Chapter 7 "Gunanya Tetangga"

3.9K 149 14
                                    

[Author~pov¤]
Waktu sudah menunjukkan angka tujuh tepat. Matahari sudah bersinar cerah. Suara berisik alarm yang Adam pasangpun sudah memenuhi kamar tidur Adam.

Tangannya menggapai-gapai alarm di samping tempat tidurnya. Matanya masih terlalu berat untuk dibuka. Maklum semalam Adam begadang merangkai foto-foto buah hatinya. Kebiasaan Adam. Selalu mengabadikan moment bersama dengan buah hatinya. Terlebih moment itu seperti kemarin yang jarang sekali terjadi diantara mereka.

Alarmpun tumbang oleh gerak brutal tangan Adam. Kembali hening. Adam merapatkan selimut putih tebalnya lebih rapat. Tentram, sebelum--

"AYAAAAH!!!" teriak Raffa sambil berlari membuka pintu kamar ayahnya. Mengguncang-guncang tubuh sang ayah sambil terus memanggilnya. "Ayah... ayah... ayah... banguuun!"

Bastian membuka malas kelopak matanya. Memaksakan untuk terjaga. Meladeni buah hatinya.

"Kenapa sayang? Ada apa?"

"Ayah ini dari siapa?" Tanya Raffa sambil menunjukkan gantungan superman yang sudah terpasang di tas sekolah miliknya.

"Dari kak Bastian sayang." Ucap Adam dengan sekenanya serta senyum sekenanya. "Sudah ya sayang, ayah tidur dulu."

Melihat ayahnya kembali terlelap, Raffa hanya bisa diam tidak perduli toh pertanyaannya sudah terjawab. Raffa Mengenakan tas punggungnya lalu mengecup kening sang ayah sebelum pergi.

"Selamat tidur lagi ayah."

~#~

[Bastian~pov¤]
Gue masih dalam ritual rutin gue. Masih dengan celana trening biru gue. Masih dengan jaket parasut tipis berwarna putih gue. Masih dengan sepatu lari gue. Dan masih dengan headphone yang mendengungkan lagu kesukaan gue. Sebenernya baru-baru ini gue suka sama lagu ini. Stitches dari Shawn mendes. Asli keren abis ni lagu. Dengerin deh, rekomen deh pokoknya.

Seperti biasa gue berhenti sebentar di taman deket rumah gue. Dan seperti biasa pula masih saja ada pasang mata yang mencuri pandang ke arah gue, padahal sudah hampir sebulan gue tinggal disini. Ya, walaupun nggak sebanyak saat pertama kali gue joging, tapi tetap saja orang yang curi-curi pandang ya orang-orang itu aja. Apa gue gak begitu populer ya di komplek ini.

Oh iya, semalem gue bener-bener dibuat tegang sama Bintang. Pasal hadiah boneka captain amerika dari Raffa. Gue cerita apa adanya sama Bintang. Bahkan tentang keakraban gue dengan bocah menggemaskan itupun gue cerita. Awalnya gue sanksi Bintang bakal bersikap biasa saja dengan hadiah gue. Dan benar saja.

"Baaaasss...." bintang teriak histeris sambil megang boneka pahlawan super dengan senjata penggorengan itu. "Bonekanya keren bangettt." Lanjutnya, sekarang dengan memeluk erat tuh super hiro.

Baru gue inget kalau Bintang memang penggemar si captain amerika. Katanya keren, badannya bagus. Dan kalau nggak salah sih alasan utamanya ngefans sama captain amerika karena tuh super hiro satu-satunya yang keluaran dari angkatan. Ya memang, sudah dari dulu Bintang memimpikan punya pendamping hidup seorang berseragam. Apa mau dikata dia takluk di pelukan gue. So, sekeren apapun si captain tetep kerenan gue. Walaupun Bintang menentang keras kalau gue lebih keren dari si captain, tapi ujung-ujungnya dia tetep jadi istri gue. Bukan istri tuh captain.

"Eh, sayang... biasa aja dong. Kerenan juga aku kemana-mana kaleee." Seru gue sambil merebut tuh boneka dari pelukan Bintang.

"Kamu, sama dia?" Seru Bintang kembali merebut bonekanya. "Jelas kerenan captain kemana-mana lah. Kamu tuh lebih mirip sama hulk. Ijo lumut."

Are you kidding? Oke kalau sama captain asli orang nah ini, boneka man. Bayangin istri gue lebih milih boneka daripada gue suaminya. Tidur sono sama boneka, nikahin juga kalau perlu. Eh jangan deh, masa gue harus berbagi istri sama boneka sih.

NEIGHBOURTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang