Chapter 20 "He Who I Love"

2.3K 135 26
                                    

[Author~pov¤]

Bastian membuka matanya perlahan. Memandang pantulan wajahnya yang tengah dirias oleh seorang penatarias profesional. Samping kanan kirinya pun sama. Banyak sekali orang-orang profesional dalam bidangnya sedang berusaha menjadi yang terbaik, setidaknya sesuai kapasitasnya.

Berada dalam puncak karier modelingnya membuat Bastian semakin yakin dengan jalan yang dia ambil sekarang. Bahkan setelah dirinya bisa diterima di salah satu manajemen model internasional di kota tersibuk di dunia. Menjalani semua itu tidak semata kejadian tiga tahun silam sirna begitu saja dalam ingatan Bastian. Kejadian dimana dia dengan terpaksa harus menerima gugatan dari Bintang. Kejadian dimana Adam yang tanpa kabar tiba-tiba menghilang tak berjejak. Kejadian dimana dia tahu kenyataan bahwa menghilangnya Adam justru karena perintah Bintang. Kejadian dimana tidak ada seorangpun yang melihat dirinya yang sedang terpuruk. Tertekan. Bahkan hampir depressi.

Langkah kaki Bastian melangkah mantab menyusuri bentangan lantai merah yang sengaja dibuat untuk acara mingguan yang menjadi kiblat fashion dunia, NFW. Tatapan matanya tegas namun tersirat kepolosan disana. Seolah ketegasannya itu menjadi bentuk pembuktian pada dirinya sendiri kalau Bastian yang dulu sudah tidak ada lagi. Bastian yang tertekan sudah bebas bernapas menghirup udara kesuksesan.

Tubuh tegap itu kini penuh dengan kepercayaan diri. Mengenakan rancangan busana dari beberapa perancang dari seluruh dunia. Wajahnya yang tersentuh rasa asia menjadi daya tariknya disini. Entah seberapa buruk dia sebelum ini.

Satu Tahun Setelah Peristiwa Cafe Mawar.

[Bastian~pov¤]

Aku... Aku hancur. Hancur se hancur-hancurnya. Bahkan aku nggak tahu lagi, untuk apa sebenarnya aku hidup sekarang.

Aku tahu aku salah. Tapi apa iya perasaanku ini ke Adam juga salah. Terlepas salah atau tidaknya perasaan cinta ke Adam, itu adalah penyebab kehancuran hidupku. Aku nggak nyangka bakal sakit seperti ini.

Bangkai yang tersembunyi rapat kini telah semerbak dan menganga lebar. Aku seorang yang gagal. Bukan saja aku gagal menjaga cinta sejatiku. Tapi aku juga gagal menjaga komitmen diri yang pernah terucap jauh sebelum ini. Komitmen kalau aku akan mencintai seorang wanita. Berhasil, namun setelah wanita itu pergi meninggalkanku. Cinta yang datang setelah penyesalan.

Kriing...
Suara dering ponsel mengkagetkanku dari lamunan penyesalan. Aku menoleh pada sumber suara di atas meja samping tempat tidur.

Memandang gelapnya langit tak berbintang membuatku seakan tidak sendirian. Setidaknya malam masih berpihak menemaniku sekarang. Jika di ijinkan, mungkin aku akan memohon untuk menjadi satu-satunya bintang diatas sana. Tak perlu lagi memikirkan apapun. Tak perlu menanggung apapun. Hanya mengamati semuanya dari atas sana. Aku melihat layar ponselku. Sebuah panggilan masuk dari Riska sahabatku yang selalu ada buatku.

"Gue di bawah!" Tut... Seketika itu Riska menutup panggilannya.

Aku menyambut Riska dengan biasa. Menatapnya sejenak lalu berlalu bersandar di sofa.

Riska paham betul dengan sikapku sekarang. Tidak ada yang tidak diketahui Riska tentang permasalahanku dengan Bintang. Bahkan dia dengan kepekaan perasaannya padaku yang tidak menghubunginya selama tiga bulan setelah tragedi itu, dia datang ke rumahku. Setelah hari itu hampir setiap hari dia berkunjung ke sini.

"Gimana keadaan lo?" Tanya Riska sambil berjalan menuju dapur. Tanganya mengambil sebuah mangkuk untuk wadah bubur yang dia bawa. Sudah hampir setiap hari dia membawakan makanan untukku. Entah itu pagi atau malam hari. Paling tidak ada sekali dia melihat keadaanku. Sesekali pacarnya, Digta juga ikut bersamanya.

"Sudahlah Bas. Biarkan semua itu lepas dalam hidupmu. Jangan jadi sampah seperti ini." ucap Riska tegas.

Aku hanya memandangnya tidak tertarik.

NEIGHBOURTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang