Chapter 18 "Aku Juga Manusia Biasa"

2.7K 150 31
                                    

[Author~pov¤]

"B.. Bas!!" Bintang menatap nanar pada apa yang sedang ia lihat sekarang. Wajahnya bergetar padam menahan air mata yang deras mengalir. Tangannya menggenggam erat. Meremukkan semua yang ada dalam genggamannya. Lemas. Kaku. Terpaku. Bintang ingin segera berlari dari tempatnya berdiri. Namun, dia tidak bisa. Tubuhnya seakan dipaksa untuk menatap lebih lama adegan suaminya sedang bercumbu mesra dengan Adam tetangganya sendiri.

Bastian menatap kaget melihat Bintang tiba-tiba berada disana. Dengan cepat tangan Bastian mendorong tubuh Adam untuk menjauh darinya. Dan dengan tergopoh merapihkan pakaiannya yang setengah terbuka Bastian menghampiri Bintang yang perlahan berjalan mundur tidak tahan.

"Bi..."

Bastian dengan segala macam penyesalan tergambar dalam raut wajahnya mencoba mendekati Bintang. Namun, Bintang semakin melangkah mundur menghindari Bastian.

"Aku bisa jelasin, Bi..."

Bintang hanya bisa menggeleng. Menolak segala sesuatu yang akan keluar dari mulut Bastian. Bagi Bintang sekarang adalah kebenaran yang ada di depan matanya. Kebenaran bahwa suaminya adalah seorang gay. Bintang berlari keluar. Menjauh dari kenyataan yang sulit dia terima sekarang. Menjauh sejauh mungkin, tidak kembali ke rumah.

Istri mana yang tegar melihat suaminya berkelakuan menyimpang seperti yang di alami Bintang. Bahkan, saat sang suami berselingkuh dengan seorang perempuan pun sang istri belum juga bisa menerima semua itu. Perasaan Bintang bahagia bagai melayang di atas kahyangan sekarang terhempas masuk kedalam neraka yang menghanguskan segalanya. Cinta. Kepercayaan. Bahkan ikatan yang terjalin selama itu hangus tak berbekas dalam hidup Bintang. Seakan membeli kucing dalam kardus kosong Bintang tidak mendapatkan apapun dalam kehidupannya bersama Bastian. Selain kekecewaan yang menghanguskan kepercayaan yang pernah ada dalam dirinya.

Bastian tidak mampu mengejar Bintang yang sudah masuk kedalam taxi entah akan kemana. Frustasi. Menyesal. Semua rasa kesal itu hanya bisa tercurahkan pada tendangan kosong dalam udara dan siksaan pada dirinya sendiri. Bastian berteriak sekuat mungkin menghancurkan semua rasa penyesalan yang tidak akan mampu hancur.

"AAAAARRGGG!!!!..."

Dingin menyelimuti malam Bastian yang terduduk lemas menunggu Bintang datang dan masuk dari pintu rumahnya. Dalam ruang tamu yang bergeming hening Bastian meneteskan air matanya. Hidupnya tidak tertata dengan baik sejak saat itu. Bahkan dari waktu itu Bastian belum mengganti pakaiannya.

Sudah ratusan kali Bastian menghubungi Bintang namun tidak pernah berhasil terhubung. Sudah puluhan kilo meter Bastian susuri mencari kemana Bintang pergi namun samasekali tidak pernah ada titik terang disana. Bahkan Ria pun juga menjadi sasarannya. Nihil.

Tok tok!!!

Seketika Bastian bergegas menghampiri pintu yang terketuk. 'Akhirnya' pikir Bastian yang sudah sangat berharap kalay itu dari Bintang istrinya.

"Bi - Mas Adam..."

Bastian tertunduk lesu mengetahui itu bukanlah Bintang. Adam pun begitu memperhatikan keadaan Bastian sekarang. Hal itu samasekali tidak bisa disembunyikan oleh Bastian dengan kantung mata yang sembab. Adam sadar dia juga turut andil dalam permasalahan kusut ini.

"Kak Bastian jangan sedih lagi ya. Ini hadiah dari Raffa. Tadi Raffa ngelanjutin semuanya dibantu ayah juga."

Bastian baru menyadari sosok kecil itu dengan toples bening penuh dengan origami yang belum dia selesaikan tadi. Melihat toples bening dengan puluhan kata romantis untuk istrinya itu membuat Bastian semakin tidak bisa mengontrol dirinya. Bastian terduduk sambil tertunduk menangis tersedu di hadapan Raffa dan Adam.

NEIGHBOURTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang