BBD - 20

2.6K 292 20
                                    

Waktu berjalan sangat cepat. Kehidupan Ray juga berjalan dengan baik, tanpa ada masalah yang begitu berarti. Bahkan Xander yang sempat muncul untuk mengusiknya, kini menghilang dan tak pernah menampakkan wajah usilnya lagi.

Hal itu membuat Ed juga merasa lega. Jadi ia tidak harus mengawasi Ray setiap saat. Dan akhirnya bisa fokus dengan pekerjaannya. Terlebih karena ia sedang mengejar target perusahaannya sebelum ia harus cuti untuk menikah dan bulan madu nantinya.

Ya, waktu yang mereka tentukan untuk pernikahan tinggal menghitung hari. Bahkan segala persiapannya sudah rampung seratus persen. Tinggal persiapan mentalnya saja sebelum hari itu tiba.

Bunyi ketukan di pintu mengalihkan perhatian Ed untuk sesaat. Meletakkan kembali beberapa lembar kertas yang sedang dipegangnya.

Ternyata sosok Kay yang muncul di sana. Adik Ed satu-satunya.

"Serius amat, Bang. Lihat tuh jidat, udah penuh keriput," ledek Kay, sembari melangkah mendekatinya.

Ed tersenyum tipis menanggapi ocehan adiknya. "Tumben datang kesini," katanya.

Kay meletakkan bingkisan yang dibawanya tepat di hadapan Ed, setelah menyingkirkan tumpukan berkas yang sedang diperiksa oleh kakaknya itu. Yang tanpa ditanya, Ed tau kalau itu adalah makan siang. Terlebih karena wanginya yang menyeruak hingga membuatnya tiba-tiba saja merasa lapar.

"Dari Bunda?" tanya Ed tanpa menatap Kay. Tangannya mulai bergerak membuka bingkisan tersebut.

"Hm," Kay bergumam membalasnya.

Setelah melihat isinya, Ed semakin bersemangat untuk makan siang. "Harus pindah nih," katanya dan mengangkat semuanya untuk pindah ke meja yang biasa ia gunakan untuk menjamu tamu di ruangannya.

Kay mengikuti langkah sang kakak, dan duduk di sebelahnya. Tanpa basa-basi, ia pun ikut menyantap makan siang yang dibawanya tadi.

"Memangnya belum makan juga?" Tanya Ed.

Kay menggeleng. "Abang tidak lihat, ini kan sengaja aku buat porsi besar. Biar cukup untuk berdua."

Ed tertawa kecil. Diangkatnya tangan kiri hanya untuk sekedar mengusap puncak kepala adiknya.

Terkadang, dua manusia ini memang bisa sangat kompak. Tapi jika keduanya sudah mulai usil, maka satu sama lainnya akan saling menjahili. Tak peduli dalam situasi apapun.

"Bang," Kay bersuara saat Ed masih memasukkan potongan steak ke dalam mulutnya.

"Hm," balas Ed tanpa menoleh adiknya.

"Abang kenal sama kak Cio?" Kay terdengar sedikit ragu untuk mengucapkannya.

Ed akhirnya menoleh. Tatapannya sedikit bingung, sambil memikirkan Cio yang mana yang dimaksudkan oleh Kay. Yang ia kenal, Cio ada banyak. "Cio siapa maksud kamu?"

Kay tampak berpikir sesaat. "Katanya dulu dia satu jurusan sama Abang."

Ed juga berusaha mengingat kembali siapa yang dimaksud adiknya. "Lucio maksud kamu?" tanyanya dan diangguki oleh Kay. "Memangnya kenapa dengan Cio?"

Kay terdiam sesaat. "Dia mengajakku jalan."

Ed bingung untuk sesaat. Seingatnya, Kay belum putus dengan pacarnya yang dulu. "Memangnya kamu sudah berakhir dengan pacar kamu yang dulu? Si Kenneth itu?"

Kay sedikit meringis. "Belum sih, Bang. Kami masih baik-baik saja. Tapi kan, kalau nyatanya kak Cio lebih baik, kenapa tidak?"

Sorot mata Ed berubah tajam. Ditatapinya adik semata wayangnya, yang berhasil membuat Kay takut. Dan bisa dipastikan kalau Ed membenci kalimat Kay barusan.

Black Backless Dress (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang