Dua Puluh Sembilan

216 9 0
                                    

Sore hari, tanggal 12 February 2016.

Vryanda sedang berbaring di atas sofa ruang tamu sambil memegang gitar. Dia sedang berpikir bagaimana cara mengungkapkan perasaannya pada Alona. Dia teringat pesan Anggra. Sahabat Alona itu bilang Alona menangis karena tau dia sudah punya pacar. Vryanda hanya geleng-geleng kepala karena itu.

Paling cepat banget ngambil kesimpulan ya gitu. Dasar. Batin Vryanda.

Vryanda mencoba memainkan beberapa lagu. Dia berpikir lagu apa yang cocok untuk Alona.

××××

Vryanda sedang membaca sesuatu di ponselnya. Malam ini, dia akan bertemu dengan Anggra. Sekarang, dia menunggu Anggra di sebuah cafe.

"Anjir! Hari gini masih baca yang begituan Bang? Gila lo! Hahaha," pekik seseorang di sampingnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Anjir! Hari gini masih baca yang begituan Bang? Gila lo! Hahaha," pekik seseorang di sampingnya.

Vryanda terkejut. Lalu mengelus dadanya, "Tai lo! Nggak usah teriak juga kali," sahut Vryanda lalu menyimpan ponselnya.

"Tips cara nembak cewek yang paling ampuh, eh?" ejek Anggra. "Jaman gini masih baca yang begituan? Kayak nggak pernah nembak cewek aja, Bang."

"Emang nggak pernah," ujar Vryanda pelan.

Mata Anggra membulat dan mulutnya mangap.

Vryanda melihat ekspresi adik kelasnya itu lalu berdecak.
Anggra geleng-geleng kepala tak percaya. Masa iya cowok popular si kampusnya tidak pernah pacaran? Sekarang dia mengerti, tampang tak menjamin laku atau tidaknya seseorang.

"Gue besok mau nembak Alona," ucap Vryanda menghiraukan Anggra yang masih tak percaya.

"Hm.. Udah yakin ama perasaan lo, Bang?" tanya Anggra serius.

"Yakinlah," sahut Vryanda tegas.

"Alona itu nggak seperti yang keliatan di luar loh, Bang. Dia emang orangnya ceria terus, ketawa terus tapi dia cengeng kalo di dalem. Hatinya lembut banget itu, mudah tersentuh. Jadi, kalo ngomong hati-hati. Dia juga masih anak-anak. Banget malah. Nggak akan dewasa dia mah. Dia butuh seseorang yang bisa dia jadikan panutan, tempat bertanya. Dia bisa sewaktu-waktu dewasa banget, untuk masalah orang lain. Tapi, kalo untuk masalah dia sendiri dia bego. Lemot. Dia orangnya kurang pedean, harus didukung terus, dikasih semangat positif. Pokoknya, banyak kekurangan dia, Bang. Tapi, kelebihan dia, orangnya Setia banget, penyayang banget. Kalo satu ya satu, dia nggak bisa ngelirik yang lain kalo udah sayang," jelas Anggra panjang lebar dengan pandangan menerawang.

Vryanda terdiam mencerna penjelasan dari Anggra. Dia iri pada lelaki di sampingnya karena tau segala hal tentang Alona. Dalam hatinya, dia benar-benar yakin dengan Alona.

"Lo kenal Alona sejak kapan?" tanya Vryanda lalu meminum jus jeruknya.

"Dari kecil, sejak dia masih pake kolor ama singlet kalo maen ama gue," jawab Anggra tersenyum mengingat masa kecilnya dengan Alona.

"Lo nggak pernah punya perasaan lebih ke dia? Kayak cowok ke cewek pada umumnya?"

"Enggak. Gue juga nggak tau kenapa. Pernah kami coba untuk nelaah perasaan masing-masing, ternyata perasaan kami cuma sebatas kakak-adik dan sahabat. Gue sayang banget ama dia," ujar Anggra. "Oh iya, dia orangnya nggak bisa nunjukin rasa sayangnya secara langsung, biasanya dia nunjukin lewat perilaku."

Vryanda mengangguk mengerti. Setelah perbincangan mengenai Alona, mereka melanjutkan percakapan mengenai hal lain.

Hingga waktu menunjukkan pukul sembilan malam dan mereka segera pulang ke rumah masing-masing.

××××

Hoii!!
Ini juga part pendek banget yaampun.
Gue bingung mau nulis apa.
Yang penting, terima kasih sudah membacaa.
Lvyaa

SN

CoffeealonaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang