Belum ada satu hari Raina bersekolah disana, Raina telah banyak menerima coklat dan bunga dari beberapa cowok yang sempat dikenalnya ketika MPLS. Hal tersebut membuat Langit kualahan membawakan bunga dan coklat yang diterima Raina.
"Buang aja lah Rain" Ujar Langit menahan kesal, pasalnya tasnya sekarang telah penuh dengan coklat yang kebanyakan bermerk diary, Coklat murahan batin Langit.
Raina yang mendengar perkataan langit pun melotot, lalu menatap Langit yang ada disampingnya.
"Kalau gak mau bawain, sini biar Raina yang bawa" kesal Raina
Padahal Raina tidak meminta Langit untuk membawakan coklat dan bunga yang telah diterimanya tetapi cowok itu sendiri yang menawarkan jika akan membawakan semua pemberian yang diterima olehnya tapi Langit juga yang mengeluh kepadanya dan berniat membuang bunga dan coklat tersebut yang membuat Raina tambah jengkel dengan sifat Langit.
"Gak boleh main buang-buang pemberian orang, gak baik! Namanya itu gak menghargai" tegas Raina merampas bunga yang dipegang oleh Langit.
Langit mendengkus pelan, sungguh Raina sangat perasa. Dengan lembut Langit pun mengambil bunga yang sendari tadi dipegangnya lalu mengelus lembut tangan Raina.
"Iya-iya maafin, gue bercanda. Lo mau pesen apa?"
Ya mereka sekarang berada di kantin, menunggu pembagian kelas dibagikan.
"Sebentar nungguin Dina dulu" jawab Raina sambil memainkan handphone nya.
"Kira-kira coklatnya Raina bagi ke siapa ya? Gak mungkin Raina habisin coklat sebanyak itu" gumannya yang masih memainkan handphone miliknya.
"Buat sodara lo seperti biasanya" jawab Langit
"Gak boleh, mereka lagi diet makan coklat. Kemaren terakhir aku kasih, mama mereka bilang ke Raina kalau gigi anaknya berlubang gara-gara keseringan Raina kasih coklat" dengus Raina menelungkupkan wajahnya di kedua tangannya yang bertumpu pada meja kantin.
"Besok-besok Raina bikin pengumuman tidak menerima coklat dan bunga gratis dari siapapun" ujar Raina tidak jelas yang dibalas kekehan geli Langit. Dengan gemas Langit pun menepuk pelan pucuk kepala Raina.
"Pacaran mulu!" sewot Dina lalu mendudukkan dirinya disamping Raina. Raina pun mendongakkan kepalanya menatap sahabatnya itu.
"Lama banget ke toiletnya" Tanya Raina menghiraukan ejekan yang dilayangkan oleh Dina.
"Biasa Rain cari asupan cogan dulu" jawab Dina santai lalu mengedarkan tatapannya kearah beberapa makanan yang dijual dikantin.
"Gue mau burger sama es teh" ujar Dina Raina pun mengangguk dan menatap Langit yang sedang memainkan handphone nya.
"Langit,-" panggil Raina dan didetik itu juga tatapan Langit pun beralih kearah Raina meninggalkan game yang dimainkannya.
"Mau bakso minumnya es kelapa muda. Sekalian pesenin Dina burger sama es teh"
***
"Rain, demi apa kita satu kelas?"
Raina pun tersenyum lebar mengetahui jika Dina satu kelas dengannya di MIPA 1 dan yang lebih membuat senyumnya melebar terdapat nama Langit dibawahnya yang menandakan jika cowok itu satu kelas dengannya. Raina pun memeluk lengan Langit dari samping dan menyenderkan kepalanya di bahu cowok itu.
Raina sangat lelah pasalnya mereka harus melihat selembar kertas yang telah ditempelkan di kaca kelas masing-masing, mau tidak mau mereka harus melihat satu persatu kelas yang terdapat nama mereka.
"Langit boleh gak sih pulang, Raina capek banget" Ujar pelan Raina yang tetap menyanderkan kepalanya di bahu langit. Sedangkan Dina asik mengobrol dengan teman sekelasnya dan Rizky yang berada di MIPA 1 juga.

KAMU SEDANG MEMBACA
LANGIT RAINA
Ficção AdolescenteWarning 18 (+) Langit dan Raina telah bersahabat sendari kecil. Namun benar jika tidak ada sahabat antara laki-laki dan perempuan, pasti salah satu atau bahkan keduanya saling tertarik entah itu si lelaki atau si perempuan. Begitu pula yang terjadi...