Special Part - "Sandara Syanas"

192 7 0
                                    

Dara terpilih sebagai salah satu dari empat murid perwakilan Paskibraka provinsi dari sekolahnya. Saat pengumuman, dia langsung sujud syukur. Dia tak menyangka bisa lolos tahap seleksi yang susah. Berkat kerja keras dan semangatnya, keinginannya untuk masuk Paskibraka provinsi tercapai.

Berita gembira ini belum disampaikannya pada teman-teman yang lain.

Biar jadi kejutan aja. Begitu pikirnya.

Hari ini, dia masuk asrama untuk persiapan upacara bendera 17 Agustus yang tinggal tiga hari lagi. Dalam tiga hari ini dia dan anggota yang lain akan berlatih terus untuk menampilkan yang terbaik.

Sekarang dia berada dalam kamar. Satu kamar diisi tiga orang. Dara sekamar dengan Lusi dan Hani.

Kedua gadis itu berasal dari sekolah lain, tidak sama dengan Dara.

Dara sedang menyusun pakaiannya, dia kebagian tempat tidur di pojok dekat jendela.

Ada yang masuk. Tampak Lusi dan Hani. Dara menoleh dan tersenyum sopan pada mereka. Kebetulan mereka satu tahun lebih tua dari Dara.

Lusi dan Hani membalas senyuman Dara.

"Dara ya?" tanya Cewek yang berambut panjang, Hani.

"Iya, Kak," sahut Dara.

Hani mangut-mangut. Mereka lalu sibuk dengan kegiatan masing-masing sampai akhirnya terdengar seruan seseorang yang menyuruh semua anggota untuk berkumpul di lapangan.

Ternyata hanya ada tiga wanita di sini. Yang lainnya lelaki.

"Siap grak!" teriak seorang lelaki yang tampaknya seperti senior.

Semua berdiri dalam keadaan siap.

"Hari ini dan dua hari kedepan kita akan berlatih untuk persiapan upacara tujuh belas agustus yang akan diadakan di gedung Gubernur. Maka dari itu, saya mohon kerja sama semua anggota yang telah terpilih. Saya harap semua melaksanakan tugas masing-masing dan tidak ada pertikaian. Semua mengerti?" tanya lelaki itu tegas.

"Siap, mengerti!" jawab semua anggota serempak.

"Satu lagi, di sini saya selaku pemimpin yang akan melatih kalian. Saya juga akan dibantu oleh kakak-kakak yang berbaris di sana," ujar lelaki itu menunjuk sebuah barisan berisi beberapa lelaki dan perempuan yang memakai baju berwarna putih dan celana training merah. "Kalian bisa panggil saya Bang Tito."

"Siap, Bang Tito!" seru semua anggota serempak.

Latihan pertama dimulai dengan pemanasan. Saat sedang pemanasan, ketiga gadis--Dara, Hani, Lusi--dipanggil Tito untuk menghadapnya.

Mereka segera menghampiri Tito di depan tiang bendera.

"Saya memanggil kalian ke sini untuk memilih satu diantara kalian yang akan membawa bendera. Kita akan mulai seleksi ya. Saya akan menilai."

Ketiga gadis itu mengangguk patuh dan mulai berlatih. Saat berlatih, terlihat Tito lebih sering memperhatikan Dara. Melihat itu, Lusi merasa iri dan merasa tak adil.

Lusi kemudian mendekati Dara, "Eh, Dek. Lo jangan sengaja salah-salah kalo mau narik perhatian Tito."

Dara terkejut karena perkataan Lusi. Dia merasa tidak pernah sengaja salah, Tito yang mau mengajarkannya sendiri.

"Dara nggak kayak gitu kok, Kak," ujar Dara.

Lusi mendelik menatap Dara sengit. Dia lalu pergi meninggalkan Dara. Lusi iri karena dia melihat Dara lebih bagus penampilannya dari pada dirinya. Awalnya dia kira hanya dia dan Hani yang lolos dalam pemilihan wanita. Ternyata ada satu lagi yang masuk. Lusi ingin sekali menjadi pembawa bendera. Dia akan mengalahkan Dara.

Mereka bertiga kembali berlatih. Lusi sempat berlaku curang sehingga Dara jatuh. Itu menyebabkan pembimbing yang mengajari memarahi Dara karena tidak konsentrasi.

Semua berlanjut lagi. Sampai sore hari Tito mengumumkan siapa yang akan membawa bendera.

"Oke, jadi kalian sudah berlatih keras hari ini. Saya hargai usaha kalian. Saya telah menilai. Dan beberapa pembimbing pun ikut mengamati. Kami memutuskan yang akan membawa bendera yaitu Sandara Syanas," ujar Tito.

Dara terkejut lalu mengucap syukur. Hani memberi selamat. Sementara Lusi berdecak kesal.

Terdengar lagi seruan Tito, "Dan Lusi Nurhayati, kamu dieliminasi karena telah berlaku curang pada Dara. Kamu pikir tidak ada yang melihat kelakuan kamu? Di sini semua mata memperhatikan. Tidak ada yang terlewat, termasuk kelakuan kamu tadi," ujar Tito menatap tajam pada Lusi. "Kami akan mengantarkan kamu kembali ke sekolah. Kalian boleh bubar."

Mendengar itu Lusi terkejut dan menangis. Dara hanya prihatin melihat itu. Dia tak bisa apa-apa karena sudah digiring Hani masuk kamar.

"Dara!" panggil seseorang di belakang.

Dara menoleh, ternyata Tito.

"Iya, Bang?" tanya Dara bingung.

"Boleh minta nomer ponsel gak, Dek?" tanya Tito agak salah tingkah.

Dara tertawa kecil. Lalu memberikan nomer ponselnya pada Tito. Lelaki itu mengucapkan terima kasih lalu pergi meninggalkan Dara.

××××

Hari ini hari H-nya. Dara akan tampil dengan anggota paskibra provinsi.

Sebelum bersiap-siap dia mengirim pesan kepada teman-temannya.

[GROUP LINE - NGALUR NGIDUL]

Sandara Syanas : Jangan lupa liat di channel daerah ya. Ada tayangan pengibaran bendera merah putih 17 agus nanti jam 8. Gue yang bawa benderanya.

Amia Rosalyne : DEMI APA? KOK NGGAK NGASIH TAU? SEMANGAT EA! JANGAN MALU-MALUIN MAMAH, NAK!

Alona Ghandi : ANJIR! KEREN GILA. PANTES NGILANG! CEMUNGUTT!

Liyuni : Dara mah gitu. Diem-diem menghanyutkan. Semangat sayang:*

Danisa Widyra : Semangat Dadar! *kuotasekarat*

Raraniken : SEMANGAT DARMOT! BAWA PULANG TIANGNYA YA!!

Ica Fernandes : Daebak Dara! Ganbatte!! Widy itu apa hubungannya (?)

Sandara Syanas : Terimakasih anak ayamku semuaa 😘❤

∆××××∆

CoffeealonaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang