Chapter 8 "one night"

4.3K 161 4
                                    

[Bastian~pov¤]
Gue masih duduk bersandar di bangku taman yang selalu gue hampiri setelah gue lari pagi. Gue hobi lari pagi. Selain sehat gue bisa melihat pemandangan alam yang jarang dilihat oleh kebanyakan orang. Sayang sekarang mendung.

Gue duduk sambil memejamkan mata gue. Merasakan hembusan angin menerpa badan gue. Mendengar tawa riang canda beberapa anak kecil yang sedang bermain. Mendengar suara kicauan burung gereja yang sepertinya terbang melintas. Tenang.

Gue rasa pagi ini terasa sangat damai. Hingga damainya gue seakan bisa merasakan alam sekitar gue mampu membawa gue melayang bersama hembusan anginnya. Gue tarik dalam napas gue. Menikmati suguhan yang jarang gue temui di kota-kota besar seperti Jakarta.

"Bastian."

Mata gue terbuka ketika gue mendengar seseorang memanggil nama gue. Samar gue melihat siluet tubuh gagah dan tinggi menghampiri gue. Tubuhnya terhalang cahaya yang entah memendar dari mana. Dia semakin dekat ke arah gue terdiam melihatnya.

"Bas." Sebutnya berdiri di hadapan gue.

Gue terperangah melihat sosok di hadapan gue. senyum manisnya terasa menyentuh hati gue. Tatapan matanya yang tegas namun lembut itu seakan merengkuh tubuh gue untuk berlari ke pelukan tubuh gagahnya, saking gue nggak sanggup memandangnya.

"Mas Adam?"

Gue beranjak dari tempat gue duduk. Memberanikan diri gue untuk menatapnya secara langsung. Asli gue lumer setiap kali gue menatap jauh kedalam mata hitamnya. Gue masih berdiri mematung di hadapan mas Adam.

"Mas Adam ngapain disini?"

What? Bodohnya gue. Kenapa juga gue tanya kayak gitu ke mas Adam. Ini kan tempat umum, ngapain dia ya terserah dia kan. Dasar Stupid.

Mas Adam hanya diam tak bergeming di tempatnya berdiri. Memandang lembut langsung ke arah mata gue. Dan itu semakin membuat gue gelagapan di pandang seperti itu. Gue salting.

"Bas, saya suka sama kamu."

Napas gue seakan tercekat mendengar pernyataan mas Adam. Kuping gue gak salah denger kan? Enggak kuping gue masih normal. Dan itu tadi benar keluar dari mulut mas Adam. Dan untuk gue.

Sekarang mas Adam meraih kedua tangan ku. Menggenggam keduanya lalu mendaratkan kecupan lembut yang membuatku semakin tidak percaya. Apa ini mimpi? Jika iya jangan bangunkan gue sekarang.

Gue dibuat kaku oleh perlakuan mas Adam. Gak ada satu katapun yang bisa gue lontar kan untuknya. Gue masih menikmati perlakuannya yang romantis ini ke gue.

Gue yakin sekarang wajah gue sudah memerah seperti kepiting rebus. Menunduk malu tanpa bisa melakukan sesuatu.

"Bastian..." ucap mas Adam seraya memegang dagu gue untuk menatapnya.

Untuk sesaat mata kami bertemu. Dan sesaat kemudian kedua bola mata gue seakan mau copot dari tempatnya setelah menerima ciuman lembut di bibir gue. Ciuman yang berhasil membuat hati gue merasakan sengatan listrik ribuan volt.

Mata gue masih terpejam. Mas Adam menghentikan ciumannya, tapi gue masih merasakan lembut bibirnya menyentuh bibir gue.

"Bas," gue bisa merasakan tangan kokohnya menyentuh pundak gue dengan mantab. "Bangun sudah siang!"

~#~

[Author~pov¤]
Bastian masih terlelap dalam mimpinya, sementara Bintang asik menguncang-guncangkan pundak Bastian agar segera bangun.

Bastian ada janji betemu  Henky~guru fashion di majalah style yang beberapa minggu lalu ia tandatangani untuk ikut serta sebagai main models di peragaan busananya. Hari ini, pukul sebelas Bastian ada jadwal fitting baju. Dan dia masih terbaring nyaman di tempat tidurnya.

NEIGHBOURTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang