Kina's Point Of View
Aku terbangun ketika cahaya mentari pagi menyambut dan menyilaukan mataku dengan kejam. Aku melihat jam di dinding dengan mata yang masih berat, jarum jam menunjukan jam 06.00 pagi pas."Tepat waktu!" Aku beranjak bangun. Dengan lesu berjalan ke arah kamar mandi yang letaknya bersebelahan dengan kamarku. Aku lalu mengambil sikat gigi dan mengambil handukku lalu masuk ke dalam kamar mandi.
xxxv
"Hah...segarnya!!!" Kataku sembari keluar dari kamar mandi. Aku melepas handuk yang melilit tubuhku dan memakai pakaian dalamku. Kuraih kaos hitam tanpa lengan dan celana pendek sepaha lalu memakainya. Setelah itu, ku sambar seragamku yang menggantung cantik di balik pintu dan mengenakannya.
Kusisir rambut hitam panjangku sampai rapi dan mengenakan jepit bunga berwarna pink tepat di poniku. Setelah memastikan penampilanku rapi dan tentu saja, terlihat imut, aku meraih tas ku dan keluar dari kamar. Sepertinya dari auranya, tak ada orang dirumah. Sudah dipastikan mereka semua bekerja.
Cklek!
Kututup pintu rumahku. Aku berjalan menuju sekolah yang jaraknya lumayan dekat dengan rumahku yang waktu tempuhnya hanya sekitar 25 menit dengan berjalan kaki.
*
"Kinaa!!" Suara melengking seseorang yang tentunya sudah tak asing ditelingaku terdengar. Aku menoleh, namun sebelum melihat sosoknya, Ia memelukku dengan satu tangan.
"Ada apa Sherin?" Jawabku santai sambil menatap malas ke arah Sherin. Gadis berambut pirang sebahu dengan dua jepit putih kecil yang menghias di poni panjangnya. Dia sedikit mirip Kagamine Rin dari Vocaloid karena gaya rambut dan aksesoris rambut yang mirip.
"Aku hanya menyapa!! Ah! Apa kau sudah menyelesaikan tugas sejarah?!" Tanya Sherin. Aku mengangguk. Aku tahu apa yang akan terjadi habis ini.
"Ijinkan–Aku–Nyontek!!" Kata Sherin dengan semangat sambil memotong-motong kata-katanya. Aku hanya menghela napas. Kenapanaku punya teman seperti ini.
"Nanti aja di kelas.." jawabku singkat sambil mempercepat langkahku karena tahu aku dan Sherin yang berada paling belakang diantara semua anak yang berhamburan masuk.
Kelas.
Aku merenung karena bosan. Sesekali aku menatap ke luar jendela meski tak ada pemandangan yang menarik. Aku melirik Sherin yang ngebut menyelesaikan tugas sejarah. Aku menghela napas.
Sampai..
"Selamat Pagi anak-anak!!" Suara seorang pria yang membuatku langsung merinding, memecah keributan di kelas. Semua siswa termasuk aku dan Sherin langsung duduk dengan sikap tegap dan membuka buku sejarah.
"Untung aku sudah selesai..." kata Sherin pelan sambil tersenyum ke arahku. Aku hanya memutar mataku malas. Dasar tukang nyontek.
"Anak-anak, kita kedatangan murid baru disini. Kemari dan perkenalkan dirimu." Kata Pak Guru sambil menggerakan tangannya tanda ia memanggil seseorang.
Seorang pemuda berambut hitam kecoklatan dengan tatanan rambut yang tidak tertata rapi dengan mata berwarna hijau emerald yang 'adem' itu menampakan diri di depan kelas.
"Namaku Zebel Redflake. Kalian bisa memanggilku Ze." Kata pemuda bernama Ze itu tanpa gugup.
"Baiklah. Kau duduk di meja belakang itu." Kata guru sambil menunjuk meja kosong di belakangku. Ze berjalan santai ke arah meja belakangku. Saat ia melewati bangku ku, aku bisa melihat wajahnya yang tampan itu, membuat wajahku terasa panas entah kenapa.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Boy Was a Killer
Mystery / Thriller[TAMAT] "Dia pembunuh yang manis..." [Baca 'Dead End' untuk cerita yang lebih baik]