Part 5-2

57 3 0
                                    

Kriing.. Kringg
Suara ponsel yang kuletakan di meja kecil samping ranjang tempat tidurku berbunyi. Kulihat nama molly ada dilayar ponsel , aku langsung menggeser layar dan mendekatkan ponsel ketelingaku.

"Kau sudah bersiap untuk kembali ke new york?" suara molly terdengar begitu bersemangat.
aku tidak menceritakan segala hal yang terjadi di london padanya, kukira lebih baik aku menyimpannya sebagai hadiah untuk molly di new york.

"Sudah, kau tau aku sedang berdandan sebelum kembali ke new york."
"Untuk apa?kau sudah cantik.. Jangan berusaha terlalu keras dalam kehidupan ini dania.."
"Molyy.."
"Apa?.."
"Tidak, kututup ya.."
"Bye... Kuharap kau lebih cepat kembali dari perkiraanmu, kau akan kujemput dibandara. Oke"
"Berdoa saja untuk hal itu, ohh baiklah molly.."
Terdengar suara molly tertawa sesaat. Dan melanjutkan dengan kata selamat tinggal sebelum menutup panggilannya

-----

Semua sudah siap, semua barangku sudah masuk kedalam koper.
Aku mulai menarik koperku, kupandangi sesaat kamar apartementku. Ada begitu hal yang takkan bisa kulupakan disini, saat pertama kali aku bertemu ely wangston setelah beberapa tahun tak bertemu dan dia telah berubah menjadi malaikat yang begitu cantik, ya dia adikku yang telah menjadi dewasa,dari yang terakhir kami bertemu.

Dan aku terbayang kembali saat mom terakhir kali datang ke kamar ini , saat dia harus melayangkan tangannya di pipiku dan setelah itu dia tidak pernah menghubungiku dan datang lagi ke tempat ini. Mom kuharap kau selalu dalam keadaan yang membahagiakan dalam hidupmu.

Akupun keluar dari kamar itu, lalu menguncinya berharap semua itu akan tersimpan dan tak pernah teringat kembali aku mulai berjalan kedalam lift hotel. tidak butuh waktu lama aku telah sampai di loby hotel aku melakukan cek out hotel. aku berjalan keluar, sebuah taksi telah menungguku. Seorang supir membawakan segala barang barangku kedalam mobil, dan kami meninggalkan hotel, bukan hanya hotel tapi kenangan manis saat aku bertemu ely dan mom yang sudah lama tak bertemu.

Taksi meluncur begitu cepat, tak ada perbincangan didalam taksi. Hanya terdengar sebuah lagu orkestra yang dinyalakan supir dari radio mobil..

Aku melihat jam tanganku, masih beberapa jam lagi sebelum keberangkatanku ke new york. Kurasa aku ingin berkeliling kota london sebentar.

"Sir, bisakah kita melewati westminster bridge road?"
"Tentu nona.."
Supir itu membelokan setirnya kearah kanan menuju westminster bridge road.
Lima belas menit selanjutnya aku dapat melihat jam raksasa itu.

"Sir, aku akan turun sebentar. Kau tunggu aku disini , hanya sebentar."
"Baik nona." supir itu mengangguk dan tersenyum padaku. Uk, semua penduduknya begitu ramah.

Aku mulai berjalan mendekati jam raksasa itu . aku bisa merasakan terpaan angin yang berhembus dari sebelah barat daya begitu dingin, membuat nafas yang kukeluarkan dari tubuhku terlihat diudara.

Banyak sekali orang disana , tetapi tidak ada satupun orang yang kukenal disana.
Aku mengangkat kedua tanganku ,aku ingin berdoa sekali lagi sebelum aku benar benar meminggalkan london.

Aku tau tuhan kau tak pernah tidur, dan sampai saat ini aku tak pernah mengerti ada rencana apa dibalik pertemuan ku di london bersama bloom. Kuharap mom mengerti segalanya , kuharap mr.george dan ely wangston selalu dalam keadaan baik. Jagalah mereka. Dan tentang bloom bantu aku untuk mendapatkan pilihan yang adil dari semua ini.

Saat kubuka mataku ..
Air mata sudah membasahi pipiku lagi. Aku baru tersadar bahwa aku , seorang Dania tak sekuat yang kufikirkan selama ini.
Tiba tiba ada seorang yang mendorongku cukup keras ,membuatku jatuh karena salju yang membuat jalan terasa begitu licin dan aku tak bisa menyeimbangkan tubuhku.

"maaf .. Maafkan aku nona , aku tak sengaja karena aku juga terpeleset. Kau tau london terus menurunkan salju yang ..... " laki laki itu tidak meneruskan perkataannya , tetapi dia mengulurkan tangannya padaku.
Sedangkan aku masih dalam posisi terjatuh dan membersihkan sisa salju ditanganku.

"Dania...?"kali ini dia memanggil namaku. Aku menoleh kearah wajahnya. Ya, aku bisa mengenal dengan baik wajah itu.. Tak perlu mengingat susah payah karena dia yang telah lama kukenal dan aku cintai. Bloom..

"B..lo..om.." ucapanku terbata bata saat melihat wajahnya. Aku langsung berdiri dan dia langsung mendekapku kedalam tubuhnya.
"Kau sedang apa disini?" dia mulai bertanya padaku.
"Berdoa.."
"Untuk apa dania?"
"Untuk sebuah kebahagiaanmu dan ely wangston." air mataku semakin banyak keluar,dan bloom mengelus rambutku dengan lembutnya.

Saat aku berada didalam pelukannya , aku bisa merasakan debar jantung bloom yang tak menentu , masih terasa seperti dahulu. Masih sama saat dia menjadi kekasihku, bloom masih mencintaiku.

"Dania, aku tak mampu membatalkan semua rencana pertunangan itu. Tapi kau harus tau aku masih menyayangimu seperti dulu." bloom mulai meneteskan air mata , suaranya penuh dengan penyesalan.
"Kau tidak boleh menyayangiku lagi bloom, mulai saat ini kau harus belajar mencintai ely adikku. Berjanjilah akan hal itu padaku bloom."

"Beberapa bulan aku mencoba, tapi aku tidak bisa melupakanmu dania. Kau tau betapa senangnya aku saat kita bertemu dipesta?"

Aku melepaskan tubuhku dari dekapannya aku memandang tajam matanya, mata yang dahulu adalah milikku masih terlihat begitu indah sampai hari ini.
Aku menghapus air mata bloom, dan menaruh kedua tanganku dikedua pipinya.

"Kau baru mencoba beberapa bulan, bukan beberapa tahun. Kau harus bisa bloom, ely wangston adalah wanita yang baik, jangan pernah kau coba tinggalkan dia. Berjanjilah kau menjadi lelaki yang setia."

Bloom mengambil tanganku yang berada dipipinya, matanya menatapku dengan tajam ,mata kami saling bertemu saling memandang seakan aku bisa melihat semua kenangan yang terjadi antara kami.

"Dania, berat rasanya melupakan segalanya."
Aku tersenyum padanya , membuatnya merasa yakin bahwa aku baik baik saja.

"Bloom aku akan mencari sebuah kebahagiaan , walaupun itu bukan darimu lagi. Kuharap saat aku kembali ke new york hidupku akan tetap seperti biasa. Dan aku harap kita tetap menjadi teman."

Bloom menggenggam tanganku begitu erat, dan aku teringat sesuatu aku harus cepat pergi kebandara sebelum penerbangan.

"Bloom , aku harus cepat pergi. Hari ini aku kembali ke new york. Dan kau tau tiga hari lagi film terbaruku keluar, ah... Disaat seperti ini harusnya aku bahagiakan?"

Bloom menghapus air mataku dengan tangannya dan dia mulai berbicara lagi.
"Bolehkah aku memelukmu sekali lagi."
"Tentu saja.."

Kami berpelukan dan jam raksasa menjadi saksinya , kalau aku bisa menghentikan waktu aku ingin menghentikannya. Saat dia memelukku dengan erat.

"Berjanjilah kau akan selalu membuat ely bahagia..."
"Mmm..." bloom hanya menganggukan kepalanya.

Love (why so difficult)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang