Hari demi hari berlalu. Belum banyak yang bisa aku perbuat untuk menunjukkan perasaanku untuk Alika. Beberapa hari ini, aku hanya mencoba berbicara dengannya lewat telpon, dan aku belum mendapat respon yang membaik dari Alika. Tapi rasanya sangat tidak mungkin jika aku menyerah, aku akan merasa sangat malu pada diriku sendiri.
Aku mencoba meminta ide dari Aska tentang apa yang harus aku lakukan agar bisa lebih dekat dengan Alika. Meski aku tahu Aska tak punya cukup pengalaman mendekati wanita.
Pada saat itu, Aska sedang membuka buku catatanku yang berisi beberapa puisi dan coretanku di masa sekolah.
"Kasih ini aja Al." Kata Aska.
"Kasih apa?" Kutanya.
"Ini puisi-puisi kamu."
"Gimana? Bacain depan dia gitu?"
"Terserah kamu gimana caranya kasih ke dia. Pokoknya lamu ubah dulu puisinya biar lebih pas buat Alika. Kasih ke dia satu puisi tiap hari." Jawab Aska.
Entah mengapa ide dari Aska cukup membuat aku penasaran. Aku sempat berpikir cara seperti itu sudah dilakukan banyak lelaki lain untuk mendekati wanita. Tapi aku juga berpikir, ide dari Aska cukup baik daripada aku tak berbuat apapun.
Sekarang, aku berpikir bagaimana caranya aku menyerahkan puisi-puisiku untuk Alika. Karena bila aku memberikan puisi-puisi itu lewat telpon atau SMS, sepertinya tidak akan berpengaruh apapun.
Saat itu aku dapat mendapatkan sebuah ide. Aku akan menitipkan puisi-puisiku pada Pak Yudi.
Saat itu aku sedikit mengubah puisi-puisi lamaku menjadi puisi yang berisi kata-kata yang tepat untuk Alika. Tak butuh waktu lama bagiku.
Setelah selesai, aku segera pergi ke tempat kerja Alika untuk menemui Pak Yudi.
Setibanya disana, aku langsung menuju ke Kantin Pak Yudi. Aku tak mau Alika tahu aku datang kesini.
"Hey Pak.?" Kusapa Pak Yudi yang saat itu sedang bersantai di kantinnya.
"Eh, De. Baru nongol lagi."
"Iya nih, hehe." Kataku tersenyum.
"Gimana? Ada kemajuan nggak?" Tanya Pak Yudi.
"Justru itu, aku kesini mau minta tolong lagi boleh pak?"
"Oh, boleh banget. Saya seneng bisa bantu." Kata Pak Yudi. Pak Yudi memang orang yang sangat baik.
"Nggak akan ngerepotin kan Pak?" Kutanya.
"Nggak kok. Emang bantuin gimana?" Tanya Pak Yudi.
"Alika pasti makan disini kan tiap hari? Nah, nanti setiap dia makan disini, dia nggak usah bayar, saya aja yang bayar sekarang. Terus setiap dia mau masuk kerja lagi, kasihin ini pak. Kasih satu setiap hari." Kataku lalu menyerahkan uang dan puisi-puisiku.
"Oh gitu aja? Gampang De." Kata Pak Yudi menyanggupi.
"Uangnya kurang nggak Pak?" Tanyaku.
"Lebihnya banyak ini." Jawab Pak Yudi.
"Oh, ya sudah nggak apa-apa." Kataku.
"Mulai hari ini?" Tanya Pak Yudi.
"Iya Pak." Kujawab.
"Siap De."
"Kalau gitu saya langsung ya, bentar lagi kan jam istirahat. Nanti ketahuan Alika." Kataku.
"Iya Silakan De."
"Terimakasih banyak ya Pak, saya permisi." Kataku Pamit.
Aku langsung pulang. Mungkin sekarang aku hanya menanti bagaimana respon Alika. Aku tak akan mengganggunya dulu lewat SMS atau telpon. Aku ingin tahu apa dia merasa kehilangan atau tidak.
Aku sudah menandai puisi yang mana yang akan diberikan pada Alika pada hari ini, esok, lusa, dan seterusnya.
Puisi yang akan diberikan oleh Pak Yudi untuk Alika hari ini adalah:"Tangisan Pertama"
Kamu tahu kapan pertama kali aku menangis?
Itu terjadi beberapa menit setelah aku lahir.
Kamu tahu mengapa saat itu aku menangis?
Karena ada yang berbisik padaku bahwa aku harus menunggu belasan tahun untuk berjumpa dengan cinta pertamaku.
Dan itu baru saja terjadi.Puisi untuk hari ke dua:
"Awan Dan Pelangi"
Rasa cintaku untukmu tak seperti awan gelap.
Hanya butuh hujan untuk menghilang.
Rasa cintaku juga bukan seperti pelangi.
Indah sejenak lalu pergi berjejak kelam.Puisi untuk hari ke tiga:
"Jaga"
Aku terlahir dari seorang Ibu yang luar biasa,
Aku diajarkan bagaimana menjaganya dari bahaya sekecil apapun.
Aku juga terlahir sebagai lelaki,
Aku diajarkan bagaimana caranya menjaga harga diri.
Aku anggota geng motor,
Aku diajarkan bagaimana caranya menjaga nama baik geng.
Lalu Tuhan memperlihatkan MahakaryaNya padaku.
Secara tidak langsung, Tuhan memintaku untuk menjaganya dari siapapun yang mencoba menyakitinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Melepas Cinta
RomanceAku cinta dia, dan aku tahu dia punya rasa yang sama. Dia lebih dari sekedar berarti bagiku, dia bagian penting di hidupku. Disaat Tuhan izinkan aku dan dia bersama. Ada sesuatu yang tak bisa dia lawan, hingga akhirnya membuat dia pergi dari hidupku...