Ze POV
Lalu lintas hari ini cukup ramai. Mengingat ini adalah hari Sabtu, yang artinya banyak sekali orang yang 'bermalam minggu'.
Ini baru jam enam sore, dan lalu lintas sudah sepadat ini, sungguh luar biasa. Apa istimewa nya malam minggu ini? Bukankah sama saja dengan malam biasa? Malam ini gelap, malam yang lain juga gelap. Apa bedanya coba?
Aku terlalu banyak mengeluh. Toh keluhanku tentang padatnya malam minggu tak akan didengarkan pemerintah.
Aku sedikit memikirkan kejadian tadi. Sutha mengatakan hal yang tak kuduga.
'Sebelum kau menyesal dan kehilangan nyawa' katanya? Hah! Memangnya dia sedang berhadapan dengan siapa? Aku ini seorang pembunuh. Tak ada yang selamat setelah menantang pembunuh berantai. Kecuali untuk sesama pembunuh, mungkin.
Atau jangan-jangan, ia juga pembunuh?
Lucu. Dalam 3 hari aku bertemu dengan sesama pembunuh. Ken, Jason, lalu Sutha, jika pun ia seorang pembunuh.
Besok siapa lagi? Jeff The Killer?
Oke oke, aku mengeluh lagi. Fokus!!
***
Bruuum!!
Clek!
Aku menghentikan motorku didepan rumah Kina. Atmosfer rumahnya berbeda.
Saat aku mau mengetuk pintu, seseorang sudah membukanya duluan, dan aku tanpa sengaja mengetuk kepalanya ._.
"Kurang ajar!! Ini kepala! Bukan pintu!!" Saat kusadari, rupanya Jason. Dan bukannya meminta maaf, aku malah tertawa keras.
"Brengsek!" Ucap Jason sambil menjitak kepalaku, membuatku menunduk. Dan pandanganku langsung terkunci pada kantong sampah besar berwarna hitam yang dibawa Jason.
"Kau ingin membuang sampah?" Tanyaku polos yang dibalas tatapan malas dari Jason. "Menurutmu?" Tanya Jason malas. Aku hanya mengangguk dan kemudian, sesuatu terlintas di otakku.
"Hm..kantung sampah sebesar itu apa isinya, ya?" Tanyaku menyindir. Jason terlihat terkejut, namun ia menyembunyikan keterkejutannya dengan baik. Lalu tersenyum santai.
"Menurutmu?" Ucapnya setengah berbisik lalu berjalan pergi keluar. Aku juga tersenyum dan mengangkat bahu, lalu berjalan masuk.
Disini, aku bisa mencium bau masakan yang kelihatannya lezat yang aku tahu siapa yang memasaknya. Aku langsung berlari ke arah dapur dan mendapati Kina sedang memasak..uhm, nasi goreng?
Seperti menyadari kehadiranku didapur, Kina tanpa menoleh menyapa, "Hai Ze!!"
"Hai." Dari semua kosa kata yang kumiliki, hanya itu yang kuucapkan. Kina hanya tersenyum dan masih tak menoleh.
"Kau tunggulah di meja makan." Kata Kina sambil mengaduk aduk(?) Nasi gorengnya. Aku mengangguk lalu duduk di meja makan. Aku mengeluarkan handphoneku lalu membuka aplikasi Facebook.
Tak ada yang menarik selain orang-orang yang tak kukenal update status tentang sidang MKD(?), dan betapa gilanya dunia. Salahku sendiri meng-confirm orang gak kukenal, alih-alih dapat teman malah--
Baiklah, aku terlalu banyak mengeluh seharian ini, ada apa denganku? -_-
***
Malam ini, aku menikmati makan malam.buatan Kina dan Jason. Nasi goreng ini benar-benar enak!! Lebih enak dari buatan restoran. Aku dan Kina menikmati makanan dengan khidmat sedangkan Jason, ia kelihatan galau.
"Kau kenapa kak?" Tanya Kina yang tampaknya menyadari kegalauan Jason. Jason sedikit terkejut, lalu memandangi nasi gorengnya.
"Aku kenyang!!" Ucap Jason sambil berdiri dan berjalan ke arah kamarnya. Aku dan Kina saling bergantian bertatapan. Terheran dengan tingkah Jason.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Boy Was a Killer
Mystery / Thriller[TAMAT] "Dia pembunuh yang manis..." [Baca 'Dead End' untuk cerita yang lebih baik]