Chapter 5 "ATM"

4.2K 198 8
                                    

[Bastian~pov¤]
Gue baru saja selesai dengan runway gue hari ini. Masih di dalam sebuah mall ternama di kota gue. Di sebuah restoran seafood tepatnya. Merayakan suksesnya acara peragaan busana milik perancang muda yang tengah naik daun.

Gue duduk paling pojok, sebelahan sama temen gue Riska. Walau cantik dia agak somplak otaknya. Tapi justru itu yang ngebuat perkumpulan kami ini jadi hidup. Sebelah Riska, Digta. Dia yang selalu nanggepin panclean si Riska. Kalo kata gue sih mereka berdua tuh seperti tungku sama tutupnya, klop banget. Ya iya lah klop, mereka kan pacaran. Nah, cewek dengan rambut pendek sebahu di depan gue ini adalah Yani. Pinter, mungkin cuma Yani yang lulus dengan S2nya. Berprestasi, dan yang paling penting dia tuh supel banget orangnya. Mudah bergaul. Sebelah lagi Maman. Nama aslinya sih Lukman tapi karena terlalu panjang tuh nama sebagai nama panggilan temen-temen gue mutusin panggil dia dengan Maman. Dia goodlooking walau berparas murni Indonesia. Sebelah Maman ada desainer muda yang gue ceritain diawal, Adista. Cewek mungil dengan sejuta talenta. Sebenernya masih banyak lagi temen-temen modeling gue yang ikut serta. Total empat meja, hampir dua puluhan orang.

"Wah wah pengantin baru kenapa diem aja niih... udah berasa kangen ya sama yang di rumah? Udah gak sabar pengen-" seketika seluruh manusia yang ngejogrok dimeja gue kompak bilang 'euh...' panjang kearah gue. Panclean Riska sukses ngebuat gue sedikit malu diruangan itu. Pasalnya meja lainpun turut mengalihkan pandangannya kearah meja gue duduk.

"Namanya juga pengantin baru say. Masih anget-angetnya tuh." Si tutup tungku menambahi. Dan lagi, yang lainpun sama 'euh... angeet.'

'Anjing lo semua' batin gue. Adista ikutan juga lagi. Biasanya dia juga sumbang ketawa aja. Kenapa sekarang malah jadi jail juga nih cewek. Mungkin kelamaan bergaul sama orang-orang koplak seperti Riska.

"Eh somplak. Lo aja tuh sama tutup lo. Sini biar gue videoin." Jawab gue sedikit kasar. Kemakan panclean Riska.

"emmb... mau." Seru Riska manja sambil glandotan di lengan Digta yang keker itu. "Mau divideoin..."

Melihat temennya bertingkah seperti beruk yang lagi nyusu sama induknya, seketika tawa mereka pecah diruangan itu. Membuat gaduh.

Sumpah di luar ekspektasi gue jawaban si Riska. "Dasar gak waras."

Gue segera melahap seafood soup ekstra tofu gue dengan nikmat. Sebenernya di menunya nggak ada sama sekali tofu dalam seafood soup ini. Itu request gue sendiri ke pelayan. Perlu di ketahui gue adalah penggemar tofu akut. Sehari gue bisa makan setengah lusin kotak tofu ukuran besar sendirian. Dan jangan heran nanti kalau lihat persediaan tofu gue di kulkas rumah.

"Eh mas." Panggil gue sekali lagi kepada pelayan yang baru saja meletakkan pesanan kami. "Lemon ice nya satu ya!"

Lemon ice. Sebenernya gue lebih suka minum ice tea dari pada yang lainnya. Tapi, ntah kenapa sekarang lagi pengen yang asem-asem. Bukan ngidam loh ini, cuma dekedar ingin. Catet tuh, salah tafsir lagi ntar.

Eh... gue perhatiin kenapa ni pelayan gak cabut-cabut sih. Malah ngejogrok di sini. Pesenan tambahan gue kan cuma itu doank. Kenapa masih disini tuh pelayan.

"Udah mas itu aja yang mau saya pesen!"

Pelayan tadi mengerjapkan matanya. Seakan baru saja kepergok curi pandang ke gue. Lalu berlalu pergi. Maklum orang keren hahaha.

"Eh cie... nambah lagi satu fans lo. Laki lagi." mulai lagi ni cewek.

"Kenapa, ngiri lo gak punya fans!" Tukas gue dengan sedikit senyum membunuh di sudut wajah gue.

"Idih... sorry ya! Fans gue bejibun di luar sana. Gak tau aja lo."

"Yah whatever."

Mending gue lanjut selesaiin hidangan nikmat di depan gue daripada nanggepin obrolan gak bermutu cewek somplak sebelah gue.

NEIGHBOURTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang