Bersama Alika

627 16 0
                                    


Tak perlu tempat mewah, tak perlu keliling dunia, tapi akan selalu menjadi istimewa dan menjadi sejarah. Kemanapun aku dan Alika pergi, bahagia selalu menanti.
Sore itu, aku menjemput Alika di tempat kerjanya. Aku ingin mengajaknya ke sebuah warung kecil di daerah Lembang, tempat aku sering nongkrong pada masa SMA. tempat itu sering disebut warung ceper.
Alika tak pernah mengeluh, kemanapun aku mau, Alika selalu disampingku.
"Nggak apa-apa kan aku ajak kesini?" Tanyaku.
"Nggak apa-apa? Lagian aku nggak suka di ajak ke tempat-tempat mewah. kemanapun aku mau, asalkan bareng kamu." Kata Alika.
Alika tak pernah meminta sesuatu yang berlebihan. Alika hanya mau aku selalu berada di sampingnya. Dan itu sangat mudah sekali bagiku.
Saat tiba di warung ceper, aku disambut oleh Mba Sum, pemilik warung itu.
"Eh Alvi, kemana aja?" Tanya Mba Sum.
"Lagi sibuk banget Mba." Kujawab.
"Gaya, sibuk ngapain sekarang?"
"Ini, sibuk jatuh cinta." Kataku. "Kenalin Mba, ini Alika." Kataku. Lalu Alika dan Mba Sum berkenalan.
"Cantik, pacarmu ini Al?" Tanya Mba Sum.
"Bukan, calon istriku ini." Kataku tertawa.
"Serius nih?" Mba Sum mengira aku sedang tak becanda.
"Jangan percaya Mba." Kata Alika.
"Saya kira beneran mau nikah." Kata Mba.
"Emang mau Mba, tapi pasti masih lama." Kata Alika.
"Oh, haha, didoain deh. Mau makan? Minum? Ngemil?" Tanya Mba Sum.
"Kamu mau makan?" Kutanya Alika.
"Nggak ah, belum laper." Kata Alika.
"Bikin minum dulu aja Mba." Kataku pada Mba Sum.
Aku duduk bersama Alika, menatap indahnya pemandangan Lembang di sore hari. menyaksikan tenggelamnya matahari. Alika duduk di sampingku, bersandar pada bahuku, menggenggam erat tanganku.
"Aku pengen gini terus sama kamu." Kata Alika.
"Kalau aku nggak mau?"
"Nggak akan mungkin." Kata Alika.
"Aku sayang kamu Alika." Kataku. "Bosen nggak denger aku ngomong gitu?"
"Nggak, nyaman banget kalau denger kamu ngomong gitu." Kata Alika.
"Aku nggak nyangka bisa dapetin kamu, dulu aku pesimis banget." Kataku.
"Aku juga, nggak nyangka bisa suka terus jadi sayang sama kamu."
Nyaman sekali rasanya setiap ada Alika di sampingku. Tenang sekali rasanya saat tangan Alika berada di genggamanku. Seperti tak ada lagi tempat yang lebih nyaman dan tenang di Dunia ini.
Bersama Alika, redupnya hidupku dia ubah jadi secerah mentari. Bersama Alika, sunyinya hari-hariku dia isi dengan senyumnya. Bersama Alika, Apapun bisa saja dilakukan.
"Aku boleh tahu nggak, kamu dulu pacaran kaya gimana?" Tanya Alika.
"Dulu aku cuek banget sama cewek." Kataku.
"Cuek gimana?"
"Sering sih pacaran, nggak pernah nyampe sebulan. Dulu deketin cewek biar nggak dibilang jomblo aja. Pas udah dapet aku cuekin, akunya main aja sama temen-temen."
"Kamu brengsek juga ya."
"Tapi aku nggak akan pernah berani brengsek ke kamu. Dulu aku pacaran cuma cari status doang, bukan karena sayang." Kataku.
"Kenapa nggak akan berani?"
"Nanti Tuhan marah."
"Kamu brengsek ke yang lain juga tetep marah kan?"
"Tapi kan kamu karya terbaikNya." Kataku tertawa.
Alika diam tak menjawab apapun. Lalu Mba Sum mengampiriku membawa minuman pesananku.
"Silakan Al." Mba Sum menyimpan minuman di meja. "Mesra banget kalian, Ibu jadi inget muda." Kata Mba Sum.
"Oh pernah Muda Mba? Kirain lahir langsung gini." Kataku tertawa.
"Berani kamu sekarang sama Mba? Belum tahu nih." Kata Mba Sum.
"Alvi pernah bawa cewek kesini nggak Mba?" Tanya Alika pada Mba Sum.
"Pernah, waktu Alvi masih sekolah." Kata Mba Sum.
Aku memberi kode dengan mengedipkan satu mataku agar Mba Sum tidak menceritakannya.
"Hey! Diem." Alika melihatku saat memberi kode pada Mba Sum. "Cantik nggak Mba cewek yang dibawa Alvi kesini?" Tanya Alika.
"Cantik sih, waktu itu lagi marahan sama Alvi." Kata Mba Sum.
"Marahan kenapa?" Tanya Alika penasaran.
"Ceweknya ditinggal terus, Alvinya sibuk mainin motor sama temen-temennya."
"Terus gimana Mba?"
"Iya gitu, ceweknya marah-marah, terus minta di anterin pulang, tapi Alvi malah ngasih uang buat ongkos naik angkot." Kata Mba Sum. Aku tertawa.
"Kamu jahat ya ternyata." Kata Alika.
"Kan itu dulu sayang."
"Berani kaya gitu ke aku?"
"Nggak hehe." Aku tertawa.
Aku memang pernah sejahat itu pada wanita, aku pernah bersifat tidak tanggung jawab pada wanita. Tapi aku berani bersumpah, aku takkan pernah berani melakukan itu pada Alika. Alika adalah orang yang sangat ku jaga. Semenjak Alika menjadi pacarku, jangan sampai ada yang berani menggores hatinya sekecil apapun itu, kecuali rela kehilangan satu giginya, jangan harap bisa lari dariku, sampai masuk lubang semutpun kan kukejar.
"Bawa pulpen atau spidol?" Kutanya Alika.
"Ada, buat apa?" Tanya Alika.
"Pinjem." Kataku. Lalu Alika mengambil sebuah spidol dari tasnya. Aku menulis sesuatu di salah satu meja di Warung Ceper.
"Surga itu disini, bersama Alika."
Aku mencantumkan juga hari dan tanggal saat aku menulis itu.
Alika tersenyum menatapku. Dunia baruku tepat di depan mataku, masa depanku tepat di depan mataku, dan bahagiaku ada di genggaman tanganku.
Saat itu Alika menerima telpon dari Ibunya. Ibunya meminta Alika untuk segera pulang karena Ibunya sedang sakit.
Akupun mengantarkan Alika pulang.
Meski belum banyak kisah menarik yang dapat aku ceritakan, aku hanya ingin kalian bisa membayangkan bahagianya aku memiliki Alika, juga bahagianya Alika memiliki aku.
Bersama Alika, aku hanya bisa tahu apa itu "Bahagia".
"Terimakasih Alika, selalu menyempatkan waktu untukku, walau dalam keadaan lelah sepulang kerja. Maaf jika aku selalu cerewet, selalu rindu, selalu pengen ketemu. tapi beginilah aku, terlalu mencintai kamu. Mohon maklum."












"Kamu diutus tuhan ke bumi untuk membuat aku jatuh cinta, Dan aku diutus ke Bumi untuk menjaga MahakaryaNya."

"Aku namai kau 'Pagi', itulah alasan kenapa aku bangun setiap hari."

"Aku tak pernah mau menulis epilog tentang kita, aku hanya cukup tahu tentang prolognya saja."

"Sebelum kita jadian saja, aku sudah setia. Setelah jadian, tak mungkin aku mendua."

"Bilang pada siapapun yang coba deketin kamu, usahanya akan sulit karena ada aku."

"Kamu nggak usah buang banyak waktu buat ngebangun hubungan yang kuat sama pacar kamu. Aku dapet bocoran dari Tuhan, kamu (hanya) akan mencintai aku."

"Bukan karena aku terbiasa berkata cinta pada wanita sehingga dengan mudahnya juga aku berkata itu padamu. Tapi mataku sudah jauh menembus hatimu sebelum aku mengucapkan itu."

"Jangan pernah pergi dari aku, aku nggak mau kamu menyiksa diri kamu sendiri. Bayanganku akan selalu ada di sekitar kamu. Nggak percaya? Coba saja."

"Waktu aku kangen banget sama kamu sampai susah tidur, aku minum obat tidur sampai lebih dari dosis yang seharusnya. Tahu apa yang terjadi? Pas tidur, aku mimpi lagi kangen sama kamu, susah ketemu. Begitulah, rasa kangen aku ke kamu nggak pernah bisa dilawan pake apapun."

"Aku nggak pernah maksa kamu buat sayang sama aku. Jadi kamu juga nggak boleh maksa aku buat berhenti perjuangin kamu."

Melepas CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang