Lima

347 26 4
                                    

Jihan menatap tajam Alona yang sedang memperagakan tari Saman didepan ruang kesenian sekolah, sekaligus karna dia dipilih jadi ketua. Hari ini giliran kelompok mereka yang latihan. Alona menyadari sedang diperhatikan berhenti dan menoleh ke Jihan.

"Kenapa, Ji?" Tanya Alona.

Jihan mendengus. "Dari beberapa hari yang lalu gue liat kayaknya elo mulu deh yang peragain, kesannya lo banget gitu yang jadi guru disini. Padahal 'kan cuma latihan doang"

Alona hanya diam mendengarkan Jihan berbicara.

"Pemilihan tari sama music juga, lo yang ngatur-ngaturnya. Kan itu kesepakatan bersama, bukan lo doang. Emang lo gurunya? Jadi yang lain ga kebagian ngasih pendapat. Lo mulu yang ngatur. Sok pinter banget lo" lanjut Jihan dengan nada tinggi.

Semua anggota kelompok hanya diam. Sampai akhirnya Alona menghela napas dan berdiri.

"Lo udah kelar ngomongnya? Menurut lo gue sok ngatur gitu? Lo apa gak denger di awal gue udah bilang kalian bisa pilih yang mana aja. Semua udah gue siapin supaya ga banyak waktu kebuang untuk nyari-nyari info. Semua udah ngasih pendapatnya di rumah gue. Lo kemana? Lo cuek aja, sibuk ama ponsel lo doang. Lo pikir gue gak tau? Gue udah berkoar-koar ada pendapat lain ato engga, lo malah gak peduli. Lo minta tugas bikin laporan kegiatan kelompok, gue kira oke. Ternyata apa? Udah H-3 belom kelar-kelar. Setiap Kali gue tanya mana laporannya, alasan lo banyak. Lo kira gue gak tau? Lo bilang kemaren pulang sekolah mau ngeprint tu tugas. Tapi mana? Ngeprint di mall bareng temen-temen lo? Lo bilang gue sok sibuk? Terserah lo. Gue udah berusaha bikin kelompok kita jadi yang terbaik tapi ga dihargai. Gue cuma ketua kelompok kecil. Emang bukan guru. Kalo lo gak suka bilang dari awal. Sekarang terserah lo, kalo lo mau jadi ketua silahkan. Gue muak liat orang yang cuma bisanya ngomong doang, tapi kaga ada usaha!" Jelas Alona kesal dan segera mengambil tasnya lalu berjalan keluar dari ruang kesenian.

Dikoridor, Alona berjalan tergesa-gesa. Dia menuju kantin untuk mencari teman-temannya. Alona menemukan mereka sedang duduk sambil sesekali bercanda ditempat duduk paling pojok. Alona berjalan dengan menghentak-hentakkan kakinya, lalu menarik kursi disamping Ica dengan kasar dan membanting pantatnya.

Melihat Alona seperti itu, mereka terdiam sebentar lalu Dara bertanya.

"Kenapa Al?"

"Gue kesel banget sumpah sama Jihan!" Ketusnya.

"Kok gitu?" Tanya Ica.

Alona menceritakan secara detail kejadian di ruang kesenian tadi.

"Yang sok-sokan itu dia" ujar Kak Niken setelah mendengar cerita Alona.

"Iya, dianya juga salah ga mau berpartisipasi" tambah Mia.

"Dia ada ikut latihan?" Tanya Widy.

"Kadang ikut kadang engga. Yang gue gak suka alasannya itu. Gak sesuai dengan yang dia lakuin" jelas Alona.

"Udah, gak usah masukin nama dia deh, Al. Gue eneg juga ngeliat orang kayak dia" ujar Yuni.

"Tapi gue gak tega, Yun. Ntar kaga gue masukin namanya makin salah" Alona menghela napas.

Alona teriak menyebutkan pesanannya. Lalu dia berbicara lagi.

"Sekarang terserah dia deh, kalo dia mau jadi ketua gak apa-apa. Lagian tinggal tampil hari sabtu besok" putus Alona.

Seseorang menghampiri meja mereka. Ternyata Vero.

"Al, lo jangan mundur jadi ketua dong?" Pinta Vero.

"Loh kenapa? Kan ada Jihan" ujar Alona.

"Jihan, dia udah keluar dari kelompok. Tadi pas lo pergi kami berdebat lagi sama dia. Akhirnya dia mutusin keluar" jelas Vero. "Lo balik ya Al?" Mohon Vero.

CoffeealonaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang