Hari senin adalah hari yang sangat tidak disukai oleh Raina Auristella, pasalnya gadis itu sangat tidak menyukai hal-hal yang berbau fisika, otaknya sangat tidak mampu untuk menerima pelajaran fisika yang memperhitungkan gerak gravitasi ataupun beberapa rumus fisika yang memusingkan. Sendari tadi helaan napas Raina terus dikeluarkan. Langit yang melihat dari punggung Raina pun menggeleng pelan.
Langit mengeluarkan handphone miliknya, mengetikkan pesan kepada Galang. Yang dia ingat hari ini kelas Galang sedang olahraga jadi sahabatnya itu bisa sedikit bebas.
Lima menit kemudian ketukan pintu kelas terdengar, Pak Agus yang sedang menjelaskan rumus gerak roda berputar pun berhenti.
"Masuk,-"
"Selamat pagi pak, saya di suruh oleh Bu Niken untuk memanggil Langit dan Raina" Ujar Galang tersenyum sungkan jika bukan imbalan yang ditawarkan Langit, Galang tidak akan pernah mau untuk repot-repot berbohong kepada Pak Agus.
"Langit Raina silahkan"
Raina terkaget, seketika menolehkan kepalanya kebelakang menatap ke Langit. Ada apa? Tanya Raina dengan gerakan bibir. Namun Langit hanya mengangkat kepalanya kedepan meminta Raina kembali ke posisi semula.
"Rain! Kenapa Bu Niken manggil lo?" ujar Dina pelan
Raina menggeleng pelan. Dina hanya mendengkus sudah hafal dengan apa yang dilakukan oleh Langit kepada Raina.
Langit berdiri dari duduknya lalu menggandeng tangan Raina yang ada diatas meja. Sontak Raina pun berdiri dan mengikuti langkah kaki Langit. Semua mata para gadis dikelas memandang iri kepada Raina karena bisa sangat dekat dengan Langit yang memiliki sifat cuek dan tertutup kepada orang lain. Sesampainya diluar kelas Langit malah membawa Raina ke kantin sekolah.
"Ini ulah Langit kan nyuruh Galang bohong? Ih Langit gak boleh gitu! Galang juga mau aja disuruh" Omel Raina.
"Gue salah apa coba, salahin Langit lah. Udah gue mau olahraga, jangan lupa imbalannya bro!" Ujar Galang menepuk pelan bahu Langit
Setelah kepergian Galang, Langit mengarahkan telunjuknya ke bibir Raina yang bersiap untuk berbicara. Tindakan yang dilakukan Langit membuat gadis itu terdiam. Dengan mengelus lembut tangan Raina yang ada digenggamannya Langit menatap gadis itu memberikan pengertian.
"Gue cuma gak mau lo bosen Rain,"
Mulut Raina terbuka, sungguh sangat brilian sekali membawanya keluar kelas dengan alasan dipanggil orang TU (tata usaha). Kekesalan Raina berangsur menghilang dan detik berikutnya senyum dari gadis itu muncul. Raina tersenyum lebar, yang membahagiakan adalah hari ini Ia sudah terbebas dari pelajaran Fisika batinnya lega.
"Makasih Langit,-"
Langit mengangguk, mengelus rambut milik Raina yang saat ini tengah dikuncir tengah menyisakan beberapa helai rambut di pelipisnya.
"Mau makan apa?" Tanya Langit tepat di depan wajah Raina yang membuat gadis itu menahan napas.
"Mau susu kotak aja, beliin rasa strawberry 2 ya"
"Gak makan?"
"Raina masih kenyang,-"
Langit mengangguk dan mulai beranjak dari duduknya menuju salah satu stand yang ada di kantin. Sedangkan Raina fokus bermain dengan handphonenya. Beberapa saat asik dengan gadget miliknya Raina tak menyadari jika seseorang sudah berada di depannya.
"Raina?"
Raina mendongak mengalihkan pandangannya kedepan. Mata Raina menyipit memastikan yang dilihatnya adalah nyata.
"Kakak OSIS bukan ya?"
Cowok dengan pakaian olahraga itu tersenyum tipis dan mengangguk.
"Bener, gue Askara"
KAMU SEDANG MEMBACA
LANGIT RAINA
Ficção AdolescenteWarning 18 (+) Langit dan Raina telah bersahabat sendari kecil. Namun benar jika tidak ada sahabat antara laki-laki dan perempuan, pasti salah satu atau bahkan keduanya saling tertarik entah itu si lelaki atau si perempuan. Begitu pula yang terjadi...