LANGIT RAINA - 3

8K 340 10
                                    

Para murid baru telah berdatangan mengenakan atribut yang telah ditentukan. Bertapa beruntungnya seorang Raina karena Ia tak perlu memikirkan mengenai atribut yang dengan sukarela Langit membuatkan untuknya. Setelah menempuh perjalanan selama 20 menit Raina dan Langit sampai di depan sekolah barunya dan memasuki parkiran.

"Bayangan Raina, Raina bakal kesepian gak ada Langit karena beda sekolah" ujar Raina bergelayut dilengan Langit ketika mobil mereka telah terpakir.

"Langit gak terpaksa kan?" matanya menatap Langit kearah atas. Langit tersenyum tipis lalu menggeleng pelan. Kemudian ia mendaratkan kecupan di hidung mancung milik Raina. Melihat tindakan yang baru saja dilakukan oleh Langit membuat Raina tersipu malu meskipun Langit sudah terbiasa mencium dirinya tetapi tetap saja Raina merasa malu.

"Pakai ini, kalau ada yang deketin lo. Gak usah lo tanggepin"

Langit mendengus kesal Ia sangat tidak menyukai dihari pertama masuk sekolah pasti hal itu akan membuatnya repot dengan banyaknya cowok yang mendekati Raina. Sebenarnya Ia tidak merasa keberatan jika ada yang mendekati Raina tapi Langit merasa tidak ada yang pantas untuk menjadi kekasih sahabatnya itu entah mungkin Ia berlebihan. Tapi Ia tidak mau jika sahabatnya terluka karena patah hati.

"Langit kok bau rokoknya masih ada sih"

"Habis ngerokok itu enak rasanya manis, lo mau coba?"

Mendengar jawaban langit ia mendengkus sebal baru beberapa menit yang lalu ia memarahi Langit untuk tidak merokok dan sekarang cowok itu malah megatakan jika sesudah merokok rasanya manis? Sungguh luar biasa. Namun Raina ingin membuktikan apakah benar yang dikatakan oleh Langit.

Ketika Langit ingin membuka pintu mobilnya, tiba-tiba tangannya ditarik oleh Raina, Lalu Ia pun menatap Raina seolah-olah mengatakan kenapa. Raina pun menggigit bibirnya lalu memberanikan diri mengatakan kemauannya.

"Kiss me.." ujar Raina pelan, Langit yang mendengar itupun terkekeh pelan lalu tangannya meraih tengkuk Raina dan mencium tepat di sudut bibir gadis itu. Ya jika di bibir baik Raina dan Langit melakukannya di sudut bibir saja tanpa melumatnya hanya sekedar kecupan tidak lebih.

Sedangkan Raina pun memejamkan matanya ketika langit mulai mendekatkan diri kearahnya. Lalu kecupan itupun Ia rasakan lembut dan panas cukup lama Langit menempelkan bibirnya di sudut bibir Raina lalu Langit pun melepaskannya, menatap Raina dengan senyum jahil dan mengelus pucuk kepala Raina.

"Gak ada rasanya! Langit bohong"

Langit tertawa keras Ia sangat terhibur dengan kelakuan Raina yang polos tapi sebenarnya tidak sepolos itu. Langit pun menatap Raina yang menampilkan wajah cemberut. Dan mengecup dan menghirup kembali leher Raina yang menjadi candunya.

"Jelas gak berasa Rain, itu hanya kecupan beda lagi kalau ciuman beneran baru ada rasanya." Terang Langit langsung yang diangguki oleh Raina pertanda jika ia mengerti. Sendari kecil sudah biasa bagi Raina dan Langit melakukan hal tersebut mereka merasa jika ciuman mereka adalah tanda kasih seorang sahabat.

"Udah Langit,-" ujar Raina dengan napas yang memburu menahan geli akan tingkah langit yang menghirup lehernya. Raina pun menjauhkan kepala Langit lalu meraih tengkuk lelaki itu lalu menciumnya balik tepat di hidung Langit. Entah Langit merasa bahagia Raina sangat manis!

Setelah keluar dari mobil sport milik Langit. Raina dan Langit telah menjadi pusat perhatian semua orang. Siapa yang tidak mengenal Langit seorang anak pengusaha yang kaya-raya serta jangan lupakan parasnya yang menawan sungguh sangat di idam-idamkan semua gadis yang melihatnya.

Raina mendengkus kesal, ternyata di senior high school pun Langit selalu menjadi incaran para gadis tentu saja itu membuatnya kesal takut jika sahabatnya itu akan mengabaikannya seperti Langit ketika bersama Natalia dahulu. Ia pun memasang muka cemberut lalu berjalan terlebih dahulu meninggalkan Langit dibelakang.

LANGIT RAINATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang