Chapter 3 "Tetangga Sebelah"

5.4K 181 3
                                    

Bastian membuka pintu rumahnya. Menyeka sedikit keringat yang tertinggal setelah lari pagi. Melepaskan sepatu larinya lalu meletakkannya di rak tepat di sebelah pintu.

Bagian dalam rumah putih gading ini tidak terlalu neko-neko. Sama seperti kebanyakan rumah pada umumnya ada ruang tamu, ruang keluarga, dapur, kamar tidur tiga biji, dan tentunya kamar mandi baik di lantai satu ataupun di lantai dua. Oh iy, satu lagi yang ketinggalan garasi mobil serta satu kolam renang medium di halaman belakang.

"Wah?"

Bastian sedikit terperangah melihat istrinya sudah berkutat dengan peralatan dapur serta bahan-bahan masakan lainnya. Karena setahu Bastian yang namanya Bintang itu tidak pernah bisa bangun pagi. Dan karena itu pula Bastian selalu saja lari pagi sendiri sejak masa pacaran sampai sekarang. Mukjizat-Nya telah menaungi istri Bastian hari ini.

"Wah wah wah... tumben kamu bangun pagi? Ada angin apa nih?" Seru Bastian sedikit jail kepada istrinya.

"Angin ribut!" Balas Bintang ketus. "Abis kamu ini aneh deh, mana ada angin sih di dalam ruangan!" Lanjut Bintang seraya dengan seriusnya memperhatikan petunjuk buku resep masakan yang entah dia dapat darimana.

Bastian hanya bisa menganga mendengar jawaban dari istrinya. 'Ini aku yang gak ngerti apa kamu yang terlalu polos sih sayang?' Batin Bastian.

"Terus kamu itu lagi masak apa emangnya?" Perjelas Bastian.

"Ayam bumbu bali, perkedel, nasi putih, sama mie kuning." Jawab Bintang sambil terus mengaduk-aduk bumbu dalam penggorengan.

"Banyak banget. Kayak mau syukuran aja?"

"Bastian suamiku sayang... sebagai tetangga yang baik harus menyapa tetangga lainya dengan baik juga. Apalagi kita ini orang baru loh di kompleks ini. Kamu mau orang-orang pada gak kenal dan gak mau tau sama kita. Ntar klo kita ada masalahkan bisa ada yang mbantu. Iya kan?" Jelas Bintang panjang lebar. Yang dibalas Bastian hanya dengan meng o panjang.

"Iih kamu ni, gitu doang responnya?" Seru Bintang kesal dengan tanggapan ringan suaminya. "Udah deh kamu mandi sana! Aku lanjut masak."

Bastian terkekeh melihat ekspresi kesal istrinya. Berhasil membawa satu lagi kebahagiaan ke dalam rumah idaman mereka.

"Iya iya aku mandi. Masak yang enak ya!!" Ujar Bastian seraya melangkah pergi meninggalkan istrinya di dapur, sebelum tiba-tiba langkah kakinya terhenti akan satu hal yang membesit pikirannya. "Tunggu sebentar? Bukannya kamu dari dulu nggak bisa masak ya?"

Seketika segala kegiatan yang dilakukan Bintang berhenti mendadak. Seakan ada satu massa yang membuat kaku semua persendian Bintang. Mata indahnya berubah bengis melirik suaminya.

"Kamu yakin nggak mau aku bantuin?" Tawar Bastian dengan rasa khawatir. Bukan khawatir dengan kemarahan istrinya. Melainkan khawatir dengan nasib para tetangga yang nantinya akan menyantap masakan hasil karya istrinya. Bisa diare tujuh hari tujuh malem tuh tetangga.

"Bas, kamu suami aku kan?" Ucap Bintang tetap dengan mata bengisnya memandang Bastian lurus.

"Iya."

"Kamu menikahi aku atas dasar kepercayaan kan?"

"Iya."

"Jadi kamu percayakan kalau aku pasti bisa masak buat tetangga-tetangga kita?"

Bastian menarik napasnya dalam sebelum menjawab pertanyaan istrinya. "Enggak... Eh! Iya percaya-percaya. Kamu pasti bisa. Semangat ya! Aku mandi dulu."

'Apakabar nasib tetangga nih setelah makan masakan Bintang? Gawat.' Batin Bastian dalam langkahnya menuju kamar mandi.

~15 menit kemudian~

NEIGHBOURTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang