Pagi ini aku disibukkan oleh beberapa berkas yang daddy limpahkan untukku. Setelah menyelesaikan pendidikan S2 ku yang memang jurusan bisnis, aku memang tidak bekerja di mana-mana. Membuat daddy leluasa meminta bantuan apa saja padaku selama itu masih mampu kulakukan. Bahkan aku seolah menjadi asisten pribadinya.
Sedangkan kedua adik kembarku, mereka sama sekali tidak ada niat dalam dunia bisnis seperti daddy. Rehan sangat menyukai dunia otomotif, membuat dirinya sepanjang hari akan bergelut dengan mesin-mesin yang entah apa namanya. Padahal ia adalah seorang pilot.
Sedangkan si bungsu narsis Revan, sejalan dengan hobi narsisnya. Kini ia menjadi model terkenal dan banyak sekali diminati gadis-gadis. Wajahnya yang -aku akui- sangat tampan memang sangat mendukung profesinya. Namun jangan salah, pendidikannya juga tak akan daddy biarkan terbengkalai. Disaat usianya masih dua puluh satu tahun, ia sudah mendapatkan sarjana hukumnya.
"Ray, seorang pria mencarimu. Kamu ada urusan apa dengan pria itu?" Sosok daddy sedikit menyeramkan saat mengatakan hal itu.
Aku mengerutkan kening. Seperti yang daddy tau selama ini, aku tidak banyak bergaul dengan pria. Lalu siapa yang mencariku sampai nekat datang ke kantor daddy pagi begini?
"Siapa, Dad? Rasanya Ray tidak ada janji dengan siapa-siapa."
"Baguslah kalau begitu. Biar Daddy suruh pulang saja." Daddy berbalik meninggalkanku sendiri di ruangannya.
Sekedar informasi, mommy sangat mendukungku bekerja dengan daddy seperti ini. Kalau kata mommy, biar daddy tidak berani macam-macam. Aku hanya bisa tertawa kecil saat mendengar alasan itu. Yang pasti, aku bisa lihat betapa kedua orang tuaku itu saling mencintai, sangat.
Daddy muncul lagi setelah beberapa menit. Kali ini terlihat lebih waspada dengan sorot mata yang sangat tajam, menusuk.
"Kamu temui saja sebentar, tapi setelah itu bicara dengan Daddy."
Aku meringis bingung. Perlahan bangun dari dudukku. Daddy memang bukan tipe yang suka mencuri dengar pembicaraan orang lain. Tapi sisi protektifnya juga bukan main-main. Terlebih aku anak perempuan satu-satunya.
Seraya menuju lantai bawah, otakku masih mencari tau siapa yang mungkin datang mencariku. Seorang pria, katanya. Apakah mungkin teman kuliah dulu? Tapi sudah lama kami tidak saling komunikasi.
Setibanya di sana, yang kutemukan hanyalah beberapa karyawan yang sedang dalam pekerjaannya. Tidak ada orang asing. Kemana perginya?
"Aku pikir kamu tidak akan turun."
Aku segera berbalik ke sumber suara itu.
Hm, dia kan... Ah, dia kan Ed. Pria yang dua hari yang lalu ada di pesta ulang tahun Stella. Lalu untuk apa dia mencariku?
Aku mengambil langkah mundur begitu menyadari sesuatu hal. Dia pria mesum yang seharusnya kuhindari.
"Ada apa?" tanyaku mencoba tenang dan tidak terintimidasi tatapan tajam matanya, meski kuakui pertahananku ini tidak sekuat yang biasa aku punya.
Senyumnya yang sangat khas semakin melemahkanku. Tangannya kemudian terulur ke depan, membuatku waspada. "Aku hanya mengembalikan ini. Milik kamu, bukan?"
Sebuah jepitan rambut ada di tangannya.
Otakku berputar kembali, mengingat benda kecil itu. Karena jarang sekali mengenakannya, aku tidak mengenali kalau itu memang milikku.
"Maaf, tapi aku menemukannya saat di pesta. Aku pikir ini milikmu. Makanya aku usahakan menemuimu di sini, sampai bertanya-tanya pada Stella dimana alamatmu." Dia memberikan penjelasan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Black Backless Dress (COMPLETED)
RomanceTidak ada sinopsis. Sequel dari Perfect Two dan Sexy Dad. Edsel Leif Ericson dan Raynelle Zevanna Avshalom. Warning! adult content 18+