Part 5-5

64 4 0
                                    

"Kau harus memakai kaus ini, untuk promosi filmmu kali ini dania. Dan sebuah rok berwarna merah, ya kurasa Tak ada yang cocok selain warna merah." molly membawakan segala keperluan yang akan aku gunakan kali ini. Dia menaruhnya di kasurku.

"Baiklah molly." aku memaksakan senyuman kali ini. Molly berjalan kearahku dan duduk disampingku.
"Kau bisa melewati ini dania, kau tau bahkan seorang bayi pada akhirnya dapat berjalan. Maksudku adalah, pada akhirnya kau bisa melwati masa sulit."
Aku menatap molly dan memeluknya.

***

Lampu didalam ruangan yang cukup luas kembali menyala, film telah selesai dimainkan. Aku dan seluruh crew film keluar dari ruangan bioskop. Dan Suara tepuk tangan yang sangat riuh terdengar saat aku dan willy janskey melakukan wawancara. Mungkinkah mereka semua menyukai kemesraan antara aku dan willy janskey yang baru saja mereka lihat dilayar yang sangat lebar.
Jermy melakukan beberapa sesi wawancara bukan hanya jermy tapi Elly sebagai produser film juga ikut diwawancarai. Camera terus memotret mereka, aku dan juga willy janskey yang saat ini duduk bersama didepan awak media.

Aku merasakan kaku dirahangku mungkinkah aku memaksakan senyuman terus menerus?

Willy janskey berjalan kearahku, kali ini semakin dekat dia tersenyum kepadaku sejenak kami hanya bertatapan. Acara kali ini telah selesai tetapi aku merasa kesal pada media yang berfikir aku dan willy janskey memiliki hubungan yang khusus. Aku tak mau terkena sekandal cinta yang begitu mengganggu. Ah, media yang begitu menyebalkan.

"Sudah lama tidak bertemu ya, apa kabar?" willy janskey baru saja menegurku. Padahal dari tadi kita selalu bersama hingga acara selesai. Atau mungkin willy juga merasa terganggu tentang pemberitaan aku dan dia yang belakangan menjadi topic yang hangat.

"Baik, bagaimana paris, apa mengagumkan berada disana cukup lama?"
" tidak, aku merasa tenagaku habis disana." dia menatapku dengan sepasang mata birunya.
"Kukira ,kau sudah melupakanku."
"Kenapa?"
"Kau baru saja menegurku, padahal sejak tadi bahkan dari awal film ditayangkan Kita sudah bertemu."
"Maafkan aku. Hanya saja...." willy janskey terlihat bingung untuk meneruskan kata katanya.
"Apa?"
"Kau terlihat lebih sensitif ya , setelah berlibur ke london? Tidak jadi,kau ingat janjiku padamukan?" matanya sangat serius kali ini, dan aku baru menyadarinya willy janskey lebih terlihat kurus dari biasanya.
"Iya" aku mengangguk tak yakin.
"Haruskah kita pergi sekarang?"
"Baiklah."
"Tunggu dulu bagaimana dengan molly?"
Aku memberanikan diri menyentuh pundaknya.
"Jangan khawatir janskey, molly sudah lebih dulu pergi. Karena aku sudah bilang ada acara denganmu. Tapi harus kau tau aku tidak bawa mobil sendiri."

Willy janskey langsung menarik lenganku dan berjalan kearah parkir mobil. Mobil willy janskey berwangi bunga lavender , mobil berwarna hitam sangat cocok dngan pribadinya yang maskulin.

Terlihat sangat canggung antara aku dan willy. Tak ada satupun pembicaraan diantara kami
Aku melihat jalan, aku tak menyangka new york juga mengalami kemacetan menjelang malam hari.

"Willy.." aku menengok kearah willy yang terlihat begitu fokus dengan stir mobilnya.
"Iya?" dia menoleh sebentar seakan memberikan kesan bahwa dia mendengarku.
"Kita sebenarnya pergi kemana?"
"Sebentar lagi kita akan sampai."
"Baiklah." aku menengok kaca sebelah kananku melihat trotoar yang banyak sekali dilalui orang orang new york yang ingin menikmati cuaca yang cukup dingin dimalam hari.
Aku harap new york menjadi tempat persembunyian yang bagus untuk melupakan kejadian di london.

Mom, kuharap tuhan selalu menjagamu.
Kuharap ayah tiriku selalu mencintaimu dan untuk adikku jaga steven ,bukan maksudku bloom untukku.

Love (why so difficult)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang