Tiga Puluh Lima - Ending

583 13 3
                                    

Alona menghidupkan motornya, kemudian memakai helm. Suasana rumahnya sangat ramai karena besok acara pernikahannya.

Serius nih gue besok nikah? Perasaan kemaren baru aja masuk SMP deh. Gumamnya dalam hati.

Dia merasa bosan di dalam kamar terus. Lagipula Vryanda juga keliatan sibuk membantu mempersiapkan segala sesuatunya. Alona menjalankan motornya menuju sebuah kafe untuk membeli Ice Cream dan Kopi. Karena di rumah dia dilarang minum kopi.

Lima belas menit kemudian, Alona sampai di kafe tersebut. Gadis itu berjalan menuju kasir dan memesan Ice Cream dan Cappucinno Floatnya, lalu dia berjalan menuju meja pojok dekat pintu masuk. Alona mengeluarkan ponselnya dan membuka aplikasi Path.

'Entah kenapa pengen banget es krim malam ini...' Begitulah status yang diupdate Alona dan tak lupa tag lokasi dia berada.

Suasana kafe tidak terlalu ramai, hanya ada beberapa orang pengunjung. Hari masih menunjukkan pukul tujuh lewat sedikit. Pesanan Alona datang.

"Ini Mbak pesanannya. Kalo mau sambil baca novel, kami meminjamkan beberapa novel semua genre di sana," tunjuk pelayan itu di pojok dekat tempat Alona tadi memesan. "Peminjaman gratis, Mbak."

Alona mengalihkan pandangannya ke arah yang ditunjuk pelayan itu.

"Oh, saya tadi tidak terlalu memperhatikan ke sana. Terima kasih."

Pelayan itu mengangguk dan menyunggingkan senyum, lalu meninggalkan Alona. Gadis itu memakan Ice Creamnya. Matanya melirik rak yang berisikan novel-novel tersebut. Dilahapnya cepat Ice Cream itu, lalu dia bangkit menuju rak tersebut untuk mengambil satu novel untuk dibaca. Pilihannya jatuh pada sebuah buku berjudul 'Aku Ingin Jatuh Cinta Sesakit-sakitnya' dari Adimodel. Alona membawa novel itu lalu kembali duduk di kursinya. Dia mulai membaca halaman demi halaman sambil sesekali meminum Cappucinnonya.

Dia larut dalam cerita di dalam buku tersebut. Sampai dia tak merasa bahwa waktu menunjukkan pukul sembilan malam. Alona selesai membacanya, dia menutup buku itu lalu meletakkan kembali di rak. Dilihatnya pengunjung semakin ramai. Dia kembali duduk dan menghabiskan minumannya.

Terdengar seseorang di belakangnya memanggil. Gadis itu menoleh. Matanya membulat terkejut melihat Vryanda yang telah berdiri di sampingnya. Lelaki itu memandang Alona tajam.

"Pulang sekarang," ujar Vryanda tegas membuat Alona merinding. Gadis itu tau bahwa Vryanda sedang marah. Tapi dia bingung, kenapa Vryanda marah?

Ah, dia baru teringat bahwa ia tidak mengatakan apa-apa saat pergi.

Vryanda mengulurkan tangannya pada Alona, gadis itu menyambut uluran tangan Vryanda lalu mengikuti langkah lelaki itu keluar. Mereka berjalan menuju parkiran. Bukan menuju motor Alona, namun menuju motor Vryanda.

Lelaki itu tidak mengatakan apa-apa. Dia hanya naik dan Alona menyusul naik di belakang Vryanda lalu memeluknya.

Mati gue, dia marah. Batin Alona cemas.

Vryanda melajukan motornya perlahan. Udara malam membuat Alona kedinginan, dia semakin mengeratkan pelukannya pada Vryanda. Tiba-tiba Alona merasakan motor yang dibawa Vryanda berhenti. Alona menatap sekeliling. Ternyata masih di perjalanan. Vryanda turun dan melepas jaketnya, lalu memakaikannya tanpa berbicara. Alona cemberut.

"Marah, Bang?" ujar Alona pelan.

Vryanda hanya menatap sebentar, lalu kembali naik dan melajukan motornya kembali. Alona kembali memeluk Vryanda.

Jam sepuluh mereka sampai di rumah Alona. Keadaan sudah mulai sepi. Mungkin sudah tidur.
Tangan Alona tak lepas memegang jemari Vryanda. Gadis itu mengikuti Vryanda kemanapun. Ke dapur untuk mengambil minum, ke halaman belakang untuk mengunci pagar belakang.

CoffeealonaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang