Chapter 17 bagian 2 "Good and Teribel News"

2.6K 124 16
                                    

Sesaat setelah Bastian pergi untuk membeli perlengkapan yang Bintang inginkan.
[Author~pov¤]

Bintang duduk termangu disamping tempat tidurnya. Tangannya meremas selimut putih yang sudah kusut menjadi tambah kusut. Matanya menerawang jauh pada dirinya beberapa hari yang lalu. Lebih tepatnya kemarin.

Bintang sendiri sadar kemarin sikapnya yang pilih pilih makanan tidak seperti biasa dirinya. Bintang tipe orang yang mau memakan apa saja selagi itu enak di dalam mulutnya. Asal jangan dia disuruh untuk memasak. Pasti tidak akan ada yang berani makan.

Bintang mengalihkan pandangannya pada ponsel yang diam terlihat dingin di atas meja. Pikirannya menerawang. Haruskah Bintang memeriksakannya.

Cahaya matahari terus menerangi kamar Bastian dan Bintang yang dikelilingi tembok kaca. Masih ada satu sisi yang tak terjamah karena kelambu masih tergerai disudut itu. Bintang menyibakkan rambutnya kebelakang merasa sedikit frustasi. Lengannya yang kurus tampak tak bergelambir sedikitpun.

Dan akhirnya Bintang meraih ponselnya. Menekan nekan nomor lalu menghubunginya.

"Ri?"

~#~

"What??!! Seriusan lo Bi?"

Ria histeris begitu Bintang menceritakan perubahan dirinya. Tapi, Bintang tahu Ria sehingga dia tidak begitu kaget melihat respon Ria yang seperti itu. Selain itu, Bintang menjadi sedikit kikuk serta sedikit malu mendapati beberapa orang di taman yang menjadi pertemuanya melihat ke arah mereka berdua. Karena histeris Ria yang over.

"Bagus dong kalau lo hamil, Bintang." Lanjut Ria sambil berlalu melayangkan pelukan selamat pada Bintang. Bintang hanya bisa awas memperhatikan sekitar. Berjaga jaga pada pikiran orang lain yang bisa saja negative.

"Iya bagus. Gue tahu itu. Tapi Ri, anehnya gue ngerasa ada sesuatu yang aneh dalam perasaan gue. Gue seneng tapi sekaligus gue sedih."

"Ya... Emang gitu kalau orang lagi hamil, sayaang." Ucap Ria sambil mencubit manja pipi Bintang. "Emang sedihnya lo itu kenapa? Lo tuh ya aneh aneh aja. Orang hamil bukannya seneng ini malah sedih. Atau jangan jangan itu bukan anak Bastian? wah gila lo." Ria menambahkan banyak dan tidak bermutu.

"Elo yang gila. Lo pikir gue cewek apa an." Seru Bintang sambil mengacak-acak rambut hitamnya. Bercerita pada Ria itu bukan menenangkan malah membuat semakin menggelisahkan. "Lo tau kan, Ri. Rencana gue buat hamil gak dalam waktu dekat. Gue masih mau menikmati masa indah gue sebagai Bintang, Ri. Tapi..."

"Lo udah cek belom? siapa tau itu cuma php Tuhan aja ke lo."

Bintang menatap Ria dengan serius. Matanya seakan mencari sesuatu yang abstrak dari Ria. Benar juga, Bintang samasekali belum memeriksakan keanehannya ini. Hamil, itu hanya dugaan Bintang saja. Dugaan yang muncul karena paranoid terhadap kesehatan orang tuanya yang semakin menurun. Dan karena semakin menurunnya kesehatan orang tua Bintang itu yang membuat keinginan ekstrem menimang cucu dari Bintang.

"Lo bener." Seru Bintang seraya berdiri dari tempatnya duduk. "Ok, sekarang juga temenin gue beli testpec!"

Tangan Bintang menarik narik tangan Ria menuju mobil Ria yang terparkir di luar taman. Seakan mendapatkan suntikan semangat baru Bintang mampu membawa Ria yang jelas lebih berat darinya hingga masuk kedalam mobil.

"Lo tu ya kecil kecil tenaga badak. Sakit tau tangan gue."

"Udah jangan bawel cepet cari apotek terdekat."

Tanpa menunggu aba kedua dari Bintang, Ria menekan gas mobilnya. Mencari cari apotek untuk membeli alat tes kehamilan. Selama di dalam mobil Bintang tidak hentinya memutar rumbai pakaiannya. Menunjukkan pada Ria kalau dirinya sedang gelisah dengan dirinya sendiri.

NEIGHBOURTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang