Chapter 12 "Drama"

3.1K 130 21
                                    

[Author~pov¤]
Hari yang cerah. Matahari bersinar tidak terlalu terik. Langit biru membentang bagai lautan apung yang menggantung di atas sana. Sesekali angin berhembus menyejukkan badan. Bastian menarik napas dalam sambil duduk santai di samping kolam renang.

Dia menengguk jus strowberry buatannya, berlanjut mengunyah roti isi telur mata sapi. Memandang birunya langit sambil mengunyah perlahan makanannya. Seakan waktunya hari ini berjalan benar-benar lamban. Tidak ada satu jadwal kesibukan yang mengganggunya hari ini. Bastian sedang menikmati sarapan paginya di samping kolam renang.

Bastian berbaring sambil menatap langit setelah ia menyelesaikan sarapannya. Lamunanya melayang pada peristiwa kemarin malam. Betapa agresifnya Bintang saat berada diatas ranjang hingga membuat Bastian hampir tidak bisa mengimbanginya. Tidak seperti biasanya, Bastian tidak mengambil peran penting kemarin malam.

Namun bukan itu yang menjadi gangguan dalam pikiran Bastian. Melainkan tentang komitmen mereka yang tidak tergesa-gesa untuk memiliki momongan. Bahkan komitmen itu usulan dari Bintang sendiri.

"Tapi, kenapa sekarang Bintang seperti ingin sekali memiliki momongan." Batin Bastian.

Pikirannya terus saja mencari-cari alasannya. Walaupun Bastian sendiri tidak terlalu keberatan dengan keputusan dari Bintang. Mungkin Bintang memang sudah gatal untuk menggendong seorang bayi mungil miliknya sendiri.

"Huh..."

Bastian menghela napas beratnya. Seakan dia ingin menjernikan pikirannya dari hal-hal kecil yang tidak begitu perlu untuk dipikirkan lebih lanjut.

Melihat cuaca yang begitu menggoda untuk berenang, Bastian menanggalkan baju serta celananya hingga mengekspose siluet celana dalam hitam yang menjadi daya tariknya. Walaupun semua bagian tubuh dari Bastian bisa dikatakan menjadi daya tariknya untuk wanita ataupun pria nakal di luar sana.

Melenturkan otot sebentar lalu kemudian melompat masuk kedalam kolam renang. Postur tubuh sempurnanya bukan semerta datang dari gen orang tuanya. Melainkan juga karena kegemarannya dalam berolahraga, berenang salah satunya.

Sepuluh menit Bastian berenang seperti setrikaan, Bintang yang melihat suaminya berenang sendirian langsung melepas semua pakaiannya tanpa terkecuali. Dingin air kolam terasa menyengat kulit luarnya yang kering. Namun Bintang sanggup menahannya.

Bintang bergerak bak pemeran utama wanita dalam sebuah drama romantis. Seakan dia tak ingin memecah air kolam menjadi dua saat dia melangkah masuk.

Melihat istrinya masuk kedalam kolam Bastian hanya bisa melihat diam bagai terpana setiap ritme yang Bintang lakukan. Bahkan setelah Bintang mulai berenang mendekatpun Bastian tidak sedetikpun melepaskan perhatiannya kepada Bintang. Sepertinya Bastian benar-benar masuk kedalam ritme drama yang Bintang rangkai.

Napas Bastian menderu ketika jemari lentik Bintang mulai menyentuh kulit luarnya. Seperti sebuah listrik menyengat merasuk kedalam tubuh Bastian. Bahkan setelah Bintang mengalungkan lengannya ke leher Bastian dan merapatkan tubuhnya. Hingga bagian sensitif Bintang menyentuh dada bidang Bastian.

Bastian masih saja diam melihat tingkah nakal Bintang pada dirinya. Mata indahnya menatap dalam mata Bintang. Hingga Bastian menemukan jawaban atas pertanyaannya. Bahwa Bintang memang benar-benar ingin memiliki malaikat kecil hadir dalam keluarga mereka.

"Entah kenapa aku ingin terus bersamamu beberapa hari ini." Seru Bintang seraya menjatuhkan sandarannya kepada dada bidang Bastian.

Bastian masih tidak bersua sedikitpun. Tangannya mengangkat kepala Bintang agar memandangi wajahnya. Dan kemudian sentuhan lembut itu menderu mesra di bibir Bintang.

NEIGHBOURTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang