BBD - 4

22.1K 1.4K 63
                                    

Deringan ponsel -entah sudah keberapa kalinya- sangat menggangguku. Jam berapa ini? Kenapa orang ini hobi sekali mengganggu istirahat orang lain?

Kulihat jam di nakas. Jam dua dini hari.

Mengerang kesal, tapi aku tetap menjawabnya. Bahkan tanpa memperhatikan nama siapa yang tertera di sana.

"Halo." Ah, suaraku sangat serak.

"Halo. Maaf mengganggu tengah malam." Suara yang sedikit asing bagiku terdengar dari seberang.

Siapa ini?

Kulihat kembali layar ponselku untuk memastikan. Nomor baru yang terlihat di sana. Aku mengerutkan kening sebelum menempelkan kembali ponsel di telingaku.

"Ada yang bisa saya bantu?" Sengaja aku menggunakan bahasa formal.

Kekehan pelan terdengar. "Tidak perlu terlalu formal seperti itu. Ini aku, Ed."

Oh, astaga. Jangan bilang kalau Stella lagi yang memberikan nomor ponselku pada pria itu.

Lalu, apa yang harus aku jawab sekarang?

"Hm, ada apa?" putusku kemudian.

"Tidak ada apa-apa. Hanya ingin memastikan kalau nomor yang aku terima tidak salah. Ini benar Ray 'kan?"

Aku hanya berdehem pelan.

"Besok ada waktu?" tanyanya lagi. Modus!

"Aku punya waktu dua puluh empat jam setiap harinya."

Dia terkekeh lagi. "Iya, aku tau. Bisa bertemu besok?"

"Untuk apa? Tapi sepertinya aku banyak pekerjaan besok."

"Benarkah? Bagaimana kalau aku berkunjung ke kantormu? Apa aku diizinkan?"

"Aku pikir daddy akan mengusirmu."

"Oh, aku ingat. Jadi pria yang tadi juga mengusirku itu daddy mu?" Ia mendesah pendek. "Sepertinya akan sulit untuk dihadapi."

"Aku tidak punya waktu untuk mendengar ocehanmu lebih panjang lagi. Aku harus istirahat sekarang."

"Ya, ya. Maaf. Selamat istirahat." Saat itu juga sambungan terputus.

Kuletakkan kembali ponselku di nakas dan mencoba tidur.

Sial! Mataku jadi tidak bisa terpejam lagi. Dan lebih sialnya lagi, pikiranku malah melayang-layang pada sosok yang aku temui saat pesta ulang tahun Stella sebelumnya. Terlebih senyumnya yang lebih seperti menyeringai penuh arti.

"Argh!" gerutuku sambil mengacak rambut. Kubalik tubuhku hingga tengkurap dan kutarik bantal untuk menutupi kepala.

~~~

Aku berjalan sempoyongan menuju dapur. Pagi ini akhirnya aku terlambat bangun karena susah tidur setelah mendapat telefon dini hari tadi.

"Ray, ada apa, Sayang?" tanya mommy khawatir dengan kondisiku.

"Nggak bisa tidur, Mom," jawabku pelan dan mendudukkan diri di salah satu kursi.

"Semalam dia mendapat telefon dari pacarnya. Dasar laki-laki tidak tau aturan, menelefon tengah malam," usil Rehan.

"Benarkah?" Daddy melotot ke arahku.

"Bukan, Dad. Hanya seseorang yang salah sambung dan ujung-ujungnya modus."

"Lalu bagaimana dengan pekerjaan hari ini?" lanjut daddy.

"Aku libur dulu, Dad. Masih pusing," pintaku sedikit manja pada daddy. Mungkin karena anak perempuan satu-satunya, daddy memang membiarkanku manja padanya meski sudah di usia dewasa.

Black Backless Dress (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang