Seminggu Setelah Putusan.
Pulau A[Author~pov¤]
Rombongan Majalah Style sudah berada di sebuah pulau yang baru saja dirintis sebagai pulau wisata. Pemandangan bawah lautnya yang menjadi dayatariknya. Pantai pasir putihnya membentang satu kilometer di bagian selatan pulau. Ada bebatuan besar diujung pantai.Tidak banyak bangunan di pulau itu rumah penduduk pun masih memanfaatkan kayu dari hutan sekitar. Hutan tropis yang mendominasi seluruh pulau. Hanya bangunan hotel rombongan majalah style yang berbentuk semi modern.
Bastian mengeluarkan pakaiannya dari dalam kopor. Memindahkannya kedalam almari.
"Hiya.. Mas Adam?" Bastian terkejut melihat Adam tiba-tiba saja masuk kedalam kamarnya.
"Eumm... Maaf mengejutkanmu. Maaf juga kalau kita harus berbagi kamar. Ada tambahan personel tiba-tiba. Executive produser kita memutuskan ikut satu hari sebelum berangkat. Sementara kamar untuk hari ini tidak ada lagi. Kamar model lain juga penuh. Staf lain pun sama." Jelas Adam tentang kondisinya sekarang.
"Iya mas masuk saja. Aku pikir bakal mati gaya karena sendirian. Syukur ada mas Adam disini jadi ada teman ngobrol."
Jadi begini ceritanya. Rombongan ini awalnya berjumlah delapan orang. Tiga orang kru dan lima orang model. Tiga laki-laki dua perempuan. Setiap dua orang model mendapat satu kamar. Dan kebetulan Bastian mendapatkan kamar untuk dirinya sendiri. Begitupula dengan Adam yang sengaja meminta satu kamar untuk dirinya sendiri sedangkan dua kru lainnya berada dalam satu kamar. Hingga Uncle - begitu mereka menyebut executive producernya menyerobot kamar milik Adam. Dan akhirnya Adam harus pindah ke kamar Bastian.
Adam meletakkan barang bawaannya di atas tempat tidur. Tangannya bertolak pinggang menatap tempat tidur yang hanya satu.
"Eum Bas?"
"Iya mas?"
"Kita tidur satu ranjang?"
"Ya... Tempat tidurnya hanya itu." Seru Bastian sambil terus menata pakaiannya.
'Its ok. Tenang Adam semua akan baik-bail saja. Tidak akan terjadi apapun. Lagi pula ini bukan pertama kali kamu tidur bersama Bastian.' Batin Adam berusaha menajaga perasaannya.
Waktu Tidur pun Tiba.
'Ini salah. Kenapa aku tidak bisa tidur sekarang.' Batin Adam sambil bersandar di punggung tempat tidur.
Adam kamu salah. Waktu itu kamu tidur tidak hanya berdua dengan Bastian tapi, bertiga. Ada Raffa diantara kalian.
Cahaya kamar mereka sudah padam. Menyisahkan cahaya lampu meja yang menyala temaram. Bastian pun sudah terlelap dalam tidurnya setelah selesai menata pakaiannya dan setelah selesai mandi. Hilang dalam buaian hangat selimut tebal yang menyelimuti dirinya.
Adam melipat tangannya. Mengalihkan pandangan pada Bastian yang tidur membelakanginya. Menatapnya lekat seakan ingin mendekapnya dari belakang. Dan ketika Bastian berbalik. Adam pun kelabakan. Pura-pura tidak melihat.
Padahal jauh dalam hatinya Adam ingin sekali melihat wajah damai Bastian saat tidur. Karena rasa ingin itu lebih menguasai pikirannya, Adam pun memberanikan diri untuk menatap wajah damai Bastian saat terlelap tidur. Lekat hingga tanpa sadar seutas senyum merekah di sudut wajahnya.
"Mas Adam belom tidur?" Ujar Bastian dengan matanya yang masih tertutup.
Mendengar suara lirih Bastian yang sedang terlelap Adam gelagapan masuk kedalam selimutnya. Kemudian berlalu tidur.
~#~
Bastian melipat tangannya memperhatikan dua model cewek yang sedang bergumul dengan kamera. Dengan gaun pendek kedua model cewek itu memainkan ekspresi mereka. Berlatar belakang cahaya matahari yang mulai tenggelam Adam melakukan tugasnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
NEIGHBOUR
Randomhai pembaca semua. perkenalkan panggil aja gue Hill. ini cerita pertama gue di wattpad. inspirasinya sih dari sitkom tetangga masa gitu. cuma genrenya romansa sejenis. garis besarnya sih tentang beratnya perjuangan Bastian untuk menghilangkan perasa...