[Bastian~pov¤]
Gue masih duduk dibelakang kemudi mobil gue. Masih kepikiran sama Raffa bocah lucu yang selalu berhasil ngebuat gue pengen cubit pipinya yang cabi. Mungkin dia masih merajuk sama ayahnya. Karena ayahnya gak kasih ijin gue ikutan main sama mereka.Gue nggak tahu, bagaimana ceritanya gue bisa memiliki perasaan sayang ke Raffa. Rasanya saat berada dekat sama Raffa, ada satu perasaan yang selalu menghipnotis gue untuk membuat Raffa gembira. Bahagia. Apa ini pertanda kalau gue memang sudah pantas punya anak? Ah, mikir apa sih gue.
~#~
[Author~pov¤]
Bastian segera meninggalkan kegalauannya pada perasaannya sendiri. Tancap gas begitu pesanan Bintang melintas di pikirannya. Melaju dengan kecepatan normal di tengah jalanan yang tidak terlalu padat.Ada sebagian orang yang mudah sekali akrab dengan anak kecil walau tidak pernah bertemu sebelumnya. Dan ada juga orang yang perlu mengalami masa penjajakan terlebih dahulu agar bisa akrab dengan anak kecil. Untuk Bastian termasuk kedalam orang yang mudah akrab dengan anak kecil. Hampir tidak ada satu orang anak yang tidak bisa ia curi hatinya.
Termasuk Raffa. Namun kali ini ada yang berbeda dari sosok bocah laki-laki menggemaskan sekaligus menjengkelkan ini. Hanya pada anak inilah Bastian merasakan rasa ingin selalu melindungi serta selalu membuatnya bahagia. Walaupun Bastian tahu dan sadar kalau baru beberapa hari saja dia bertemu dengan Raffa. Terlebih Raffa adalah anak dari Adam tetangga Bastian.
Pukul delapan kurang sepuluh menit Bastian sampai di rumahnya. Memarkir mobil merahnya lalu bergegas masuk. Bastian mengerutkan dahi melihat beberapa benang berwarna pink berserakan di atas sofa panjangnya. Sementara Bintang duduk dilantai sselonjoran sambil melilitkan benang tadi di sebuah balon berbentuk hati. Ada beberapa yang sudah siap tersebar rata di atas meja.
"Ya ampun sayang berantakan banget sih...!" Seru Bastian seraya membereskan satu persatu gulungan benag di atas sofa ke dalam satu kotak.
Perlu di ingat Bastian dan Bintang adalah pasangan cukup perfeksionis. Kenapa saya bilang cukup perfeksionis. Karena walaupun Bintang juga tidak begitu suka melihat tempatnya berantakan seperti sekarang, bintang tidak akan membereskan itu semua kalau kondisi badannya dalam keadaan lelah. Berbeda dengan Bastian, selelah apapun dia kalau tempat yang tadinya berantakan belum rapi dan nyaman untuk duduk atau apa dia tidak akan berhenti.
Mendengar protes dari suaminya Bintang hanya diam sambil terus melilitkan benang-benang pink di balon hati berukuran kecil.
"Sayang!" Ucap Bastian masih dengan nada kesalnya karena tidak dihiraukan istrinya.
"Apa sih Bas, kamu nggak liat aku sedang apa!" Tukas Bintang serius pada pekerjaannya.
Satu lagi, pasangan ini juga termasuk kedalam pasangan yang sangat profesionalis. Keduanya sama-sama mampu tenggelam kedalam arus pekerjaan mereka masing-masing. Bastian dengan runway dan photoshootnya, sedangkan Bintang dengan bisnis-bisnisnya. Bisa dilihat betapa berkonsentrasinya Bintang mengerjakan souvenir berbentuk cinta itu. Melilitkan satu persatu benang hingga membentuk lambang cinta yang sempurna. Bahkan saat Bastian mengajaknya bicara, Bintang membalasnya tanpa melihat raut wajah suaminya.
Karena sudah mengerti satu sama lain Bastian hanya menghela napas panjang mengontrol emosinya. Mengambil tempat disamping sang istri sambil menyilangkan kedua kakinya.
"Eum... pasti istri ku yang cantik ini capek ya. Sini aku pijit." Tanpa menunggu aba-aba Bastian sudah berpindah tempat ke atas sofa yang sedari tadi menjadi sandaran Bintang. Lalu mulai memijit-mijit pundak Bintang.
Tapi sepertinya Bintang sedikit terganggu dengan usaha Bastian untuk membuatnya lebih rileks. Bintang menghentikan kegiatannya sambil menghela napas berat.
KAMU SEDANG MEMBACA
NEIGHBOUR
Randomhai pembaca semua. perkenalkan panggil aja gue Hill. ini cerita pertama gue di wattpad. inspirasinya sih dari sitkom tetangga masa gitu. cuma genrenya romansa sejenis. garis besarnya sih tentang beratnya perjuangan Bastian untuk menghilangkan perasa...