Beberapa hari sebelum peragaan busana.
[Author~pov¤]
Bintang segera menghubungi perusahaan taxi untuk menjemputnya ke rumah Ibunya setelah mendapatkan telepon kalau Ibunya sedang terbaring sakit di kamarnya. Bintang tidak bisa menggunakan kendaraannya sendiri karena sedang dibawa Bastian untuk fitting kostumnya.Sepuluh menit Bintang menunggu taxi yang ia pesan akhirnya datang. Dan tanpa menunggu lama serta tanpa persiapan apapun Bintang masuk kedalam taxi. Hanya dengan tas yang biasa dia bawa kemana-mana Bintang pergi.
Supir taxi mengemudikan kendaraannya sedikit lebih cepat dari biasanya. Hal itu karena Bintang sendiri yang meminta untuk mengemudi sedikit cepat. Karena Bintang sangat khawatir dengan keadaan Ibunya.
Sesampainya di rumah Bintang berlari sempoyongan masuk kedalam rumah. Mengetuk pintu dengan tidak sabar sambil berekspresi cemas.
"Ma, Pa, bibi, Bintang pulang cepat bukakan pintu. Bi'...!"
Bintang terus saja menggedor-gedor pintu rumahnya dengan keras. Bahkan saking kerasnya mungkin tetangga sebelah pasti mendengarnya.
Dan akhirnya pintu kayu dengan model modern itu terbuka. Mengekspose wajah cemas dibuat-buat pekerja rumah tangganya di hadapan bintang, yang beruntung Bintang tidak menyadari ekspresi dibuat-buat itu.
"non Bintang.."
"lama banget sih bi'. Mama gimana?" Tanya Bintang begitu pintu rumahnya terbuka.
"nyonya masih tidur di kamarnya non."
Dan tanpa mendengarkan perkataan pekerjanya Bintang bergegas menuju kamar tidur Mamanya. Dalam batinya sekarang hanya ingin melihat bagaimana keadaan Mamanya sekarang, bukan yang lain.
Bintang membuka pintu kamar Mamanya. Tangis Bintang akhirnya pecah begitu melihat Mamanya terbaring lemas di atas tempat tidur. Bintang menghampiri Mamanya seraya memeluk erat sang mama.
"Bintang, apa kau ingin membunuh mama huh!" Seru mama Cristin dengan suara yang di serak-serak kan. Biar efek orang sedang sakit ia dapat perankan dengan sempurna.
Dengan sigap Bintang melepaskan pelukan tangannya. menyeka air matanya yang masih saja mengalir membasahi pipinya. Sementara Mama Cristin berusaha untuk tidak tertawa melihat putrinya masuk kedalam sandiwaranya.
"Mama sudah bangun." Ucap Bintang sambil menggenggam tangan sang mama.
"kamu ini," seru Mama Cristin sambil berusaha mengangkat tubuhnya untuk bersandar di lengan tempat tidur. Bintangpun dengan sigap membantu Mamanya untuk bersandar.
Cklek.
Pintu kamar mama Cristin terbuka. Dan munculah Gita keponakan Bintang yang sering Mama Cristin paksa untuk menginap di rumahnya saat weekend semenjak Bintang menikah.
"lho?" Ucap Gita heran. Melihat dua orang yang satu berselimut ria diatas tempat tidur sambil bersandar, dan satu lagi sedang terisak tangis sambil memegang tangan mamanya.
Bintang dan mama Cristin melihat kearah Gita yang tengah berdiri dengan busana casualnya sambil memegang tas sampingnya yang berwarna kuning lemon cerah. Mereka diam tudak ada yang mengawali untuk berbicara. Hingga akhirnya Gita yang memulai lebih dulu.
"lho tante sakit? bukannya sejam yang lalu masih sehat bugar joget-joget bareng sama Gita ya di ruang tv. Tante sakit apa?"
mendengar perkataan Gita Bintang memandang curiga sang mama. Matanya menyipit menelisik sesuatu yang tidak benar dalam diri sang mama.
"oh iya tante, Gita mau pergi sebentar sama temen. Mungkin pulangnya agak sore-an. Tante gak apa kan Gita tinggal, kan sudah ada kak bintang."
Mama Cristin pun juga melirik Bintang dengan ekspresi bagai tertangkap konyol di depan anaknya sendiri. "iya tante gak apa, kamu pergi saja, jangan terlalu malam pulangnya."
KAMU SEDANG MEMBACA
NEIGHBOUR
Randomhai pembaca semua. perkenalkan panggil aja gue Hill. ini cerita pertama gue di wattpad. inspirasinya sih dari sitkom tetangga masa gitu. cuma genrenya romansa sejenis. garis besarnya sih tentang beratnya perjuangan Bastian untuk menghilangkan perasa...