"Pokoknya Raina mau ikut OSIS"
"Gak Rain, nanti lo sibuk dan lo pasti kecapekan"
"Nggak akan Langit, Raina kan pernah ikut OSIS dulu"
"Dan berakhir sakit karena kecapekan"
Raina pun merengek menatap Bunda Langit, Evelin meminta pembelaan. Langit menatap dengan kesal tidak biasanya Raina merengek seperti ini hanya dikarenakan Ia ingin mengikuti kegiatan OSIS yanh membuat Raina sering bertemu dengan Askara.
"Bunda, Langit jahat banget" ujar pelan Raina sambil memakan camilan yang disediakan oleh Evelin.
Meskipun Evelin seorang wanita yang sibuk tetapi Evelin masih memiliki waktu luang dengan keluarganya begitupun dengan Papa Langit. Memang hari ini Papa Langit tidak terlihat dirumah karena ada perjalan bisnis ke Turkey.
Hari ini adalah hari minggu dimana biasanya Raina akan bermain atau bahkan menginap di rumah Langit yang merupakan tetangganya. Bunda Langit yang melihat tingkah Raina pun tersenyum, lalu menghadiahi Langit dengan tatapan tajam.
"Langit kamu gak boleh gitu dong, itu kan hak Raina mau ikut kegiatan apa aja" Bela Evelin Bunda Langit.
"Dia itu ngeyel Bun, dulu Raina sering sakit ya gara-gara ikut OSIS" terang Langit yang sebenarnya ada benarnya
"Pokoknya gue gak izinin" ujar datar Langit lalu melenggang pergi menuju kamarnya.Raina yang melihat Langit pun menggigit bibir bawahnya. Ia cemas kali ini takut jika Langit marah kepadanya.
"Bundaa" rengek Raina
"Udah gak papa, kamu susul gih. Biasa itu cuman senjata biar kamu nurut" ujar Bunda Langit memeluk hangat tubuh Raina. Sungguh Evelin sangat menyayangi Raina seperti putrinya sendiri.
"Raina ke atas dulu bun" ujar Raina dengan melepaskan pelukan dari Evelin. Melihat kepergian Raina Evelin menggeleng pelan dengan senyum yang tercipta di bibir cantiknya. Kenapa mereka tidak menjalin hubungan saja. Entalah jika hal tersebut terjadi Evelin akan sangat bahagia jika Langit Putranya mendapatkan seorang Raina yang penyayang dan sangat amat cantik.
Dengan perasaan cemas Raina pun menaiki lift yang ada dirumah Langit. Raina pun memencet tombol lantai 3 tempat kamar Langit berada. Sepanjang lift bergerak Raina menggigiti bibir bawahnya terus menerus.
Ting! Lift pun terbuka. Ia segera melesatkan tubuhnya masuk kekamar Langit menekan password yang ada diganggang pintu milik Langit. Raina mengedarkan penglihatanya dan mendapati langit yang sedang memainkan handphone duduk di sofa dengan TV yang menyala.
Tanpa menunggu Lama Raina langsung menubrukkan tubuhnya diatas Langit lalu menatap Langit dengan puppy eyes andalannya ketika Langit sedang merajuk.
"Boleh ya?" pinta Raina
Langit pun mendengkus kasar tetap diam dan tetap memainkan handphonenya mencoba tidak terpengaruh dengan permintaan Raina.
"Boleh nggak Langit" ujar Raina sekali lagi dengan merampas handphone yang dipegang oleh Langit.
"Rain, lo apaan sih"
"Langit yang apaan!"
"Boleh nggak?"
"Nggak!" jawab singkat Langit dengan masih menatap kearah TV yang ada di depannya.
"Boleh nggak kalau,-" belum sempat Raina meneruskan kalimatnya Langit pun memotong ucapan Raina dengan nada keras.
"GUE BILANG NGGAK YA NGGAK!" Langit yang tersadar pun mencoba menetralkan napasnya karena merasa Raina tidak memperdulikan tubuhnya yang rentan.
"Maaf" Ucap Langit pelan lalu melingkarkan tangannya dipinggang Raina.
KAMU SEDANG MEMBACA
LANGIT RAINA
Ficção AdolescenteWarning 18 (+) Langit dan Raina telah bersahabat sendari kecil. Namun benar jika tidak ada sahabat antara laki-laki dan perempuan, pasti salah satu atau bahkan keduanya saling tertarik entah itu si lelaki atau si perempuan. Begitu pula yang terjadi...