Raina sudah memesan ojek online semenjak dirinya di kelas tak lama bel pulang berbunyi, pun dengan secepat kilat Raina berlari sekuat tenaga. Dina menghela napas Raina memang kalau sudah marah jiwa anak-anaknya akan keluar. Dan Dina telah menobatkan Langit adalah orang tersabar di berbagai orang yang dikenalnya.
"Marah tuh" ujar Dina membalikkan badannya ke belakang dan menatap Langit.
Langit mengangguk mengerti.
"Gue duluan" ujar Langit kepada Rizky dan dibalas anggukan.
Dengan Langkah cepat sedikit berlari Langit mencoba mengejar Raina yang sayangnya Ia sudah melihat Raina menaiki motor abang ojek online. Langit berdecak kasar, hari ini sangatlah panas dan Raina menaiki motor tanpa menggunakan jaket dan sunblock.
"Raina,-" ujar Langit dengan berlari ke parkiran, mengambil mobilnya untuk mengejar Raina.
Air mata Raina tidak bisa ditahan, berulang kali Raina menghapus air mata yang menetes begitu saja. Dalam perjalanan gadis itu hanya diam menikmati terik matahari yang sangat panas. Tangannya sudah memerah karena memang Ia hari ini tidak membawa jaket ataupun sweeter sama sekali.
Raina mengerjap merasa terkejut tiba-tiba mobil berwarna biru classy menghadang yang membuat motor yang dinaikinya mengerem mendadak , Raina mendengus kesal Ia sangat mengenali siapa pemilik mobil yang tengah menghadangnya. Raina mengambil uang disaku yang memang sudah Ia siapkan agar mudah untuk membayar.
"Ini pak, makasih ya saya turun disini aja"
Langit membuka pintu mobilnya lalu menghampiri Raina yang tengah berjalan kearahnya juga.
"Rain, gue bisa jelasin,-" ujar Langit menggenggam tangan Raina
Raina menghempaskan tangan Langit, gadis itu memilih langsung menaiki mobil Langit, karena menurut Raina percuma berdebat dengan langit yang pada akhirnya Raina sudah tahu jika Ia akan tetap pulang bersama dengan cowok itu.
Langit menyugar rambutnya dengan sedikit kasar. Lalu berbalik menyusul Raina yang ada di dalam mobil. Driver ojek online pun dibuat mlongo dengan apa yang sudah dilihatnya. Sungguh anak muda jaman sekarang sangat berbeda dengan jamannya dahulu.
"Oke gue akan diem, sampai lo udah mau bicara sama gue"
Raina melengoskan kepalanya menatap ke kiri memandang sepanjang jalan dan beberapa orang yang sedang beraktivitas, tanpa menjawab perkataan dari Langit. Melalui ekor matanya Langit melirik kearah Raina lalu mulai menjalankan mobilnya.
Langit berinisiatif untuk membawa Raina ke restaurant kesukaan gadis itu. Langit tidak akan membiarkan gadis itu dalam keadaan perut kosong hanya karena marah kepadanya.
"Raina mau pulang!" tekan Raina ketika Langit menghentikan mobilnya di depan restaurant.
Langit menghela napas, menatap Raina yang kini tengah menatap kearahnya dengan mata yang berkaca-kaca.
"Kita makan, baru pulang"
"Gak mau! RAINA MAU PULANG!" ujar Raina dengan suara keras.
"Rain jangan kayak anak kecil! Hanya karena gue ikut OSIS dan gak kasih tahu ke lo. Lo jadi marah gak jelas!" Tandas Langit sedikit berteriak.
Raina terdiam, matanya semakin memanas napasnya pun tercekat. Air ludahnya sulit ditelannya begitupun dengan air mata yang kini tengah menetes tanpa bisa dicegah olehnya. Ini pertama kalinya Langit mengatakan dengan nada yang terdengar sangat sarkas baginya. Biasanya cowok itu ketika marah hanya suaranya yang keras tetapi ini berbeda. Cowok itu pasti sangat-sangat marah dengannya. Dengan cepat Raina menghapus air matanya lalu gadis itu pun keluar menuruti kemauan Langit untuk makan ke restaurant yang sering dikunjunginya.
KAMU SEDANG MEMBACA
LANGIT RAINA
Ficção AdolescenteWarning 18 (+) Langit dan Raina telah bersahabat sendari kecil. Namun benar jika tidak ada sahabat antara laki-laki dan perempuan, pasti salah satu atau bahkan keduanya saling tertarik entah itu si lelaki atau si perempuan. Begitu pula yang terjadi...