Ze POV
"Dan apakah hal itu kak?" Tanyaku pada Zura. Ia tersenyum manis.
Senyum yang kurindukan.
"Sesuatu itu adalah..cinta.."
"Cinta?"
"Yah...sesuatu yang akan membantumu melewati semua masalahmu..tak peduli siapa kau.." kata Zura yang membuatku terdiam.
"Bahkan jika aku ini--"
"Pembunuh berdarah dingin? Yah..." ucapnya memotong perkataanku dan membuatku terdiam lagi.
"Ahaha... Ze, asal kau tahu saja, aku selalu memperhatikanmu...selalu berada disisimu.." kata Zura. Ia masih tersenyum.
"Nah.. Ze, apakah ada seseorang yang kau cintai?" Tanya Zura yang membuatku memerah.
"A--"
"Tak usah dijawab! Aku sudah tahu!" Ucapnya memotong perkataanku..lagi.
"Lantas kenapa kau bertanya?" Kataku sedikit kesal. Zura hanya terkekeh pelan.
"Maaf-maaf, aku selalu senang saat melihatmu kesal..ahaha.." katanya.
Huft =,=
"Bertarunglah untuknya..." ucapnya tiba-tiba. Aku yang sedikit terkejut tak bisa mencerna kata-katanya.
"A-apa?" Kataku terbata-bata dan juga bingung.
"Aku ingin kau...bertarung demi dia..demi cintamu padanya...jangan biarkan kegelapan menjadi alasanmu bertarung." Lanjutnya.
"Kegelapan?" Sungguh, aku tak mengerti.
"Hah...seperti dendam, amarah dan sebagainya..kau ini tak berubah ya? Masih saja bodoh.." kata Zura.
Menusuk tepat di hati.
"Aku bukan bodoh...aku hanya kurang mengerti..." ucapku dengan nada ngedrop.
"Ya..ya..ya.. sekarang kau mengerti kan? Sekarang...ayo lawan monster jelek itu!!" Ucap Zura bersemangat.
Ah..aku lupa kalau aku sebenarnya sedang bertarung dengan makhluk brengsek itu.
"Baiklah kak..." ucapku.
"Nah..setelah kau mengalahkannya, aku akan membawamu kesini lagi!! "
"Buat?"
"Tentu saja untuk melepas rindu dengan adikku yang sekarang sudah dewasa!! Baka!!" Ucapnya.
"D--dari mana kau mengetahui kata--"
"Bukan urusanmu!! Sana bertarunglah!!" Ucapnya sambil mendorong tubuhku entah kemana karena disini hanya ada warna putih.
"I-iya!..." kuakui, sejak dulu aku lemah terhadap kakakku.
Aku menutup mataku, dan saat aku membukanya, aku berada di tempat sebelumnya, dan yah..didepanku, makhluk sialan itu masih berdiri dan menyeringai.
Aku melihat kebawahku, bayangan itu masih menyelimutiku.
"Kau tak ada harapan lagi Ze.." kata makhluk itu.
"Cih."
"Bertarunglah untuknya..."
Suara dan kata-kata kak Zura terngiang di kepalaku, membuatku sedikit bersemangat.
"Jangan berharap terlalu tinggi,.." kataku sambil tersenyum. Aku mengepalkan tanganku.
Wajah Kina terlintas dipikiranku. Senyumnya, tawanya, bahkan wajahnya ketika kesal.
Kawaii.
Kina, aku akan menang demi dirimu..
Kina, kaulah alasan untukku hidup..
Kina..,
KAMU SEDANG MEMBACA
My Boy Was a Killer
Mystery / Thriller[TAMAT] "Dia pembunuh yang manis..." [Baca 'Dead End' untuk cerita yang lebih baik]