Tanya Pak Yudi kepadaku.
"Iya pak, nama saya Alvia." Aku berjabat tangan dengan Pak Yudi.
"Nama saya...."
"Pak Yudi." Kataku memotong pembicaraan Pak Yudi.
"Oh, sudah tahu ternyata."
"Pak, kalau saya minta bantuan bapak buat deketin Alika boleh nggak?" Tanyaku.
"Boleh banget, saya seneng kalau bisa ikut campur kisah asmara anak muda jaman sekarang, jadi berasa ikut muda lagi." Kata Pak Yudi.
"Asyik, bener ya pak?"
"Iya, sekarang apa yang bisa saya bantu?" Tanya Pak Yudi.
"Hm, apa ya? Nanti deh saya mikir-mikir dulu pak." Kataku.
"Kalau begitu saya permisi ke belakang dulu ya, selamat menikmati."
"Siap Pak, terimakasih sebelumnya."
Ah, senang sekali rasanya ada satu orang yang bisa mengantarku lebih dekat pada Alika. Tapi aku masih bingung apa yang harus kulakukan selanjutnya. Aku meminta Aska untuk membantuku berpikir.
Aku memutar otakku, aku ingin berbuat sesuatu untuk Alika, meski dimulai dari hal kecil. Tak lama, akhirnya aku mendapat sebuah ide. Lalu aku memanggil Pak Yudi.
"Pak, Alika kalau kesini suka makan apa?" Tanyaku.
"Biasanya sih dia makan nasi goreng, itu terus, nggak pernah ganti menu." Jawab Pak Yudi.
"Kalau gitu, tolong besok siapin nasi goreng buat dia ya Pak, jangan nunggu dia memesan. Pokoknya, beberapa detik setelah dia duduk disini, Bapak langsung anterin menu kesukaannya. Saya bayar sekarang, tapi tolong dibuat lebih spesial ya Pak." Kataku.
"Siap, gampang banget itu." Kata Pak Yudi menyanggupi permintaanku.
"terus aku mau nulis sesuatu, nanti sampaikan juga ya Pak. Tapi jangan sampai dia tahu ini dari aku, biar agak penasaran dia pak, hehe."
Aku meminta selembar kertas dan pulpen dari Pak Yudi untuk menulis surat kecil untuk Alika. Isi suratnya adalah:
"Sekarang, aku sudah tahu namamu. Mungkin besok aku akan tahu dimana rumahmu, Lusa aku akan tahu siapa Orang tuamu, dan seterusnya aku akan tahu lebih banyak tentang kamu, hingga akhirnya kamu akan tahu bahwa aku mencintaimu sejak pertama tatapanku mengarah padamu. Selamat menikmati makan siangnya."
Setelah selesai menulis surat itu, aku melipatnya dan menyerahkannya pada Pak Yudi. Setelah itu aku dan Aska berniat untuk pulang, karena pencarianku tentang Alika sudah lebih dari cukup untuk hari ini. Terimakasih Pak Yudi.
Keesokan harinya, aku kembali ke kantornya Alika menemui Pak Yudi untuk mencari tahu bagaimana respon Alika. Seperti biasa, Aska selalu menemaniku.
Aku sengaja datang ke kantor Alika jam dua siang, karena itu merupakan jam kerja, aku tak mau Alika tahu aku berada di kantornya.
"Gimana tadi pak?" Kutanya Pak Yudi.
"Sukses de, dia juga balas suratnya." Jawab Pak Yudi. "Biar saya ambil dulu."
"Sekalian pesan jus mangga dua ya pak." Kataku.
"Siap."
Tak lama Pak Yudi kembali membawa dua gelas jus mangga dan selembar kertas yang katanya surat balasan dari Alika. Isi suratnya adalah;
"Aku juga tahu siapa kamu, anak nakal. Terimakasih nasi gorengnya."
Surat balasannya memang sangat singkat, tapi itu cukup membuatku senang. Karena aku sempat berpikir bahwa yang aku lakukan akan membuat dia risih dan tak mau lagi kuganggu.
"Bapak tahu rumahnya dimana?" Kutanya Pak Yudi, mataku masih terus memandang surat balasan dari Alika itu, aku berulang-ulang membacanya.
"Aduh, kalau itu bapak kurang tahu, tapi Alika suka naik angkot ke arah Cimahi." Jawab Pak Yudi. Cimahi? Rumahku disana, apa mungkin Alika juga tinggal satu kota denganku? Ah, aku harus segera mengetahuinya.
"Alika suka pulang jam berapa?" Tanyaku.
"Jam empat de." Jawab Pak Yudi.
"Sebentar lagi." Aku melihat jam tanganku. "Saya boleh nunggu disini Pak? Saya mau buntutin Alika."
"Oh, silakan, boleh sekali. Saya ke belakang dulu, masih banyak kerjaan, kalau butuh apa-apa panggil saya saja." Kata Pak Yudi.
"Siap pak."
Pak Yudi sangat baik padaku, aku harus banyak berterimakasih padanya. Aku melipat surat balasan Alika, lalu aku simpan di dompetku, aku tak akan pernah membuangnya, akan ku jaga baik-baik.
Dari surat balasan itu, aku berpikir bahwa Alika adalah orang yang baik, bisa menghargai pemberian orang. Meski aku disebut anak nakal, tapi dari situ lah aku tahu bahwa dia juga mencari tahu tentang aku, mungkin lewat teman-temannya yang kemarin.
Tak lama kemudian, aku melihat banyak orang yang keluar dari dalam kantor, dan aku melihat Alika. Aku segera pamit pada Pak Yudi dan membayar pesananku tadi, lalu aku dan Aska menyiapkan motorku untuk mengambil posisi yang baik agar bisa membuntuti Alika tanpa sepengetahuan dia. Tak lupa aku memakai masker agar Alika tidak mengenaliku.
Dengan sangat hati-hati aku mengendalikan kecepatan motorku, aku takut Alika tahu bahwa ada orang yang sedang membuntutinya. Aku melihat Alika turun dari angkot, lalu Alika memberhentikan angkot lain. Ternyata rumah Alika cukup jauh dari kota. Akhirnya, aku bisa tahu rumah Alika.
Aku kembali berpikir apa yang harus ku lakukan setelah tahu dimana rumah Alika. Lalu aku mengajak Iyus ke sebuah tempat cetak foto. Aku akan mencetak foto hasil potretanku dan Aska saat di acara reuni, ku lengkapi lagi dengan selembar surat tentunya.
"Sekarang aku sudah tahu rumahmu. Selanjutnya aku akan cari tahu lebih banyak lagi tentang kamu."
Aku mencantumkan nomor handphoneku di surat itu, berharap Alika menghubungiku setelah menerima kirimanku itu.
Aku menyimpan foto dan surat itu di dekat pintu rumahnya. Lalu aku pulang menanti handphoneku berdering karena menerima pesan dari Alika.
Saat tiba di rumah, aku dibuat tak bisa diam karena menunggu pesan dari Alika. Setelah menunggu beberapa jam, akhirnya handphoneku berdering menerima pesan dari nomor yang baru. Dan itu Alika. Ah, senangnya.
"Maaf, kali ini kamu salah. Yang tadi itu rumah tetanggaku, rumahku yang sebelahnya. Aku sengaja masuk ke rumah tetanggaku karena aku tahu ada yang membuntutiku dari tempat kerja. Dan aku tahu itu kamu. Jangan sok misterius, kamu masih harus banyak belajar."
Ternyata Alika menyadari bahwa aku membuntutinya, dan dengan pintarnya dia membuat aku merasa tertipu karena aku salah rumah. Aku bingung harus berkata apa untuk membalas pesannya. Hari ini aku gagal, tapi itu tak membuatku menyerah, justru malah membuat hasratku semakin menggelora. Aku rasa, aku mendapat respon yang cukup baik dari Alika, karena jika tidak, dia tak akan membalas suratku kemarin, dan dia juga tak akan mengirim pesan ke handphoneku. Aku merasa mendapat suntikan semangat yang lebih tinggi lagi.
Aku membalas pesan dari Alika, aku tak membahas tentang apa yang aku lakukan tadi.
"Alika, sampai bertemu besok."
Tak lama kemudian, Aku menerima balasan dari Alika.
"Semoga kamu nggak kecewa."
Pesan dari Alika itu seperti mengajakku ke dalam sebuah permainan, mungkin Alika berpikir bahwa besok aku tak akan bisa menemuinya. Aku juga merasa tak yakin, tapi itu bukan berarti aku harus menyerah.
Sebelum aku tidur, aku memandang foto-foto Alika yang kupajang di dinding kamar, membuat aku berimajinasi bagaimana rasanya bisa memiliki Alika. Aku yakin bisa, tunggu saja.
"Selamat tidur Alika, sang mahakarya Tuhan, selamat datang di kehidupanku."

Melepas CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang