BBD - 11 (ED)

12.6K 780 62
                                    

Mobil yang kukemudikan melaju dengan cepat. Musik yang kupasang cukup kencang mengiring perjalananku. Rasanya sangat bahagia saat ini. Tentu saja karena akhirnya bidadari ku mengatakan kalau ia akan mencoba untuk mengenalku lebih dekat. Yang artinya dia akan mencoba untuk membuka hatinya untukku.

Tanpa terasa, aku sudah tiba di rumah. Tapi di halaman depan kulihat mobil yang sepertinya sudah tidak asing bagiku. Aku sering melihatnya, dan tentu sering juga parkir di sini. Bukan mobil papa. Aku tebak kalau ini mobil om Alan dan Tante Joanna.

Aku tidak memikirkannya. Lagipula bukan hal yang mengagetkan jika mereka datang berkunjung. Sudah merupakan hal yang biasa bagiku.

Kulangkahkan kaki tanpa beban. Membawa tas kerjaku, langsung memasuki rumah yang kebetulan pintunya juga tidak ditutup.

Tebakanku tadi sangat tepat. Kudapatkan om Alan dan Tante Joanna sudah ada di ruang tengah bersama dengan putrinya, Alin. Ditemani oleh papa dan bunda.

“Abang sudah pulang?” sambut bunda yang pertama kali menyadari kehadiranku, bahkan sebelum aku mengucapkan salam.

“Iya, Bun,” jawabku dengan senyum tipis. Kualihkan pandangan pada tamu kami sore ini. “Om dan tante ternyata,” kataku berbasa-basi.

Keduanya tersenyum, tapi tidak dengan Alin yang terlihat biasa saja.

“Tumben Alin diam saja,” celotehku yang sepertinya mendadak usil. Akhirnya dibalasnya dengan senyuman tipis. “Kay belum pulang, Bun?” Aku beralih pada bunda sembari menempatkan diri di kursi yang masih kosong.

“Belum. Tadi pagi juga katanya pulang agak sorean,” kata bunda.

Tanganku mengambil keripik dalam toples. Entahlah ada apa dengan diriku, rasanya sedikit berbeda dari diriku yang biasa.

“Nah, Ed sudah ada di sini, bagaimana kalau kita bahas saja?”

“Bahas apa, Om?” tanyaku kaget mendengar perkataan om Alan. Sepertinya aku tidak ada janji apa-apa sebelumnya dengan mereka. Dan apakah diriku yang mereka tunggu sejak tadi?

“Begini, Ed. Om dan tante berniat menjodohkan kamu dengan Alin. Karena sampai saat ini Alin sepertinya tidak pernah memikirkan tentang jodoh. Dan Om pikir kamu juga sudah kenal dekat dengan Alin. Bahkan sejak masih anak-anak kalian sudah saling kenal dan terus bersama. Karena itu, Om pikir bukan hal yang buruk untuk menikahkan kalian berdua. Sepertinya Alin juga tidak keberatan.”

Menjodohkan aku dengan Alin?

Aku menarik nafas dalam-dalam. Kulirik papa dan bunda yang sepertinya juga menantikan jawabanku. Pasalnya, aku sudah pernah mengenalkan Ray pada mereka. Meski saat itu hubunganku belum jelas dengan Ray. Tapi keadaannya telah berbeda sekarang.

“Maaf, Om, Tante. Bukan berniat untuk menyakiti hati Om dan Tante, juga Alin. Tapi maaf, sekarang Ed sudah mempunyai calon Ed sendiri. Bukan ingin menjauhkan hubungan persahabatan bunda dengan Om dan Tante yang sudah sejak lama terjalin. Tapi Ed benar-benar tidak bisa, Om.”

Ada sedikit perasaan tidak suka dari om Alan yang berusaha dia tutupi di depan kedua orang tuaku. “Jadi kamu sudah punya pacar?” tanyanya.

Aku mengangguk cepat. “Iya, Om.” Kulirik Alin yang kini menunduk, bahkan meremas jari tangannya sendiri.

Tante Joanna terdengar menarik nafas panjang. “Ya sudahlah kalau memang Ed sudah punya pacar. Kita kan hanya berniat saja tadi, bukan untuk memaksa juga,” katanya mencoba mengubah suasana yang sedikit kaku. Tapi bisa kulihat kalau dibalik senyum tipisnya juga terselip kekecewaan.

Kupalingkan wajah pada bunda. Bunda memberikan senyum tipis yang meyakinkanku pada keputusanku. Sepertinya bunda memang lebih menyukai Ray untuk menjadi menantunya dibandingkan Alin.

Black Backless Dress (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang