Enam

363 19 1
                                    

Hari ini adalah hari penilaian pertunjukkan kesenian kelas 12 Einstein Senior High School.
Ternyata, pertunjukkan kesenian ini sekaligus untuk persiapan Farewell Party yang akan diadakan setelah Ujian Nasional. Sekarang Alona sedang ada di backstage. Menunggu giliran mereka tampil. Kelompoknya mendapat giliran nomer 3 dari 5 kelompok. Saat ini kepala sekolah sedang menyampaikan kata sambutannya.

Rahmat, Nada, Vero dan Zifan tampak tenang. Hanya Alona yang gelisah. Persiapan mereka sudah dirasa cukup. Mungkin, karna Alona belum pernah naik panggung untuk menampilkan kesenian. Dia hanya tampil saat ambil nilai di kelas.

Ponselnya berdering.

"Halo, Ra" ujar Alona setelah menjawab panggilan dari Anggra.

Sudah beberapa hari ini dia tidak bertemu Anggra. Mereka sibuk dengan urusan masing-masing.

"Lo dimana?" Sahut Anggra diseberang panggilan.

"Dibelakang, lo dimana? Gue nervous banget, Ra" keluh Alona.

"Oke tunggu bentar, gue kesana" ujar Anggra mematikan panggilan.

Alona memasukkan ponselnya kedalam tas. Dia mulai berkeringat. Dia mengeluarkan tisu yang dia bawa dan menyela keringatnya pelan-pelan supaya makeup nya tidak rusak.

"Al!" Panggil seseorang. Alona menoleh kebelakang dan menemukan teman-temannya.

"Kalian! Darimana aja? Baru nongol" sewot Alona.

"Kami ngisi perut dulu seperti biasanya" jawab Mia.

"Lo pada kok gak keliatan nervous?" Tanya Alona bingung. Dia berpikir apa hanya dia yang gelisah berlebihan.

"Gue nervous Al" ujar Dara dan Ica barengan.

"Ngapain nervous? Kan bukan Presiden yang nonton" sahut Yuni.

"Bener" kata Widy dan Kak Niken serempak.

"Ih kalian mah dimana aja mana ada nervous. Malu aja kaga ada" sungut Alona.

Widy, Yuni dan Kak Niken tertawa.

"Miayam gimana?" Tanya Alona pada Mia yang sibuk dengan ponsel ditangannya.

"Gue biasa wae" jawabnya singkat.

Alona berdecak. Mia lalu menyimpan ponselnya dan berkata

"Yaudah, kita berdoa deh supaya tampilan kita lancar dan bagus semua"

"Oke. Mari! Berdo'a mulai" pandu Widy.

Mereka menundukkan kepala dan berdoa. Setelah selesai dan membaca 'Aamiin' perasaan mereka lebih lega terutama Alona.

"Nah, yang dapet poin paling rendah diantara kita musti traktir, gimana?" Ujar Kak Niken.

Semua menggangguk setuju. Mereka selalu memberikan hukuman traktiran jika ada salah satu dari mereka yang mendapat nilai rendah atau kalah. Tujuannya supaya mereka termotivasi untuk menang. Karna, bisa bangkrut jika mengeluarkan duit untuk mereka. Karena lagi , perut mereka terbuat dari karet alias makan mulu ga kenyang-kenyang.

Anggra datang, teman-teman Alona bubar bergabung dengan kelompok masing-masing. Kecuali Widy, sebelum pergi menyempatkan diri untuk menyapa Anggra dengan senyumnya yang sangat-sangat lebar. Alona memutar matanya.

Setelah Widy menghilang. Alona menghela napas dan menatap Anggra.

"Kangeen" rengek Alona cemberut.

"Gue enggak" ledek Anggra.

Alona mendengus.

"Hehe bercanda. Gue kangen juga kok. Ga mau peluk?" Tawar Anggra jahil.

Alona menggeleng.

CoffeealonaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang