Apa lagi yang sahabatku ini rencanakan hari ini?
Aku menggaruk kepala, memikirkan alasan apa yang bisa aku berikan untuk menolak. Sayangnya dia tau persis segala kesibukanku, sepanjang hari, setiap harinya. Sulit bagiku untuk memberikan alasan karena pekerjaan dan sejenisnya.
Dan sepertinya aku memang akan terjebak dengannya hari ini.
Lihatlah pesan yang dia kirimkan entah sudah keberapa kalinya dalam sepuluh menit terakhir. Isi semuanya sama, mengingatkanku akan ajakannya. Bahkan dia akan dengan senang hati menjemputku asal aku mengiyakannya.
Tapi, meski begitu aku juga cukup merindukannya. Beberapa hari ini tidak bisa bertemu dengannya karena dia ada urusan penting, entahlah.
"Ada apa, Ray? Apa yang kamu pikirkan? Apa ada sesuatu yang mengganggu pikiranmu? Atau masalah pekerjaan?" Daddy yang baru saja masuk ke ruangan kami langsung memberondongku dengan deretan pertanyannya.
Aku menggeleng pelan. "Bukan masalah kantor, Dad. Tapi Stella mengajakku bertemu hari ini sepulang dari kantor. Bisa kan, Dad?"
Daddy menghentikan kegiatannya yang menatap serius ke layar tab yang tadi dibawanya masuk ke ruangan. Melihat ke arahku dari atas kacamata bacanya.
"Baiklah, tidak masalah," kata daddy tanpa melupakan senyum tipis. "Tapi jangan lupakan perjanjian yang pernah kita buat jika kamu ingin pergi dengan teman-temanmu." Sudah kuduga kalau daddy pasti akan mengingatkannya lagi. Selalu, setiap kali daddy memberikanku izin hang out.
"Tentu saja, Dad. Tanpa Daddy ingatkan, Ray pasti akan selalu ingat."
"Hm." Daddy hanya berdehem, tak mau lagi mengalihkan pandangan dari tab-nya. Tidak apa-apa. Asalkan izinnya sudah aku dapatkan.
~~~
Stella sudah menungguku saat aku keluar. Dia pasti bersemangat penuh saat aku mengiriminya pesan yang mengatakan kalau aku menyetujui ajakannya hari ini. Sudah bisa kutebak.
"Ray..." Dia berlari ke arahku saat menyadari kehadiranku. Langsung saja memelukku. "Kangen..." katanya setelah melepaskanku dari pelukannya. Ia bahkan menyengir.
"Lalu acara apa yang kau rencanakan hari ini? Temu kangen denganku?" kekehku.
"Sudahlah, ikut saja denganku. Aku yakin kau akan menyukainya. Bukankah aku memang selalu mengerti kemauanmu?"
Aku hanya mendengus geli mendengar kalimatnya. Mengikuti langkahnya menuju mobil sedan putih miliknya.
Perjalanan yang kami tempuh hanya membutuhkan waktu setengah jam hingga tiba di tempat yang dia maksudkan. Sebuah cafe. Entah apa yang akan dia lakukan di tempat ini. Kita lihat saja, dan siap sedia dengan segala kemungkinan yang bisa terjadi. Meski kata hatiku mengatakan memang akan ada hal yang menjengkelkan nanti.
"Ayo!" ajaknya tanpa membiarkan keraguan menyelimutiku.
Di dalam cafe masih cukup sepi. Hanya beberapa orang yang ada di sana, duduk tenang dan menikmati live music dan minuman mereka. Sesekali terlihat mengikuti alunan musik yang syahdu.
Kami berdua pun mengisi salah satu meja kosong. Dan Stella sudah memesankan minuman untuk kami berdua tanpa menanyakanku dulu.
"Apa ini yang kau katakan akan aku sukai?" tanyaku, yang sebenarnya ingin meminta dia mengatakan saja apa rencananya. Aku yakin, dia tidak hanya ingin menunjukkan tempat ini padaku. Pasti akan ada hal lainnya.
Dia yang sedang memainkan ponselnya sejenak beralih. "Ah ya, aku melupakan sesuatu." Dia merogoh tas LV miliknya. Mencari sesuatu di dalam sana. Kemudian meletakkan sebuah kotak berukuran kecil di meja. "Nih!" Aku pikir ini adalah oleh-oleh darinya setelah bepergian entah kemana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Black Backless Dress (COMPLETED)
RomanceTidak ada sinopsis. Sequel dari Perfect Two dan Sexy Dad. Edsel Leif Ericson dan Raynelle Zevanna Avshalom. Warning! adult content 18+