Chapter 20

249K 7K 89
                                    

Aisshhhh... ini readers pada pinter nebak.. cie cie..
udah ah kelamaan yuk cussss...

Typo banyak ya..

AUTHOR

Gggggbbbbrraaakkk..

Suara benda jatuh itu terdengar jelas oleh telinga Fachri dan sepertinya sumber suara itu berasal dari dapur.

Dengan sangat amat terburu buru karena kaget, Fachri berlari ke arah dapur. Dan mendapati Tasya juga Citra tergeletak di lantai. Tasya sudah tak sadarkan diri, sedangkan citra masih dapat berbicara meminta tolong.

Em. Jelas lah yang ditolong Fachri duluan adalah Tasya. Fachri menggendong Tasya menuju ke mobil dan memberitahu penghuni rumah kalau di dapur Citra masih tak berdaya.

"Astaga sayang... kamu kenapa bisa gini ?" Bisik Fachri. Dia memeluk istrinya yang ada dipanggukannya itu selama diperjalanan.

"Kkkaak... sa_sak_kit.." Ucap Tasya terbata bata.

"Sabar ya.. ini kita lagi jalan ke rumah sakit sayang." Ucap Fachri sembari mengecupi seluruh permukaan wajah istrinya. Dia seperti ingin menenangkan Tasa juga menenangkan dirinya.

Disisi lain Citra dibawa oleh Fitri juga Sinta ke rumah sakit yang sama yang dituju oleh Fachri.

"Aku tahu pasti kamu ingin mencelaka kan anakku. Karma ini namanya." Ucap Fitri.

"Maaf Citra sedang sakit. Bisakan anda tak membahas ini ?" Balas Sinta.

Akhirnya Fitri hanya dapat menahan kekesalannya. Ya karena memang keadaan Citra juga cukup menghawatirkan.

Tiba di rumah sakit Citra langung dibawa ke IGD dan ditangani dokter.

Setelah diperiksa, Citra hanya alami benturan sedikit di kepala dan dia dehidrasi.

Dokter menyarankan agar dia di rawat di rumah sakit untuk beberapa hari kedepan.

Sedangkan di ruabgan berbeda, Fachri masih harap harap cemas menunggu hasil pemeriksaan dokter.

"Anda keluarganya ?" Ucap sang dokter.

"Iya saya suaminya." Jawab Fachri.

"Ah.. begini. Istri anda mengalami benturan yang cukup keras. Sepertinya dia terjatuh. Untung saja janinnya tidak apa apa. Tapi untuk beberapa minggu kedepan pasien terpaksa harus memakai kursi roda dulu." Ucap sang dokter.

"Oh baik, terimakasih dok." Ucap Fachri.

Setelah dokter itu pergi, akhirnya dia masuk ke ruang rawat Tasya.

Disana Tasya terbaring lemah di tempat tidur.

Miris memang selalu saja ada cobaan untuk hidupnya.

"Alhamdillah kamu gak apa apa." Ucao Fachri sembari memeluk istrinya itu.

"Masih sakit ? Mana yang sakit ? Maaf.. lagi lagi dan lagi lagi aku gak bisa jagain kamu." Lanjutnya sembari menitikan airmata. Bilang Fachri ini laki laki cengeng. Namun keadaan ini tak bisa dipungkiri sangat amat menbuat Fachri ingin menitikan airmata.

"Enggak kok. Cuman ngilu sedikit. Udah lah. Aku juga yang ceroboh tadi. Udah ah. Jangan lebay !" Ucap Tasya sembari menghapus air mata yang mengalir di pipi Fachri.

"Emm.. kata dokter gimana ?" Lanjutnya.

"Kamu harus pakek kursi roda dulu, gimana ? Gak apa apa kan ?" Ucao Fachri melemah.

"Gak apa apa kok, yang penting ini buat kebaikan dia." Ucao Tasya sembari mengelus perutnya yang buncit itu.

"Citra ? Dia gimana ?" Lanjutnya.

I Love My Badboy [NOVEL SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang