Aku memang baru satu bulan dinyatakan lulus dari Sekolah, tapi aku merasa kehilangan banyak hal selama satu bulan terakhir. Aku rindu teman-temanku, guru-guruku, aku rindu suasana sekolah, aku rindu melepas sepatu kananku saat datang terlambat, aku rindu tertidur nyenyak di bangku paling belakang di kelasku, banyak sekali yang aku rindukan, tapi saat ini aku tidak terlalu merindukan pelajarannya, terutama fisika.
Malam ini, tepatnya malam minggu, ada suatu acara buka bersama dan reuni di Sekolahku yang akan dihadiri lima angkatan sekaligus. Ah, aku tak sabar ingin berjumpa lagi dengan teman-temanku, ingin berbagi tawa lagi dengan mereka. Aku juga merindukan Guru-guruku meski aku tahu mungkin Mereka tidak merindukanku, karena aku adalah salah satu murid yang nakal, susah diatur, sering bolos, dan sudah pasti tak sedikit dari Mereka pernah aku repotkan. Ada satu guru yang sangat aku rindukan, Namanya Ibu Gina Rahma, Dia adalah guru bahasa Indonesia, Dia berperan cukup besar dalam kehidupanku di Sekolah, Dia berhasil merubah pola pikirku untuk tidak menyepelekan pendidikan. Pada saat itu, aku memang terkesan sangat cuek dan tak peduli pada pentingnya sekolah, bahkan dua bulan sebelum ujian aku masih sering bolos dan lebih memilih main game online di Warnet.
Saat itu jam sudah menunjukkan pukul empat lebih. Sahabatku Aska sudah menungguku di depan Rumah. Aska adalah sahabat terbaikku sejak dua tahun terakhir. Aska dijuluki "Kulat" karena ada tahi lalat di bagian kumisnya. Aska adalah satu-satunya sahabatku yang sangat cuek terhadap lawan jenis, mungkin karena Ia terlalu asyik dengan dunianya sendiri dan tak mau diganggu. Bahkan selama delapan belas tahun Ia hidup, Ia tak pernah berpacaran sekalipun. Aku berharap Ia bukan penyuka sesama jenis, kalaupun iya, jangan sampai aku yang Aska sukai.
Aku sudah siap untuk berangkat ke Sekolah. Aku menghampiri Aska yang sedari tadi menungguku di depan Rumah bersama motor matic kesayangannya.
"Berangkat Lat!" Kataku sambil naik ke motornya. Aku memang sudah terbiasa memanggilnya "Kulat".
"Rapi amat, mau kemana?" Tanya Aska seperti meledekku yang saat itu berpenampilan lebih rapi dari biasanya.
"Ya jangan cuek lah sama penampilan."
"Ah, bilang aja mau ngeceng" Kata Aska sambil menyalakan motornya.
"Sekalian." Kataku tertawa.
Aku dan Aska tidak langsung menuju ke Sekolah, tapi ke tempat aku sering nongkrong setiap pulang sekolah dulu.
Setibanya di tempat nongkrong, aku melihat sudah banyak teman-temanku berkumpul disana. Aku dan teman-temanku memang sudah membuat janji untuk berkumpul disana. Ah, aku rindu kalian semua. Belum banyak perubahan yang bisa aku lihat dari teman-temanku, karena memang baru satu bulan tak berjumpa. Tapi rasanya, rindu ini sudah tak layak lagi untuk dipendam. Dan ternyata hampir semua merasakan hal yang sama.
Aku dan teman-temanku saling berbagi cerita tentang kehidupannya masing-masing selama satu bulan terakhir. Ada yang sudah kerja, ada yang sudah daftar kuliah, ada yang masih jomblo sepertiku, bahkan ada juga yang sudah merencanakan pernikahan. Cepat sekali kupikir.
Satu-satunya yang tidak aku rindukan adalah Aska, karena aku dan Aska masih sering berjumpa setiap hari meski rumah kami tidak berdekatan. Aku dan Aska masih belum memiliki rutinitas.
"Mungkin ini bukan cuma sekedar acara reuni, tapi ini acara syukuran dari Sekolah karena berhasil meluluskan orang-orang seperti kalian yang sering bikin repot." Kataku kepada semua temanku dan mereka semua tertawa seakan setuju dengan apa yag aku ucapkan.
Setelah hampir semua teman-temanku berkumpul, kami langsung menuju ke Sekolah bersama-sama.
Entah mengapa, gagah sekali rasanya bisa datang lagi ke Sekolah sebagai alumni, mungkin karena aku dan sebagian dari teman-temanku pernah merasa sangat pesimis untuk bisa lulus sekolah. Tapi nyatanya kita semua berhasil, Terimakasih Guru-guruku.
Di Sekolah sudah terlihat banyak sekali orang-orang yang tak aku kenali semuanya, karena acara ini dihadiri lima angkatan sekaligus.
Orang pertama yang aku cari saat tiba di Sekolah adalah Bu Gina, karena aku ingin mengucapkan banyak terimakasih kepadaNya. Tapi aku tidak berhasil menemuinya, mungkin Bu gina belum datang, mungkin juga tak akan datang. Ya sudahlah, di lain kesempatan saja.
Acara berlangsung sangat seru, ada penampilan dari beberapa grup musik, dance, drama, dan masih banyak lagi.
Saat acara buka puasa bersama berlangsung, aku menatap ke sekelilingku, ada yang aneh. Saat aku terus menatap sekelilingku tiba-tiba tatapanku terhenti untuk seseorang selama beberapa detik. Entah siapa, aku baru pertama melihatnya, Dia terlihat berbeda dari yang lainnya, seperti melihat satu bintang terang di tengah gelapnya malam, tak sulit mencarinya di tengah ratusan orang, seolah dia punya cahaya sendiri. Aku terus melakukan hal yang sama, berpura-pura melihat sekelilingku padahal niatku ingin menatap wanita itu tanpa sepengetahuan siapapun. Tapi entah bagaimana caranya Aska mengetahui apa yang dari tadi ku lakukan.
"Cantik ya Al?" Kata Aska sambil menatap wanita itu.
"Siapa?" Tanyaku berpura-pura tak tahu.
"Ah, kamu ini pura-pura bego, dari tadi aku tahu kamu lagi liatin cewek itu.".
"Hehe." Aku hanya tersenyum malu.
"Tumben ngeceng, bosen jomblo ya?" Kata Aska meledekku.
"Ah nggak ngeceng kok, biasa aja" Kataku membela diri. "Tapi itu siapa sih? Kamu kenal nggak?" Kutanya Aska yang masih memperhatikan wanita itu.
"Nggak tahu siapa, tapi kalau di lihat dari sekelilingnya kayanya dia dua tahun di atas kita" Kata Aska.
Aku merasa aneh pada diriku sendiri saat itu, karena pada saat itu aku orang yang tidak terlalu tertarik pada lawan jenis, bukan berarti juga aku penyuka sesama jenis. Tapi pada saat itu aku tipe orang yang ingin memiliki kebebasan penuh. Karena setahu aku dalam berpacaran aku akan banyak di atur, banyak dilarang ngelakuin apa yang aku suka, kemana-mana harus bilang, ah ribet deh pokoknya. Tapi dalam beberapa detik wanita itu telah mengubah pola pikirku, dalam beberapa detik wanita itu membuat aku ingin mengenalnya, memilikinya, nggak peduli jika suatu saat aku akan banyak di atur, aku mau dia. Ah, aku jadi berimajinasi.
Aku jadi tak bisa konsentrasi dengan perbincangan teman-temanku, seperti ada yang menutup telingaku, mengarahkan kepalaku untuk terus memandang wanita itu, bahkan melarangku untuk berkedip. Aku memperhatikan gerak-geriknya, cara berbicaranya. Ah, anggun sekali.
Aku mengeluarkan kamera dari ranselku untuk memotret wanita itu, kumatikan cahayanya agar Ia tak menyadari ada yang mencuri potretnya dari jauh. Malam ini juga aku harus tahu siapa dia, bagaimanapun caranya.
Acara memang sangat seru, tapi aku tetap fokus pada wanita itu, aku terus mencuri-curi pandang pada wanita itu. Saat itu, wanita itu langsung menduduki peringkat kedua sebagai wanita tercantik di Dunia versi aku, peringkat satunya tetap Ibuku.
Saat acara selesai, aku sempat kehilangan wanita itu karena banyak sekali orang yang membubarkan diri. Aku mencarinya, aku tahu dia yang paling bercahaya di antara yang lain. Dan benar saja, tak sulit untuk menemukannya. Aku melihat wanita itu sedang berjalan menuju tempat parkir. Mungkin dia mau pulang.
"Lat, aku mau nyamperin cewek itu, kamu potret aku sama dia dari jauh." Kataku kepada Aska sambil menyerahkan kameraku.
"Siap Al, semoga berhasil." Kata Aska.
Akupun berlari untuk menghampiri wanita itu yang berjalan dengan dua temannya.
"Hey." Kusapa wanita itu.
"Eh, Hey." Wanita itu tampak kebingungan karena dia tidak mengenalku.
Aku sempat kebingungan untuk berbicara apa. Karena bagiku, jika secara langsung meminta untuk berkenalan, dan meminta nomor handphone sangatlah biasa. Aku harus berlaga sedikit misterius dan membuat wanita itu penasaran.
"Boleh nggak kalau aku jatuh cinta sama kamu?" Kutanya wanita itu dengan sangat percaya diri. Aku sendiri tak menyangka bisa seberani itu berkata begitu.
"Eh, kok gampang banget kamu bilang cinta?" Tanya salah satu teman dari wanita itu. Aku juga melihat temannya yang satu lagi sedang berusaha mengenaliku, mungkin dia berpikir bahwa dia pernah melihatku dan terlihat sangat tidak asing. Tentu saja, aku adalah adik kelasnya mereka.
"Iya, gampang kok buat jatuh cinta sama dia." Kataku kepada teman si wanita itu. "Tapi sepertinya rasa cinta ini akan bersarang selamanya di hatiku."
"Ih, dari cara ngomongnya buaya banget." Kata salah satu temannya.
"Eh, aku tahu kamu deh, aku inget kamu yang pernah di hukum di lapang gara-gara ketahuan ngerokok di toliet sekolah kan?" Tanya temannya yang dari tadi berusaha mengingatku, dan dia berhasil.
"Oh iya, itu waktu aku kelas satu." Kataku. Aku yakin mereka langsung merasa tak suka padaku.
"Hayu Al, kita pulang aja, cowok nggak bener ini." Ajak temannya kepada wanita itu, dan merekapun mulai berjalan menjauh dariku.
Barusan aku sempat mengira bahwa temannya itu memanggilku, karena dia menyebut nama "Al", berarti itu nama panggilan wanita yang sedang aku cintai sejak pandangan pertama tadi. Mungkin aku dan wanita itu jodoh, dari nama panggilan saja kita sama.
"Aku belum tahu nama kamu." Kataku.
"Nggak usah tahu nama temanku!" Lagi-lagi yang menjawab adalah temannya. Langsung saja aku merasa tak suka pada mereka yang merusak usahaku agar bisa mengenal wanita itu.
"Oke! Tapi aku akan segera tahu!" Aku berteriak agar wanita itu masih bisa mendengarnya.
Aku langsung menghampiri Aska untuk melihat hasil potretannya.
"Gimana hasilnya?" Tanyaku.
"Mantep Al, kaya lagi shooting sinetron." Kata Aska sambil memperlihatkan hasilnya.
Aku melihat hasil potretan Aska, wanita itu cantik sekali, bahkan dengan ekspresi sedang kebingunganpun tak membuat kecantikannya berkurang sedikitpun.
"Aku akan segera tahu siapa kamu Al." Ucapku dalam hati.
"Mau kemana lagi sekarang?" Tanya Aska.
"Ke GC aja yuk." Jawabku. GC adalah tempat aku dan Aska biasa berkumpul dengan geng motorku, aku dan Aska memang anggota geng motor yang sama.
"Tapi jangan minum." Pinta Aska.
"Iya nggak akan."
Aku dan Aska segera menuju ke tempat tujuanku yang tidak jauh dari sekolah. Aku merasa bahagia sekali malam ini, aku ingin berteriak di jalanan, membuat semua orang tahu bahwa aku sedang jatuh cinta.
Saat aku tiba di GC, aku langsung disambut semua temanku yang sudah berkumpul disana. Aku pun menyapa mereka semua, ada yang sedang berpacaran, ada yang sedang mengotak-atik motornya, ada juga yang sedang minum-minuman keras, tapi aku tak ikut-ikutan minum malam itu.
Malam itu otakku dipenuhi wanita cantik itu, aku masih mengingat wajahnya yang sangat anggun. Beginikah jatuh cinta? Membuat aku tak bisa fokus pada sekitarku. Dimanapun aku berada, sepertinya akan terjadi hal yang sama, pikiranku tetap tertuju pada wanita itu.
Belum lama aku berada di GC, aku mengajak Aska pulang karena ingin segera mencari tahu wanita itu.
"Lat, pulang yuk, bete." Bisikku.
"Tumben ngajak pulang cepet, kamu bukan bete, lagi jatuh cinta kan?" Kata Aska sedikit menertawaiku.
"Hehe, iya. Yaudah yuk." Ajakku.
"Kalau yang lain nanyain gimana?"
"Bilang aja ke depan bentar." Kataku lalu berdiri.
Aku pun pergi meninggalkan semua temanku disana dengan alasan mau membeli makanan. Lagipula untuk apa aku berada di situ sedangkan pikiranku tak bersamaku disitu.
Saat diperjalanan aku meminta Aska untuk menginap di rumahku.
"Lat, kamu nginep aja ya?"
"Hayu aja sih, tapi harus pulang dulu."
"Ngapain? Anak geng motor nginep aja harus izin dulu." Kataku meledek Aska.
"Biarpun anak geng motor, sayang sama orang tua wajib hukumnya." Kata Aska yang tiba-tiba bisa berbicara sok bijak seperti itu.
"Haha, bener sih, kamu bawa laptop ya?"
"Buat apa?" Tanya Aska.
"Nanti aku kasih tahu."
Aku dan Aska pergi menuju rumah Aska untuk meminta izin dan membawa laptop milik Aska. Aku ingin Aska membantuku untuk mencari tahu tentang siapa "Al" lewat beberapa media sosial, dengan dua laptop pasti bisa lebih cepat.
Saat akan pergi menuju rumahku, seperti biasa, Aska selalu dibekali dua mie instan dan sebungkus rokok oleh Ibunya. Hal itu dilakukan Ibunya setiap Aska akan menginap di rumahku. Entah untuk apa, padahal aku tidak pernah membiarkan Aska kelaparan di rumahku. Tapi mungkin itu cara tersendiri dari Ibunya untuk menyayangi Aska.
Di perjalanan menuju ke rumahku, aku memberi tahu Aska mengapa aku memintanya untuk membawa laptopnya, Aska hanya tertawa dan dengan senang hati siap membantuku.
Setibanya di rumah, aku dan Aska langsung menuju ke kamarku untuk segera mencari tahu tentang Al, aku bersemangat sekali.
Aku memindahkan hasil potretanku dan Aska tadi ke komputer. Lalu aku dan Aska mulai mencari akun facebooknya lewat grup Alumni sekolahku, ada banyak sekali anggotanya, aku dan Aska terus mencari akun facebook yang namanya dimulai dari huruf A. Semoga wanita itu tidak menggunakan nama tambahan.
"Al, ini deh kayanya." Kata Aska.
"Mana?" Aku langsung menghampiri Aska. "Coba lihat album fotonya."
Saat Aska membuka beberapa foto yang lebih jelas aku langsung tahu bahwa itu benar-benar dia. Sekarang aku tahu namanya, "Alika Dwi Anjani", pantas saja nama panggilannya sama denganku. Aku berteriak lalu menjambak rambut Aska karena aku tak dapat menahan kebahagiaanku saat itu.
"Aku yang nemu, kayanya jodohku nih." Kata Aska.
"Enak aja, mana mau dia sama kamu."
"Emang dia mau sama kamu?"
"Pasti, tunggu aja." Kataku dengan percaya diri.
Aku mengambil alih laptop Aska dari tangannya, aku ingin melihat semua fotonya, sedangkan Aska berpindah ke meja komputerku . Sumpah, saat aku melihat semua fotonya membuat aku senyum-senyum sendiri.
"Hey, tumben jam segini udah pulang, pantesan berisik." Kata Ibu yang tiba-tiba masuk ke kamarku.
"Ini Bu, Alvi lagi ketiban cinta sama kakak kelasnya." Kata Aska kepada Ibuku, Aska memanggil Ibu karena memang sudah kenal dekat.
"Jatuh cinta sama siapa?" Tanya Ibu lalu menghampiriku.
"Apaan nggak, jangan dengerin si Kulat." Kataku kepada Ibu.
Aku menutup laptop Aska agar Ibu tidak melihat foto-foto Alika. Tapi, aku lupa bahwa pada saat itu Aska duduk di depan komputerku.
"Ini nih Bu." Kata Aska lalu menunjukkan foto hasil potretanku tadi di sekolah.
"Wah, cantik ini." Kata Ibu. "Kakak kelasmu? Emang mau sama kamu?" Tanya Ibu sambil menoleh ke arahku.
"Jangan remehkan aku Bu, tunggu aja, dia itu orang yang bakal ngasih Ibu cucu yang lucu." Kataku. Aska tertawa.
"Heh, jangan dulu, kamu ini kemana aja kalau ngomong. Halalin dulu baru boleh." Ibu mencubit pipiku.
"Iya maksud aku nanti." Kataku tersenyum.
"Ya sudah, kalau pada laper beli nasi goreng di depan aja ya, Ibu nggak masak, Ibu capek baru pulang." Kata Ibu lalu keluar dari kamarku.
"Siap Bu." Kata Aku dan Aska.
Malam itu menjadi salah satu malam yang paling membahagiakan bagiku. Aku melewati malam bersama Aska dengan penuh canda dan tawa, seperti manusia yang hidup tanpa masalah. Siapapun dia yang membuat acara reuni di sekolahku, aku ingin mengucap banyak terimakasih, karena lewat acara itu aku bisa bertemu dengan Alika.
"Alika, tunggu aku, aku akan segera mengetahui semua tentang kamu, dan membuat kamu jatuh cinta padaku."
KAMU SEDANG MEMBACA
Melepas Cinta
RomanceAku cinta dia, dan aku tahu dia punya rasa yang sama. Dia lebih dari sekedar berarti bagiku, dia bagian penting di hidupku. Disaat Tuhan izinkan aku dan dia bersama. Ada sesuatu yang tak bisa dia lawan, hingga akhirnya membuat dia pergi dari hidupku...