Author POV
Andira terlihat berjalan cepat di koridor sekolah dengan wajah penuh amarah. Beberapa siswa melihatnya takut-takut. Bagaimanapun Andira termasuk sosok mengerikan di sekolah, tak ada yang berani mencoba main-main padanya apalagi di saat seperti ini, dimana ia akan menerkam siapa pun yang berani menghalangi jalannya.
" Mereka bertengkar soal apalagi sich?" Gumam Gina, sahabat Andira, saat Andira melewati kelasnya begitu saja.
Andira memasuki sebuah kelas dengan wajah tak bersahabat. Matanya menyusuri seluruh ruangan mencari sosok yang sejak kemarin membuatnya naik darah. Ia berjanji ia akan memberi pelajaran pada orang tersebut.
" Dia ada di ruangan osis" sahut seorang cowok yang tahu betul siapa yang dicari Andira.
" Thanks" Ucap Andira singkat lalu berlalu pergi. Beberapa siswa di kelas tadi tampak menghembuskan nafas lega melihat kepergian Andira.
Ketika sampai di pintu ruang osis, tanpa mempedulikan tata krama yang selalu diajarkan omanya, Andira langsung membuka pintu tersebut dengan kasar. Saat itulah ia melihat satu-satunya manusia di ruangan tersebut. Sesosok cowok tinggi melebihi tinggi rata-rata cowok seusianya. Cowok yang sedang memeriksa tumpukan kertas di depannya hanya melirik Andira sebentar lalu kembali pada rutinitasnya, seolah tak peduli dengan kehadiran Andira.
Merasa diabaikan, Andira bertambah kesal. Ia membanting pintu di belakangnya lalu berjalan dengan langkah lebar menuju cowok tersebut.
" Apa maksudmu meminta oma memanggil tante Renata mengajarku tata krama, ah? Kau pikir kau siapa mengatur hidupku seenaknya?" Kata Andira penuh amarah. Ia marah sekali saat saat omanya memberitahunya tadi pagi bahwa dirinya harus belajar tata krama adalah usul Fian.
" Bukankah sudah jelas?" Ucap Fian tenang tanpa sedikit pun melihat Andira.
" Apa maksudmu??"
" Wanita liar sepertimu harus dijinakkan" Kata Fian, memandangi Andira dengan pandangan merendahkan.
"A....apa???" Ucap Andira tak percaya.
" Gadis kasar sepertimu yang suka kabur, berteriak , bertingkah seperti preman harus diajari sopan santun. Aku tak ingin memiliki istri yang susah diatur dan... aku paling benci dibantah oleh siapa pun" Kata Fian penuh penekanan di akhir kalimatnya.
Mendengar nada rendah Fian yang penuh ancaman dan tatapan matanya yang mengintimidasi, Andira sedikit merasa menciut. Bagaimana pun dibalik sikap tenangnya, Fian sangat berbahaya. Namun bukan Andira namanya kalau ia kalah begitu saja, dengan sisa keberaniannya ia menantang Fian.
" Kau pikir aku mau jadi istri dari manusia menyebalkan sepertimu? Jangan bermimpi!"
" Kau pikir aku juga senang memiliki tunangan sepertimu? Tak ada sedikit pun di dirimu yang dapat membuatku tertarik" balas Fian tak kalah sadisnya sambil menyusuri tubuh Andira dari atas sampai bawah dengan tatapan merendahkan.
Untuk sepersekian detik, Andira melongo dibuatnya. Ia tak percaya Fian akan mengatakan kata-kata seperti itu. Ok. Ia memang tak secantik dan seanggun Kiana, putri sekolah atau tak setinggi dan seseksi Alexa ketua cheerleadrs. Tapi tetap saja ia cukup menarik. Ia punya tinggi rata-rata wanita asia, langsing, kulitnya bersih meski tak terlalu putih dan meski tak terlalu cantik tapi ia cukup imut dengan mata coklat indahnya dan bibirnya yang berwarna pink asli tanpa bantuan lipstick dan kawan-kawannya. Dua aset itulah yang selalu ia dengar membuat iri orang. Dan apa tadi yang dikatakan Fian? Dia sama sekali tidak menarik?
" Tapi seperti yang kau tahu, sejak kecil kita dijodohkan. Mau tidak mau, perjodohan ini akan tetap berlanjut" kata Fian mengembalikan kesadaran Andira.
KAMU SEDANG MEMBACA
High heels vs Sepatu kets
Teen FictionBagi Andira, Fian dan Alfa ibarat high heels dan sepatu kets. High heels dengan keangkuhan, kemewahan, dan kesempurnaannya mengingatkannya pada Fian. Meski menyebalkan, Andira mengakui Fian memiliki semua hal yang diidamkan cewek padanya. Ibaratnya...