Selama di perjalanan Langit hanya diam dan fokus pada jalanan. Seolah mengabaikan Raina yanh berada disampingnta. Raina yang mengerti jika Langit sedang mendiamkan dirinya pun mulai menyalakan lagu kesukaannya "Old Love" Raina mulai memejamkan matanya mulai menikmati lagu.
Namun ketika sesudah lampu merah tiba-tiba hujan pun datang dan berlanjut deras. Sontak saja membuat Raina membuka mata lebar Ia mengatupkan bibir dan meremas kedua jarinya.
"SHIT!" umpat Langit
Langit melirikkan matanya kearah Raina. Wajah Raina mulai pucat pasi. Tangan kiri Langit ia gunakan untuk menggemgam kedua tangan Raina yang diremas. Mencoba memberi kenyaman kepada gadis itu. Langit pun membelokkan mobilnya kearah hotel untung saja lokasi mereka dekat dengan Hotel Merdeka. Tanpa berkata apapun Langit terus menggenggam tangan Raina dan mengelusnya pelan dan melesatkan mobil menuju ke basement hotel.
"Gak papa, ada gue" ujar langit yang mengerti dengan keadaan Raina ketika suara hujan bersahutan di dalam basement.
Langit menuntun Raina keluar dari mobil memeluk hangat tubuh Raina yang bergetar. Tangan langit mengelus lembut rambut Raina dan mencium singkat pucuk kepala Raina.
Sepanjang menuju resepsionis Raina terus terdiam dan memeluk pinggang Langit tanpa mau menatap kearah luar. Sesampainya di depan resepsionis Langit segera memesan satu kamar untuk mereka. Setelah mendapatkan kartu akses kamar,Langit pun menuntun Raina kembali. Walaupun sebenarnya umur mereka belum memenuhi syarat untuk satu kamar berdua Langit pun menggunakan kekuasaannya jika hotel ini adalah milik pamannya.
Ketika di lift Langit membawa Raina di dalam gendongannya, dan Raina pun menenggelamkan wajahnya di dada Langit karena suara hujan tak terdengar. memang trauma yang dialami oleh Raina terhadap hujan sangat parah. Trauma yang dialami Raina akan membuat Raina melemas tak berdaya jika mendengar dan melihat hujan.
Raina terus memeluk leher Langit hingga sampai di kamar yang sudah dipesan oleh cowok itu. Langit menurunkan Raina dengan hati-hati ke kasur. Dilepasnya kaos hitam yang basah akibat membelikan Raina Payung. Setelah itu Langit pun melepaskan atribut Yang dikenakan oleh Raina dan sepatu yang membungkus kaki putih bersih Raina.
Raina hanya diam tak bisa berkata-kata membiarkan apa yang dilakukan oleh Langit. Batinnya sedang berperang mengalahkan rasa takutnya. Setelah itu Raina merasakan pelukan hangat yang diberikan oleh Langit kepadanya. Raina meneteskan cairan bening yang membasahi dada Langit.
"Kenapa nangis? Lo gak akan kenapa-napa ada gue Rain" ujar langit merengkuh lebih erat tubuh Raina.
Tubuh Raina bergetar hebat kala masih mendengar suara hujan, Langit masih terus berusaha membuat Raina tenang.
"Rain, lo pasti bisa" guman lirih Langit dengan mencium pucuk rambut Raina.
Air mata Raina masih terus menetes bayangan masa kecilnya masih menghantui.
"L-langit" ujar Raina dengan air mata yang masih tidak berhenti.
"Gue gak akan pernah ninggalin lo Rain" tegas Langit, Raina pun mengangguk lalu menyandarkan kepalanya dengan nyaman ke dada Langit dan matanya pun perlahan mulai terpejam. Mencoba menghilangkan bayang-bayang yang muncul di kepalanya.
Langit mengelus pelan rambut Raina, ditatapnya wajah damai milik Raina. Langit menghela napas pelan.
"Sorry" gumam Langit yang masih menatap intens ke Raina
***
Raina mulai membuka matanya perlahan dan Ia mendapati Langit yang kini sedang menatapnya dengan tatapan khawatir.
"Raina ketiduran udah lama?"
Langit menggeleng, menatap kearah jam dinding dan mengalihkan kembali tatapannya kearah Raina.
KAMU SEDANG MEMBACA
LANGIT RAINA
Teen FictionWarning 18 (+) Langit dan Raina telah bersahabat sendari kecil. Namun benar jika tidak ada sahabat antara laki-laki dan perempuan, pasti salah satu atau bahkan keduanya saling tertarik entah itu si lelaki atau si perempuan. Begitu pula yang terjadi...