Langit dan Raina sama-sama menikmati suasana di sore hari, Kedua tangan Raina ia lingkarkan di perut Langit dan menyenderkan kepalanya kepunggung tegap milik Langit. Sedangkan langit mengendarai motornya dengan pelan dan tak lupa tangan kirinya diletakkan di paha kiri milik Raina menepuk dan mengusapnya pelan.
"Langit nanti pulangnya mau beli jagung bakar" ujar Raina yang dijawab anggukan oleh Langit dan tangannya mengusap lembut tangan Raina yang berada diatas perutnya.
"Dingin gak?" Tanya Langit ketika merasakan jari-jari Raina yang terasa dingin.
"Enggak kok" jawab Raina tetapi mengeratkan pelukannya kepada Langit, Langit yang merasakan hal itupun terkekeh geli mendengar kebohongan gadis yang sedang di boncengnya.
Tak lama kemudian Langit dan Raina telah sampai di kedai ice cream yang cukup terkenal dengan desain kedai yang lucu dan instagramable. Raina mengedarkan pandangannya di seluruh sudut kedai tersebut dan Raina merasa sangat kagum dengan pemandangan yang ada dihadapannya saat ini. Tetapi menurut Raina Langit terlalu berlebihan, padahal Ia hanya ingin ice cream yang ada di supermarket dan memakannya sambil dibonceng oleh Langit tetapi Langit malah membawanya ke kedai ini. Raina pun tidak merasa menyesal dengan keputusan yang diambil oleh Langit karena Ia cukup menikmati suasana di kedai ini.
Setelah melepaskan helm miliknya Langit pun beralih menghadap kearah Raina yang melamun menatap ke dalam kedai. Senyum tipis menghiasi wajah tampan Langit kala melihat tingkah Raina yang masih duduk diatas motor sambil menatap kosong kedepan. Ia pun membantu melepaskan helm milik Raina dan hal tersebut membuat Raina tersadar. Raina terkekeh pelan lalu turun dari motor sambil membenarkan rambutnya dengan mencepolnya seperti di rumah Langit.
"Leher lo keliatan Rain, kuncir biasa aja" protes Langit yang hanya di balas Raina dengan mengibaskan tangannya mengatakan jika Ia tak mau menuruti Langit.
Langit pun mendesah kasar jika sifat keras kepala Raina telah muncul. Dan yang bisa Ia lakukan adalah mengalah dan menuruti kemauan gadis itu yang sialnya adalah sahabatnya sendiri. Raina pun segera mengandeng tangan Langit untuk memasuki kedai dengan cat tembok berwarna putih tulang itu. keduanya pun melangkahkan kakinya untuk memesan ice cream.
"Mau apa?" Tanya Langit menatap kesamping kearah Raina yang masih melihat menu yang tertera.
"Raina mau ice cream vanilla chip satu, coklat oreo satu, sama matcha satu udah. Langit mau rasa apa?"
"Tiramitsu," Raina pun mengangguk dan mengatakan pesanannya ke mbak kasir.
"Baik kak total pesanannya 250rb, mau sekalian croffle nya kak lagi diskon dari harga 80rb untuk 5pcsnya menjadi 50rb" ujar mbak kasir.
"Boleh" jawab Langit
"Baik totalnya menjadi 300rb mau cash apa pakai kartu debit?"
Langit pun mengeluarkan dompetnya dan menyerahkan kartu debitnya kepada mbak kasir
"ini kak, silahkan pinnya"
"Lo Rain" perintah langit yang dijawab dengusan Raina.
Raina pun mengetik pin milik Langit dengan bibir yang cemberut. Sedangkan mbak kasir menatap takjub Langit dan Raina mereka pasangan yang serasi, jika dilihat-lihat mereka merupakan anak konglomerat batin mbak kasir.
Sepanjang berjalan menuju tempat duduk yang menurut mereka nyaman Raina terus mengeluarkan omelannya untuk Langit karena kejadian di kasir yang membuat ketenangan Raina menjadi terganggu dengan pandangan beberapa orang yang mengantri.
"Kenapa lo peduliin mereka" jawab santai Langit
"Males ah ngomong sama Langit" kesal Raina yang membayangkan beberapa tatapan miring yang dilayangkan beberapa orang yang mengantri.
KAMU SEDANG MEMBACA
LANGIT RAINA
Teen FictionWarning 18 (+) Langit dan Raina telah bersahabat sendari kecil. Namun benar jika tidak ada sahabat antara laki-laki dan perempuan, pasti salah satu atau bahkan keduanya saling tertarik entah itu si lelaki atau si perempuan. Begitu pula yang terjadi...