"Tadi seru banget deh, harusnya Langit ikut OSIS" cerocos Raina di dalam mobil Langit setelah mereka berjalan kurang lebih 2 km dari kelas.
"Mau langsung pulang?" Tanya Langit untuk menghindari topik yang dibahas Raina
Mendengar pertanyaan dari Langit Raina pun menggeleng pelan, Ia memainkan handphone yang dipegangnya mencoba mencari sesuatu yang sudah ia bayangkan di Aula.
Lima menit menscrol sosial media miliknya, Raina pun memperlihatkan kepada langit yang tengah menyalakan kini sedang mobil.
"Mau kesini deh"
Langit menatap layar handphone milik Raina lalu mengangguk menyetujui.
"Perjalanan sekitar 1 jam, mau pulang dulu?"
"Langsung aja deh Langit, Raina pasti mager kalau udah ketemu kasur"
Langit mengangguk lagi dan mulai menjalankan mobil dan Raina memposisikan dirinya untuk senyaman mungkin.
Sesampainya ditempat yang Raina maksud. Langit mematikan mesin mobil, menatap kearah samping kirinya dan mendapati Raina sedang tertidur pulas. Langit mengulurkan tangan kearah kening Raina mengelusnya lembut. Lalu mendekatkan dirinya untuk menciumi kening Raina.
Raina pun merasa geli dan terganggu dengan tindakan yang dilakukan Langit kepadanya. Dengan kesadaran yang masih 50 persen Raina meraup kepala Langit menjauhkan cowok itu darinya.
"Udah sampai?" ujar Raina membenarkan posisi duduknya.
"Maafin Raina ketiduran gak nemenin Langit di perjalanan" ujar Raina yang dibalas anggukan oleh Langit.
Raina pun mengedarkan pandangannya ke depan dan Ia sangat terkejut senyumnya merekah akhirnya Ia bisa berada di telaga ini. Raina pun menatap kearah Langit yang kini sedang membawa beberapa baju dan perlengkapan yang sempat dibelinya ketika perjalanan kemari.
"Kita berapa hari disini? Tanya Raina.
"Minggu kita pulang" ujar Langit yang masih memasukkan barang bawaannya. Raina mengangguk dan mulai membantu Langit memasukkan barang kedalam tas besar.
Raina keluar dari mobil dan melihat pemandangan telaga yang sangat memanjakan matanya. Ia menghirup udara segar yang menerpa dirinya. Sungguh kenyamanan yang tidak ia dapat di perkotaan. Raina menolehkan kepalanya kearah Langit yang memanggilnya.
"Rain, ayo" panggil Langit
Raina pun menghampiri Langit lalu berjalan disamping cowok tersebut untuk check-in penginapan. Setelah check-in Langit dan Raina menaiki tangga villa menuju ke kamar mereka.
"Langit beneran kita sekamar? Ini suasananya mendukung banget loh" Raina takut
Langit tekekeh geli mendengar kalimat yang dilontarkan oleh Raina kepadanya. Ia pun menjatuhkan bawaannya lalu menghampiri Raina yang menatap interior kamar mereka.
Dengan kedua tangan yang melingkar diperut Raina Langit pun memposisikan wajahnya diantara ceruk leher milik Raina.
"Mendukung buat apa, Rain" Goda Langit.
"Langit jangan sok polos" Omel Raina lalu melepaskan pelukan Langit dan berbalik menatap kedua mata Langit.
"Lo gak percaya sama gue?" perkataan Langit yang membuat Raina mendengkus kesal.
"Raina percaya sama Langit tapi Raina gak percaya sama godaan saiton-saiton disini" ujar Raina sembari merebahkan tubuhnya dikasur berukuran king size. Langit pun ikut menyusul Raina yang berbaring.
Cowok itu memeluk tubuh ramping Raina memposisikan dirinya senyaman mungkin lalu mengecupi setiap sudut wajah Raina dan mulai memejamkan mata karena jujur saja tubuhnya saat ini terasa lelah sepulang sekolah harus pergi ke Telaga dengan perjalanan selama satu jam lebih untuk menuruti kemauan Raina.
KAMU SEDANG MEMBACA
LANGIT RAINA
Teen FictionWarning 18 (+) Langit dan Raina telah bersahabat sendari kecil. Namun benar jika tidak ada sahabat antara laki-laki dan perempuan, pasti salah satu atau bahkan keduanya saling tertarik entah itu si lelaki atau si perempuan. Begitu pula yang terjadi...