Dua Puluh Satu

225 13 0
                                    

Alona mencabut kunci yang tergantung di jok motornya. Dia lalu berjalan menuju kelas setelah memarkir motornya. Waktu masih menunjukkan pukul 06.35 pagi. Pagi sekali untuk ukuran ngampus di hari Sabtu. Disaat orang lain pergi berlibur, dia malah duduk di kursi belajar mendengarkan ceramah materi dari Dosen. Kebetulan mata kuliah hari ini adalah Pendidikan Kewarganeraan dengan tema materi mengenai Konstitusi Negara.

Pak Yusran bertanya, "Dari penjelasan Saya mengenai Konstitusi tadi, ada yang ingin berdiskusi?"

Semua diam, sibuk membaca catatan mereka. Entah itu memang benar-benar membaca atau hanya berpura-pura.

Alona mengangkat tangannya lalu berkata, "Pak, apa yang menyebabkan orang takut untuk menjadi saksi?"

"Baiklah, pertanyaan yang bagus," ujar Pak Yusran memberi pujian. "Ada yang mau menanggapi?"

Tidak ada yang merespon, mereka hanya menunggu Pak Yusran segera menjawab pertanyaan Alona.

"Oke, jadi pertanyaan tadi akan Saya jawab. Kenapa orang takut menjadi saksi? Bisa jadi karena dia tidak mau ikut campur dengan suatu masalah, karena kalau menjadi saksi kan akan dipanggil ke pengadilan dan menjalankan sidang. Dan juga, saksi mungkin merasa takut jika pelaku balas dendam padanya. Kembali ke Kostitusi kita yang belum sepenuhnya bisa melindungi dan menjamin keselamatan saksi," jelas Pak Yusran. "Apakah sudah mengerti, Alona?"

Alona mengangguk lalu mengucapkan terima kasih.

Setelah memberikan sedikit penjelasan lagi, akhirnya Pak Yusran menutup kelas hari ini dan berjalan keluar meninggalkan kelas.

"Indah, Ulfi!" panggil Alona. "Gue duluan pulang ya. Ada acara soalnya. Bye"

Indah dan Ulfi mengangguk dan mengacungkan jempol mereka.

Ponsel Alona bergetar. Ada pesan dari Bundanya.

From : Bunda

Dek, Bunda udah nyampe di rumah. Kamu dimana? Jadi ke rumah sakitnya?

To : Bunda

Jadi, Bun. Ini aku lagi otw pulang.

Alona memasukkan Ponselnya ke dalam tas. Saat akan berbelok ke parkiran, dia bertemu Kak Niken.

"Woi Al!" seru Kak Niken memanggil.

"Apa?" sahut Alona.

"Mau kemana?"

"Pulang nih, gue mau ke Rumah Sakit"

"Ngapain?"

"Konsul amandel"

"Sama siapa?"

"Sama Bunda. Kakak ada kelas?"

"Bunda lo udah balik lagi? Iya kakak ada kelas bentar lagi"

"Yaudah masuk gih, gue mau pulang dulu. Bunda udah nungguin" ujar Alona melambaikan tangan lalu segera pergi meninggalkan Kak Niken.

xxxx

Alona dan Bundanya kini telah berada di ruang tunggu Dokter Spesialis THT di Rumah Sakit Buana Jaya. Sepasang anak dan ibu itu menunggu nama mereka dipanggil.

Alona bertanya, "Gak langsung operasi kan Bun? Cuma periksa doang kan?"

"Kayaknya sih gitu, Bunda kurang tau juga," jawab Bundanya.

Seorang perawat berseru, "Alona Vrytania Ghandi!"

Alona dan Bundanya bangkit dan mengikuti perawat tadi untuk masuk ke ruangan Dokter.

Setelah mereka dipersilahkan duduk, Dokter Sultan yang akan memeriksa Alona bertanya, "Gimana tenggorokannya, Al? Masih sakit?"

Kebetulan karena sering berkonsultasi ke Rumah Sakit, Dokter Sultan sudah cukup baik mengenal Alona.

Alona menjawab sembari meraba lehernya, "Ini Dok, masih sakit juga. Enggak enak banget rasanya, kurang nyaman juga"

"Oh gitu.. Coba buka mulutnya," ujar Dokter Sultan seraya menghidupkan senter kecil yang diambil dari saku jasnya.

Alona membuka mulutnya kemudian mengangguk-anggukkan kepalanya.

Dokter Sultan kembali duduk di kursinya. Dia mengisi beberapa kolom di kertas itu.

"Malam ini kita langsung operasi aja ya. Udah meradang banget soalnya. Takutnya nanti menyebar ke paru-paru," jelas Dokter Sultan. "gimana, Al?"

"Yaudah deh, Dok. Oke," jawab Alona menyetujui.

"Mbak Wella setuju?" tanya Dokter Sultan pada Bunda Alona.

"Setuju, Dok" jawab Bunda Alona mengiyakan.

Setelah mengisi beberapa prosedur, Alona dan Bundanya dipersilahkan mengikuti perawat untuk mempersiapkan segala hal untuk keperluan operasi.

Di dalam sebuah ruangan, Alona berbaring menunggu seorang perawat yang bertugas untuk memasang infus di tangannya.

Tak lama, datang seorang perawat wanita yang membawa Infus Set.

"Kita pasang ya, Dek. Tahan sedikit sakitnya ya," ujar Perawat itu lembut.

Infus telah terpasang, Bundanya telah kembali dari urusan Rawat Inap. Selanjutnya, Alona digiring menuju kamarnya di lantai dua. Di sana hanya ada dua tempat tidur untuk pasien. Alona berbaring di tempat tidur dekat jendela.

Perawat yang mengantarkannya tadi meninggalkan mereka untuk menunggu operasi nanti malam pada pukul delapan malam.

xxxx

Halloha!!

Makasih udah nyempatin ngebaca.

Jangan lupa Vommentnya yak.

Lvyaaaa<3


SN

CoffeealonaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang