Hari kedua bulan madu, Ray tidak bisa berbuat banyak. Pagi-pagi sekali, Ed sudah mendapat telefon yang berurusan dengan pekerjaan. Yang kebetulan berada di hotel tempat mereka menginap. Sepertinya ada beberapa masalah belakangan ini, saat Ed sudah lama tidak berkunjung.
Sembari menunggu, Ray memilih untuk memainkan ponselnya. Berselancar di dunia maya, sekedar melihat isi dari media sosial.
Tapi nyatanya, Ed tidaklah sebentar. Sudah beberapa jam sejak ia meninggalkan Ray sendiri, sampai saat ini belum kembali juga. Sepertinya ada masalah yang benar-benar serius.
Karena merasa bosan, Ray memilih untuk keluar saja. Di luar sana sepertinya ada banyak hal yang bisa dilakukan. Atau setidaknya sekedar menikmati alam bebas.
Setelah mengganti pakaiannya, ia mengirimkan sebuah pesan pada Ed yang memberitahukan kalau ia keluar sebentar. Tapi tak ada balasan dari suaminya itu. Namun ia tetap memilih untuk keluar. Setidaknya ia sudah memberitahukannya.
Langkah kaki Ray membawanya menuju bibir pantai. Suasana di pantai lumayan ramai. Ternyata ada banyak orang yang juga berlibur, sama seperti dirinya. Baik turis lokal, maupun manca negara.
Tapi tak lama, ia menuju sebuah cafe yang dekat dengan bibir pantai. Merasa sepertinya dari sana akan lebih santai.
Ray memilih duduk di salah satu pojok cafe, menghadap ke pantai. Angin pantai yang semilir menambah keindahan pemandangannya.
"Boleh bergabung?" Suara dari seseorang yang terasa dekat dengannya menginterupsi. Ray mengalihkan pandangan ke sumber suara itu.
Seorang pria dengan tinggi menjulang ada di sebelahnya. Menunggu jawaban darinya.
"Maaf, tapi saya hanya ingin sendiri," jawab Ray.
Bukannya menjauh, pria itu malah duduk di sebelah Ray. Membuat Ray menggeser sedikit posisinya. Tidak bisa banyak, karena ia sudah terpojok. Dan hal itu membuat Ray kesal. Mencoba untuk tidak menggubris pria di sebelahnya.
"Sepertinya kamu ada masalah," oceh pria di sebelahnya.
Ray hanya melirik untuk sesaat, tapi tidak menanggapi. Ia mendesah malas. Pria ini mungkin sedikit cerewet, ingin tau masalah orang lain yang sama sekali tidak dikenalnya. Sayangnya, ingin menjauh pun, Ray tidak punya celah.
"Ray, kamu tidak ingat denganku?" Lagi, pria itu mengoceh.
Dan sekali lagi Ray menoleh. Dilihatnya wajah pria itu untuk sesaat, tapi tidak mengenalnya. Ia hanya menggelengkan kepala sebagai jawaban.
"Come on, Ray. Aku ini teman sekolah kamu dulu." Nada bicara pria itu sedikit memaksa.
Ray yang sedikit cuek saat sekolah memang tidak terlalu berteman banyak. Apalagi daddy yang selalu membatasi ruang geraknya. Terlebih untuk dekat teman laki-laki. Hal itu ada di list terakhir dalam hidupnya semasa sekolah. Dan jadilah ia tidak terlalu mengenal banyak teman sekolahnya.
Ponsel Ray yang tiba-tiba berdering membuatnya mengabaikan pria di sebelahnya. Segera mencari keberadaan ponsel dalam tas kecil di pangkuannya. Ternyata dari suaminya.
"Halo." Ray menjawab tanpa terusik akan pria di sebelahnya.
"Kamu dimana, sayang? Aku sudah selesai nih." Terdengar suara berat Ed dari seberang.
"Aku ada di pantai. Ka-"
"Kamu tunggu, aku kesana sekarang." Tanpa menunggu kalimatnya selesai, Ed sudah memotong. Dan sambungan telefon itu diputus sepihak oleh Ed.
Ray hanya menghembuskan nafasnya kasar. Kemudian menyimpan kembali ponselnya.
"Pacar kamu, ya?" tebak pria di sebelahnya. Yang sampai saat ini sama sekali belum diingat oleh Ray siapa gerangan pria itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Black Backless Dress (COMPLETED)
RomanceTidak ada sinopsis. Sequel dari Perfect Two dan Sexy Dad. Edsel Leif Ericson dan Raynelle Zevanna Avshalom. Warning! adult content 18+