Chapter 10 - Care

9.3K 630 25
                                    

Pelajaran hari ini adalah Bahasa Inggris. Pelajaran yang sudah hampir semuanya kukuasai. Sungguh membosankan.

Aku tak terlalu memperhatikan materi yang dibawakan 'Bu Guru Bohai', yah, itu hanya julukan yang diberikan anak-anak. Aku tak tahu siapa nama guru Bahasa Inggris ini.

Aku hanya memperhatikan gadis yang duduk di depanku. Ia juga tampak tidak memperhatikan. Ia asyik menggambar di bukunya. Entah apa yang digambarnya.

Aku menundukan kepalaku ke dalam laci mejaku. Ku ambil handphoneku dan kubuka aplikasi galeri. Kubuka sebuah foto yang baru. Foto Kina.

"..."

Aku hanya bisa tersenyum. Memandang dirinya dalam foto. Dia tampak anggun. Entah apa yang kupikirkan, aku mengatur fotonya agar menjadi wallpaper handphoneku.

Kriiing....Kriiiing

Bel tanda istirahat berbunyi. Aku bersyukur karena bisa bebas dari pelajaran membosankan ini.

"Baiklah!! Apa kau lapar Ze?" Tanya Kina sambil membalikkan badannya untuk menghadap kebelakang. Aku mengangguk sambil memasukkan bukuku ke dalam tas. Kina tersenyum lebar.

"Ayo kekantin!" Kataku sambil beranjak berdiri. Kina menggenggam lengan bajuku tepat sebelum aku mulai berjalan. "Ada apa?" Tanyaku polos. Kina menggeleng. Ia membuka tas nya dan mengambil 2 buah kotak bekal. Mataku terbelalak saat mengetahui isinya.

"S-sup?! Sup buatanmu?" Tanyaku semangat. Kina mengangguk. "Tadi kita kan tak sempat sarapan, jadi aku membawanya sebagai bekal." Kata Kina sambil tersenyum manis. Senyumnya itu..

"U-uh... erm...Jadi, kita makan dimana?" Tanyaku sedikit gugup. Kina memikirkannya sejenak, lalu tersenyum lebar sambil menjentikkan jarinya. "Kita makan di atap!!" Jawabnya antusias. Aku hanya tersenyum menanggapinya. "Baiklah.." jawabku sambil tersenyum tipis.

***

Kita sudah berada di atap. Aku jadi ingat saat kita membolos kemarin.

"Ze, disini!" Kata Kina sambil menarik tanganku ke dekat tembok. Tarikannya yang agak kencang membuatku hampir kehilangan keseimbangan.

"Ini, makanlah!!" Kata Kina sambil menyodorkan kotak bekal kepadaku. Aku menerimanya dan membukanya. Aroma sup ini benar-benar membuatku mabuk. Dengan lahap, aku memakannya. "Um..enak!!" Kataku sambil masih melahap sup buatan Kina ini. Kina hanya tersenyum.

***

Kami selesai makan. Jam istirahat masih belum usai, jadi kami menghabiskan waktu disini. Aku melirik Kina. Ada sesuatu yang membuatku tertawa. Mulut Kina belepotan.

"Kina..ada sesuatu di bibirmu.." kataku. Kina sedikit terkejut lalu ia menyentuh bibirnya. "Dimana?" Tanyanya polos. Aku tersenyum. "Disini." Ucapku sambil menyentuh bibirnya dengan jari jempolku.

"Potongan sayur.." kataku polos sambil melihat sayur yang menempel di jempolku, yang tadinya berada di bibir Kina. Aku melirik Kina. Ia menatapku dengan ekspresi sedikit terkejut dan wajahnya merah padam.

"Apa?" Tanyaku polos. Kina menunduk. Wajahnya masih merah padam.

"Kau demam?" Tanyaku lagi. Yah, yang aku tahu, jika wajah memerah itu artinya demam atau alergi. Kina menggeleng. Ia menggumamkan kata, namun aku tak dapat mendengarnya.

Kriiing....kriiing!!

Oh, itu dia, bel tanda masuk kelas. Kurasa ini saatnya turun dari atap sekolah ini.

***

[Skip Sampai Pulang Sekolah]

Aku membereskan bukuku dan menyangking tas ku. Sebelum aku berjalan pergi, seseorang menepuk pundakku. Aku menoleh dan melihat seorang pemuda berambut coklat dan berkacamata. Ia tersenyum. "Kau Zebel kan? Nanti jangan lupa datang ke lapangan basket dekat taman kota ya? Akan ada latihan basket hari ini." Kata pemuda itu sambil membenarkan letak kacamatanya. Aku mengangguk. Ia pun berjalan pergi.

My Boy Was a KillerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang