Lampu Hijau

752 22 0
                                    

Beberapa minggu ini, aku jadi lebih rajin menemui Alika di tempat kerjanya, meski tak ada yang penting untuk di bicarakan, aku hanya ingin menatapnya saja, bagiku itu sudah lebih dari cukup. Dan aku merasa Alika tak keberatan jika aku ingin bertemu dengannya, dia selalu menyambutku.
Aku senang bisa jauh lebih dekat lagi dengan Alika, membuatku semakin percaya diri, membuat aku semakin yakin bahwa Alika akan menjadi milikku.
Aku sempat lupa bahwa aku punya sedikit keahlian dalam melukis. Aku juga lupa bahwa aku belum pernah melukis keindahan Alika. Dan aku pikir sekaranglah saatnya.
Aku mengambil salah satu foto Alika untuk kulukis. Memang akan sangat sulit untuk mendapat hasil yang bagus, karena mungkin Alika terlalu indah untuk digambarkan.
Aku sengaja membuat lukisan itu tak terlalu bagus, aku ingin Alika bisa melihat perjuanganku, dan aku juga ingin tahu seberapa hebat dia dalam menghargai karya seseorang.
Hanya bermodalkan kertas kosong, pensil, dan sebuah penghapus, aku menyelesaikan lukisan itu dalam waktu satu jam.
Setelah lukisannya selesai, aku berniat untuk langsung memberikannya pada Alika. Seperti biasa, aku akan menemui Alika di tempat kerjanya pada jam istirahat. Kali ini aku pergi sendiri, karena Aska sedang menjaga Ibunya yang sakit.
Tempat pertama yang aku tuju saat ingin berjumpa dengan Alika adalah Kantin Pak Yudi. Karena Alika akan selalu ada disitu setiap jam istirahat.
Aku langsung menghampiri Alika.
"Hey." Kusapa Alika.
"Hey, rajin banget kesini." Kata Alika.
"Nggak tahu aku juga, aneh." Kataku.
"Udah makan belum? Aku pesenin ya." Kata Alika.
"Udah makan tadi di rumah." Kataku.
"Bener nih?"
"Iya. Aku cuma mau ngasih ini." Kataku sambil mengeluarkan lukisan dari tasku.
"Apa ini?" Tanya Alika mengambil lukisan itu dariku.
"Maaf kalo jelek." Kataku.
Saat itu Alika tertawa melihat hasil lukisanku, entah bagian mana yang Alika tertawakan.
"Bibirnya kok gini? Manyun." Kata Alika masih tertawa.
"Susah buat ngelukis kamu, butuh perjuangan yang lebih. Saking cantiknya." Kataku.
"Tapi bagus kok, aku suka. Aku bawa ya?"
"Iya silakan." Kataku.
"Kamu itu padahal punya banyak bakat. Kenapa harus jadi anak nakal sih?"
"Ngebahas itu terus ah." Keluhku.
"Maaf deh. Aku boleh lebih tahu tentang kamu nggak? Pengen langsung dari kamu, biar nggak jadi fitnah." Kata Alika.
"Iya deh nggak apa-apa."
"Sejak kapan kamu masuk geng motor?" Tanya Alika.
"Kelas tiga SMP." Kujawab.
"Hah?" Alika kaget. "Kegiatan geng motor apa aja sih?" Tanya Alika lagi.
"Pokoknya nggak semua negatif." Kujawab.
"Kamu pernah bunuh orang?"
"Ya ampun, nggak lah. Kalau berantem doang sering." Kataku.
"Pernah mabuk?"
"Dulu sering."
"Terakhir kapan?" Tanya Alika.
"Dua hari sebelum ketemu kamu."
"Ada manfaatnya nggak?"
"Nggak."
"Kamu serius sayang sama aku kan?"
"Iya."
"Kalau gitu berarti nggak sulit kan buat ninggalin itu semua demi aku?"
"Iya, gampang kok."
"Kamu tahu kenapa aku bawel gini?"
"Kenapa?"
"Akhir-akhir ini aku sering banget kepikiran kamu, aku nggak mau kamu kenapa-kenapa."
"Aku bisa jaga diri baik-baik."
"Iya tahu, tapi kalau udah waktunya celaka siapa yang tahu?"
"Kok kamu tiba-tiba bisa perhatian gini sama aku?"
"Nggak apa-apa kok." Alika terlihat gugup saat mengatakan itu.
"Kamu mulai sayang sama aku ya?" Kutanya.
"Ih, kenapa bisa nilai gitu?" Alika bertanya balik.
"Kalau kamu nggak sayang aku, kamu pasti nggak peduli kalau aku mau ngelakuin apapun yang bahaya."
"Gimana ya? Kamu itu beda banget dari yang lain. Dari cara kamu deketin aku, dari cara kamu bikin aku seneng, beda dari yang lain deh. Tentang aku sayang kamu, aku belum bisa nyimpulin. Tapi kalau kamu mau nganggep kalau aku sayang sama kamu, silakan." Kata Alika.
Aku mencoba menahan senyumku, aku malu jika harus terlihat senang di depan Alika. Beginilah rasanya diterbangkan menuju awan.
Aku memang berpikir bahwa mendapatkan hati Alika tidaklah sulit, bahkan bisa dibilang sangat mudah. Tapi aku yakin, Alika adalah tipe wanita yang setia, meskipun dengan mudahnya aku masuk ke kehidupannya lebih jauh saat Alika memiliki kekasih. Tapi aku yakin jika suatu saat Alika pergi, melupakannya tak akan mudah seperti saat aku mendekatinya.
"Kamu pulang sama siapa?" Kutanya Alika.
"Nggak tahu." Jawab Alika.
"Aku jemput boleh?"
"Jangan dulu deh, pacarku lagi disini. Takut dia jemput tanpa ngasih kabar." Kata Alika.
"Sampai kapan disini?"
"Dua hari." Jawab Alika.
Aku merasa kesal jika mendengar Alika berbicara bahwa dia sudah memiliki pacar. Aku bukan siapa-siapanya Alika, tapi aku bukan lelaku yang pintar mengendalikan rasa cemburu. Jadi saat mendengar hal semacam itu, emosiku langsung naik. Aku harus belajar sabar, demi hasil yang baik.
"Kamu percaya nggak kalau suatu saat kita bakal pacaran?" Tanyaku.
"Lihat nanti aja." Jawab Alika.
"Harusnya kamu percaya." Kataku.
"Kenapa?"
"Kemarin aku dapet pesan dari langit. Nanti bulan depan, kamu akan jadi pacarku." Kataku.
"Aminin jangan?"
"Dengan senang hati." Kataku.
"Aamiin." Kata Alika.
Aku semakin merasa bahagia, kali ini aku tak mampu menutupi rasa bahagiaku. Aku sudah tak peduli tentang rasa malu di depan Alika.
"Seneng banget kayanya, kenapa?" Tanya Alika.
"Siapa yang nggak seneng bisa deket cewek kaya kamu."
"Kan yang lebih dari aku banyak." Kata Alika.
"Tapi di mata aku nggak ada yang lebih dari kamu." Kataku.
"Iya deh terserah kamu. Aku mau masuk lagi." Kata Alika lalu berdiri.
"Iya, selamat bekerja." Kataku.
"Kamu hati-hati pulangnya, kalau jatuh pura-pura push up aja." Kata Alika tertawa.
"Iya, lagian nggak akan jatuh."
"Pokoknya kalau aku denger kamu masih nakal, jangan harap masih bisa deketin aku." Kata Alika setengah teriak karena bicara sambil berjalan menuju kantornya.
Aku hanya tersenyum. Aku yakin sekarang Alika mulai merasakan perasaan yang sama denganku. Aku merasa Alika sangat cerewet padaku, tapi aku tahu itu adalah caranya Alika untuk membuatku tahu bahwa dia peduli padaku, dia tak ingin sesuatu terjadi padaku. Alika sudah memberiku lampu hijau untuk bisa lebih dekat dengannya. Hanya tersisa satu lagi, penghalang yang harus segera aku singkirkan. Pacarnya.

Melepas CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang