Aku rasa, mulai saat ini hidupku akan terus dan akan selalu dipenuhi bayangan Ed. Bukan hanya bayangan saja, malah sosok dirinya yang kian hari terlihat semakin mempesona selalu saja menampakkan diri di hadapanku. Mungkin pertahananku akan hancur dalam waktu dekat.
Dan hal ini, sepertinya sejalan dengan kalimat yang pernah ia ucapkan untuk serius menjalin hubungan denganku. Bagaimana tidak, ijin dari daddy saja sudah ia kantongi. Hal itu membuatnya merasa menang. Kapan saja ia ingin bertemu denganku, akan langsung direalisasikan.
Aku sama sekali tidak mengerti apa yang terjadi malam itu. Malam dimana daddy berbincang dengan Ed, yang katanya adalah urusan sesama lelaki. Karena semenjak saat itulah semua terasa berubah. Kemunculan Ed seolah menjadi sesuatu yang membahagiakan untuk mommy dan daddy. Kapan saja Ed datang, mommy dan daddy akan menerimanya dengan baik.
Bahkan tidak jarang daddy menitipkan diriku padanya. Entah untuk alasan apa. Daddy yang dulunya seorang yang sangat protektif, kini berubah. Seolah daddy yang sekarang bukanlah daddy yang dulu. Entah dikasih mantra apa oleh Ed.
Seperti saat ini. Aku harus berakhir dengannya setelah drama daddy yang katanya ada urusan tiba-tiba, yang sangat mendesak. Padahal sudah jam pulang kantor. Sosoknya menghilang begitu saja tanpa menunggu jawaban dariku. Dan seperginya daddy, Ed muncul dengan senyuman lebar, khas dirinya.
"Kenapa diam saja?"
Aku menoleh padanya. Kuhentikan kegiatanku tadi yang menatap ke samping, memandangi gedung-gedung di sepanjang perjalanan, yang bahkan sudah kuhafal betul letak-letaknya.
"Lalu aku harus bilang apa?"
Ia tergelak. "Setidaknya katakan kalau kamu mencintaiku," katanya dan tak bisa menghentikan tawanya. Sebentar menoleh padaku, lalu terfokus kembali ke jalanan tanpa menghilangkan senyum di wajahnya. Tangannya yang kokoh terlihat begitu santai pada roda kemudi.
Kalimatnya malah membuatku menunjukkan wajah masam. Bagiku, dirinya masih Ed yang pertama kali kutemui. Walau ia telah beberapa kali menunjukkan keseriusannya, aku masih belum yakin dengannya. Entahlah.
"Atau setidaknya, katakan kalau kamu sangat bersyukur akan kehadiranku tadi. Aku muncul di saat yang tepat, bukan? Aku menjadi pangeran bermobil hitam-mu." Lagi-lagi ia tertawa kecil.
"Aku tidak takut kalaupun harus berakhir di dalam taksi atau busway. Atau ojek pangkalan, sekalipun." Tentu saja aku tidak seberani kalimatku. Hal itu hanyalah untuk membuatnya berhenti menggodaku. Atau setidaknya untuk membuatnya tidak merasa kalau dia sangat aku butuhkan sekarang.
"Benarkah?" Sebelah alisnya terangkat. Bisa kulihat di wajahnya senyum jahil. Kalau saja aku memberikan jawaban yang kuinginkan, dia akan mengujiku.
Aku hanya terdiam. Tidak ingin meneruskan karena sepertinya dia serius kali ini.
"Kehadiranku sangat membantu, kan?"
Aku hanya berdehem. Tidak berniat untuk menatap wajahnya yang aku yakini penuh kemenangan. Wajah tampannya itu akan sangat mengesalkan.
"Ngomong-ngomong, bagaimana kalau kita makan malam dulu?" tawarnya kemudian. Wajahnya kini sudah kembali serius.
Aku menggeleng. "Aku hanya ingin masakan mommy sekarang."
Ed menjentikkan jarinya. "Ah, itu bukan ide yang buruk. Itu berarti kita akan makan malam di rumah."
Aku hanya bisa mendesah panjang. Ingin menolak pun rasanya tidak enak. Apalagi kalau mommy melihat sosok dirinya nanti. Tanpa pemikiran panjang pasti akan langsung mengajak pria ini untuk makan bersama.
KAMU SEDANG MEMBACA
Black Backless Dress (COMPLETED)
RomanceTidak ada sinopsis. Sequel dari Perfect Two dan Sexy Dad. Edsel Leif Ericson dan Raynelle Zevanna Avshalom. Warning! adult content 18+