Chapter 13 "Susah Amat sih Bilang YA"

3K 124 17
                                    

[Bastian~pov]
"Tidak!! Tidak!! Tidak!! Tidak!! Tidaaaaaakk!!!!"

Tanpa sadar gue berteriak ditengah lalulalang orang-orang yang tengah lari pagi di gelanggang olahraga. Bahkan sebagian dari mereka menatap gue dengan tatapan curiga. Curiga kalau kalau ada orang ganteng bak malaikat jadi tidak waras.

Sekarang gue lagi duduk istirahat setelah mengelilingi gedung olahraga sebanyak sepuluh kali. Dan selama sepuluh putaran itupun gue selalu terbayang wajah yang seharusnya tidak boleh gue bayangkan, mas Adam. Semua memori kebersamaan kami seakan terrewind dalam angan gue.

Gue sudah coba untuk menapik semua tuduhan sepihak perasaan gue pada mas Adam. Terlebih setelah kejadian kemarin. Saat mata kami bertemu dalam jarak yang sangat dekat dengan napas memburu untuk terlampias. Gue sudah berulang kali menepis itu, tapi semua itu datang kembali dan semakin lekat.

Gue mengacak-acak tatanan rambut gue. Menggaruk garuknya padahal tidak gatal. Gue masih duduk di samping wanita yang perlahan bergerak menjauh dari samping gue. Sepertinya gue sudah dianggap tidak waras nih. Apa sebentar lagi ada satpam yang bakal dateng buat nangkep gue.

Gue sudah ada Bintang yang selalu setia berada di sisi gue. Menerima gue apa adanya walau gue sendiri masih menyimpan rapat rahasia besar gue ini dari Bintang.

Gue bahagia dengan Bintang dalam hidup gue. Dan gue rasa itu cukup. Tapi kenapa perasaan gue selalu saja bergejolak ketika gue berada dekat dengan mas Adam. Jantung gue selalu berdetak tak karuan setiap kali mata ini menyusup masuk kedalam matanya. Lidah ini selalu saja kelu setiap gue terlibat percakapan dengannya. Gue membawa ke atas rambut gue yang terurai ke bawah.

Gue berada dalam kebimbangan yang mengerikan. Kebimbangan yang gue tahu jawabannya. Kebimbangan yang telah lama aku perhitungkan sebelum menikahi Bintang.

Gue sudah mempersiapkan diri akan hal yang seperti ini. Tapi, kenapa seakan pondasi gue runtuh sia-sia dihadapan mas Adam.

{Chris Brown~With u : I need you boo, I got a see you boo}

Tiba-tiba saja ponsel gue berbunyi. Mendengungkan suara merdu penyanyi bersuara romantis itu. Gue menjawab panggilan masuk dari Bintang.

"Iya, Bi?"

"Tadi ada paket buat kamu. Aku buka. Tapi di dalemnya ada suratnya juga."

"Paket dari siapa sayang?"

"Henky Bagaskoro."

"Iya bentar lagi aku pulang, sayang."

~#~

Setibanya di rumah. Gue melihat kotak berukuran besar tergeletak di atas meja di ruang tv, lengkap dengan pitanya yang berwarna silver.

"Ini surat yang tadi aku bicarakan."

Gue menerima surat yang Bintang sodorkan. Membolak balik suratnya untuk mencari tahu informasi pengirim, lalu membukanya.

"Undangan pesta, sayang."

"Kapan? Acaranya apa?"

Bintang terlihat penasaran dengan isinya. Sementara gue sibuk membuka isi kotak besar di atas meja. Dan betapa terkejutnya gue melihat setelan jas silver lengkap dengan bowtie nya yang elegan.

'Gila mas Henky, semenakjubkan itukah hasil runwayku kemarin? Sampai sampai beliau memberiku hadiah semewah ini.' Batinku.

"Tapi Bas, tadi yang ngirim bukan kurir." Seru Bintang setelah melihat sendiri isi dari surat yang membuatnya penasaran.

"Terus siapa?"

"Mas Adam."

Mas Adam? Apa benar ini dari dia? Atau dia hanya menyampaikan titipan barang ini dari mas Henky? Sudahlah siapapun yang mengirim gue ucapkan terimakasih. Karena gue suka banget sama hadiahnya.

NEIGHBOURTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang